TIGA KEWAJIBAN UMAT KEPADA NABI SAW
(Qs. Al-A'raf: 157)
|
t4 úïÏ%©!$$sù (#qãZtB#uä ¾ÏmÎ/ çnrâ¨tãur çnrã|ÁtRur (#qãèt7¨?$#ur uqZ9$# üÏ%©!$# tAÌRé& ÿ¼çmyètB y7Í´¯»s9'ré& ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$#
"…Maka orang-orang
yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang
terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang
beruntung."(Qs. Al-A'raf: 157)
Berasarkan firman Allah SWT di atas, bahwa kewajiban umat kepada
Nabi SAW ada tiga macam;
Pertama: çnrâ¨tãur Memuliakan
Nabi saw.
Sudah sepantasnya setiap orang yang beriman mengagungkan dan
memuliakan baginda Nabi Muhammad SAW sebab Nabi Muhammad SAW adalah orang yang
paling berjasa menyelamatkan umat dari kegelapan dan kesesatan aqidah menjadi
terang dengan taufik dan hidayah Allah
berkah lantaran usaha matian-matian dari baginda Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana
para sahabat begitu sangat memuliakan baginda Nabi SAW.
tA$s%ur ª!$# ÎoTÎ) öNà6yètB ( ÷ûÈõs9 ãNçFôJs%r& no4qn=¢Á9$# ãNçF÷s?#uäur no4q2¨9$# NçGYtB#uäur Í?ßãÎ/ öNèdqßJè?ö¨tãur ãNçGôÊtø%r&ur ©!$# $·Êös% $YZ|¡ym ¨btÏeÿ2c{ öNä3Ytã öNä3Ï?$t«Íhy öNà6¨Zn=Åz÷_{ur ;M»¨Yy_ ÌøgrB `ÏB $ygÏFøtrB ã»yg÷RF{$# 4 `yJsù txÿ2 y÷èt/ Ï9ºs öNà6YÏB ôs)sù ¨@|Ê uä!#uqy È@Î6¡¡9$# ÇÊËÈ
Allah
berfirman: "Sesungguhnya aku beserta kamu, Sesungguhnya jika kamu
mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan
kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,
Sesungguhnya aku akan menutupi dosa-dosamu. dan Sesungguhnya kamu akan
Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka
Barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, Sesungguhnya ia telah tersesat
dari jalan yang lurus.( QS. Al Maidah
: 12 )
Menurut tafsir Qurtubi jilid 6 halaman 151, arti daripada ‘azzartumuuhum’ adalah ‘memuliakan
atau mengagungkan Nabi’. Jadi memuliakan para Rasul termasuk salah satu amalan
yang dapat mendatangkan maghfirah/ampunan dan menurunkan rahmat. Terbukti dalam
ayat di atas bahwa mereka yang mengagungkan dan memuliakan para Rasul akan
diampunkan sebagian dosanya dan akan dimasukkan kedalam surga. Apalagi kalau
yang kita agungkan dan muliakan itu adalah Asyroful Anbiya wal Mursalin
(yang paling mulia antara para nabi dan Rasul) yakni junjungan kita Nabi besar
Muhammad saw.
Adapun
hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori
yang berbunyi;
لاَ تُطْرُوْنِيْ كَمَا أَطْرَتِ
النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ
وَرَسُوْلُهُ (رواه
البخاري(
“Janganlah
kalian memuji/menyanjung aku secara berlebihan, sebagaimana kaum Nasrani
menyanjung Isa bin Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah ‘hamba Allah
dan Rasul-Nya” (HR. Bukhari)
Hadist
ini bukanlah dalil pengharaman memuliakan
Nabi SAW, tapi sebagai dalil pengharaman mengkultuskan Nabi SAW
sebagaimana agama nasroni yang telah mengkultuskan nabi Isa sebagai Tuhan.
Memuliakan Rasulullah Saw
adalah juga bentuk pemuliaan dan pengagungan kepada Allah swt. Allah swt dalam
banyak ayat al-Quran senantiasa menggandengkan namaNya dengan Rasulullah, hal
ini bukti nyata yang tak terbantahkan bahwa betapa Allah swt sendiri
mengagungkan penghulu para nabi tersebut. Allah swt memposisikan Nabi Muhammad
Saw diantara umat manusia di dunia melebihi seorang kaisar dan raja sekalipun.
Jika seorang abdi kerajaan sebagai bentuk takzim dan pengagungannya tidak
berani untuk meninggikan suara di hadapan rajanya, maka Allah swt mengancam
dengan tegas, akan menghapus pahala amalan kebaikan siapapun yang meninggikan
suara dihadapan Nabi Muhammad Saw.
Dalam surah al Hujurat ayat kedua kita membaca, "Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara
Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana
kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus
(pahala) amalanmusedangkan kamu tidak menyadari."Pesan ayat tersebut,
alih-alih membangkang atau tidak taat atas perintah Rasulullah Saw, sekedar
meninggikan suara melebihi suara Nabi atau sekedar berbicara kepada Nabi tidak
ubahnya berbicara dengan orang selain Nabi dapat menyebabkan terhapusnya pahala
amalan. Tidak ada pengecualian dalam ayat tersebut, hatta mereka yang mendapat
kehormatan sebagai sahabat-sahabat Nabi sekalipun, istri-istri Nabi sekalipun
dan keluarga nabi secara umum sekalipun. Al-Quran menandaskan, dalam hal
berbicara kepada Nabipun, ummatnya harus memberi sikap yang berbeda, yang tidak
boleh keluar dari batasan pengagungan, penghormatan dan pemuliaan. Ketika
seorang muslim berbicara dengan penuh hormat kepada orangtuanya, maka Nabi Saw
berhak untuk mendapatkan penghormatan yang lebih besar lagi, tidak boleh
disamakan.
Bentuk pemuliaan lainnya, adalah dengan senantiasa mengirimkan
salam dan shalawat kepada Nabiullah Muhammad Saw. Allah swt
berfirman, "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi
dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." Shalawat adalah
satu-satunya perintah Allah swt kepada umat manusia yang bukan hanya turut
dilakukannya namun juga lebih dahulu melakukannya. Semestinya ayat ini saja
sudah cukup membantah tanggapan bahwa Nabi Muhammad Saw tidak boleh dikultuskan
atau beliau sama halnya manusia biasa. Allah SWT sendiri mengkultuskan Nabi Saw
dalam ayat tersebut. Ketika Dia yang Khalik, mengirimkan shalawat kepada Nabi
Muhammad Saw yang nota bene adalah makhluk-Nya, tentu alasannya tidak
sederhana. Imam Baqir as dalam kitab Wasail al Syiah
menyebutkan, "Amalan terberat dalam timbangan Allah di hari kiamat
nanti adalah shalawat yang dikirimkan untuk Nabi Muhammad dan keluarganya.
"Bentuk pemuliaan lainnya yang juga tidak boleh diabaikan
adalah mencintai keluarga Nabi Saw. Dalam surah Asy Syuura, Allah swt meminta
kepada Nabi Muhammad Saw untuk mengatakan, "Aku tidak meminta
kepadamu suatu upah pun atas seruanku ini kecuali kecintaan kepada keluargaku."Ayat
ini tegas, bahwa sebagai bentuk 'balas jasa' atas dakwah dan ajakan Rasulullah
Saw dalam menetapi kebenaran dan jalan yang lurus tumbuh jika tidak diawali dengan upaya untuk
mengenali keutamaan Ahlul Bait Nabi.
Kedua : nrã|ÁtRur Menolong
Nabi.
Hak Nabi Muhammad Saw atas ummatnya, adalah menolongnya.
Pertolongan seperti apakah yang dibutuhkan Nabi Muhammad Saw, sehingga kita
harus mengulurkan tangan memberikan pertolongan? Apakah Nabi lemah sehingga
harus ditolong? Menolong yang dimaksud adalah terlibat dalam perjuangan
Rasulullah Saw dalam menegakkan agama. Nabi Muhammad Saw secara lahiriyah tidak
lagi mampu menjalankan aktivitas keduniawian pasca meninggal dunia, sementara
agama Islam yang beliau dakwahkan dan ajarkan harus tetap hidup dan tumbuh,
harus tetap tersebar dan bersemayam di hati-hati umat manusia di tiap
masa dan disetiap tempat. Karena itulah butuh keterlibatan ummatnya untuk
melakukan semua itu.
Menolong Nabi adalah menghidupkan sunnah-sunnahnya, menolong Nabi
adalah segencar mungkin memperkenalkan kepribadiannya yang mulia sehingga tidak
ada ruang bagi yang hendak mencela dan menistakannya, menolong Nabi adalah
mendakwahkan ajaran-ajaran yang dibawanya, menolong Nabi adalah menegakkan
syariat Allah swt, menolong Nabi adalah memuliakan sesama muslim, tidak
membenci apalagi mengkafirkan, menolong Nabi adalah dengan menjadi insan-insan
yang mencintai dan senantiasa menegakkan kebenaran. Allah SWT berfirman;
Ïä!#ts)àÿù=Ï9 tûïÌÉf»ygßJø9$# tûïÏ%©!$# (#qã_Ì÷zé& `ÏB öNÏdÌ»tÏ óOÎgÏ9ºuqøBr&ur tbqäótGö6t WxôÒsù z`ÏiB «!$# $ZRºuqôÊÍur tbrçÝÇZtur ©!$# ÿ¼ã&s!qßuur 4 Í´¯»s9'ré& ãNèd tbqè%Ï»¢Á9$# ÇÑÈ
"(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah
yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari
karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya.
Mereka itulah orang-orang yang benar."
(Qs. Al Hasyr: 8)
Perlu ditekankan, meskipun secara kasat mata kita tampak menolong
Rasulullah, pada hakikatnya adalah kita menolong diri sendiri. Beberapa kaum
muslimin di masa Rasulullah Saw (saya tidak menyebut sahabat, khawatir nanti
dianggap menghina) dengan islamnya mereka, dengan hijrahnya meninggalkan
kampung halaman, dengan turut berjihad memerangi kaum kuffar, dengan turut
mendakwahkan Islam telah merasa berjasa kepada Nabi Muhammad Saw, mereka
menganggap telah menolong Nabi yang jika tidak dengan keberadaan dan kesertaan
mereka, Islam tidak akan diterima dan tersebar keberbagai negeri. Allah SWT
mengingatkan,
tbqYßJt y7øn=tã ÷br& (#qßJn=ór& ( @è% w
(#qYßJs? ¥n?tã /ä3yJ»n=óÎ) ( È@t/ ª!$# `ßJt ö/ä3øn=tæ ÷br& ö/ä31yyd Ç`»yJM~Ï9 bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÐÈ
"Mereka merasa berjasa kepadamu dengan
keislaman mereka. Katakanlah, "Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku
dengan keislamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan
menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar." (Qs. Al-Hujurat: 17).
Ayat ini juga menyentil kita, generasi muslim saat ini. Kitalah
yang butuh pada Islam dan dakwah, bukan Islam yang membutuhkan kita. Kitalah
yang butuh pertolongan Nabi, bukan Nabi yang membutuhkan pertolongan kita.
Kitalah yang hakekatnya ditolong oleh Rasulullah, bukan kita yang menolongnya.
Jangan sampai ada sangkaan, kalau kita tidak ada, maka Islam juga tidak akan
tersampaikan dan Nabi tidak akan dikenali. Percayalah, tanpa peran serta kita,
Islam akan selalu ada dan akan tersampaikan dengan baik pada setiap masa dan
tempat. Kekuasaan Allah tidak bergantung dengan keberadaan kita.
Ketiga : ¼çmyètB AÌRé& Ï%©!$# uqZ9$# #qãèt7¨?$#ur Mengikuti cahaya yang diturunkan kepada Nabi berupa Al Quran.
Al-Quran bukan
saja untuk di baca tapi untuk direnungkan, difahami dan untuk diamalkan,
sebagaiaman firman Allah;
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي
هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى . وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ
مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
Maka jika datang kepadamu petunjuk
dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan
ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya
pada hari Kiamat dalam keadaan buta. (Q.S
Thaha: 123, 124).
Dalam menjelaskan ayat ini,
Abdullah bin Abbas berkata, “Allah menjamin kepada siapa saja yang membaca
Alquran dan mengikuti apa-apa yang ada di dalamnya, bahwa dia tidak akan sesat
di dunia dan tidak akan celaka di akhirat. Nabi Muhammad SAW bersabda,
تَرَكْتُ
فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ
وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
Aku
telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang
kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. ( H.R.al-Hakim)
Berdasarkan
firman Allah dan hadits bahwa kewajiban umat kepada Nabi adalah menjadikan
Al-qu’an sebagai pedoman hidup, mengikuti pentunjuk-petunjuk yang ada
didalamnya, lalu kemudian mendakwahkan kepada seluruh umat agar lebih banyak
lagi manusia yang mendapatkan cahaya terang dari al-Qur’an.
Abu Hurairah berkata: “Segolongan sahabat Rasulullah menulis Taurat
kemudian hal itu diutarakan kepada Rasulullah maka beliau bersabda:
إِنَّ أَحْمَقَ الْحُمْقِ وَأَضَلَّ
الضَّلاَلَةِ قَوْمٌ رَغِبُوْا عَمَّا جَاءَ بِهِ نَبِيُّهُمْ إِلَيْهِمْ إِلَى
نَبِيِّ غَيْرِ نَبِيِّهِمْ وَإِلَى أُمَّةٍ غَيْرِ أُمَّتِهِمْ
“Sebodoh-bodohnya orang dan paling sesatnya kaum adalah mereka
yang menolak apa yang dibawakan nabi mereka dan mengambil dari nabi terdahulu
dan begitu pula umat –yang mengambil tradisi– selain umat mereka sendiri.”
Kemudian
Allah menurunkan ayat: “Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami
telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) sedang dia dibacakan kepada
mereka? Sesungguhnya dalam (Al-Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan
pelajaran bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Ankabut: 51).
Kesimpulan : Sekarang Nabi
SAW sudah wafat, Lakukanlah tiga hal;
muliakanlah Nabi dengan mencintainya, mencintai keluarga dan sahabatnya,
tolonglah agamanya dengan mengamalkan dan mendakwahkan ajaran-ajarannya, serta
jadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup, insyaaallah selamat dunia akhirat.