KHATIB IDUL FITRI 2021/1442 H
TIGA MACAM KARAKTER BAIK STANDAR
KEBERHASILAN RAMADHAN
Oleh.Ust. Dr.M.Ridwan Jalil,S.Ag, M.Pd.I
Wakil ketua MUI Kota Jambi
الله ُ اَكْبَرُ 9x .الله ُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّاَصِيْلاً لاَاِلهَ اِلاَّ الله وَاللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ.
الحمدَ لله الذي جعل هذا اليوم عيدا للمؤمنين وختم به شهر الصيام أشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْك لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله ، أُوصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَا الله فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وقال الله تعالى قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى . وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى
Allahuakbar 3x walillahilham SAUDARA-SAUDARA KAUM MUSLIMIN-MUSLIMAT JAMA’AH SHOLAT IDUL FITRI RAHIMAKUMULLAH
Sejak tadi malam alunan gema takbir, berkumandang bersahut-sahutan, menandakan datangnya hari kemenangan yakni ( Hari Raya Idul Fitri 1442 H/2021 ). Setelah satu bulan kita melaksanakan ibadah puasa dan atas karunia-Nya pada hari ini Al-hamdulillah kita dapat merayakan hari kemenangan ini meskipun masih dalam suasana baying-bayang virus corona.
Hari ini kita semua merasakan kegembiraan, kebahagian bercampur kesedihan; kenapa bahagia?..karena kita telah kembali kepada fitrah. Kenapa gembira?..karena kita telah berhasil memenangkan perjuangan melawan hawanafsu selama bulan Ramdhan. kenapa bersedih?..karena berpisah dengan bulan Ramdhan.
Allahuakbar 3x Walillahilhamd
KAUM MUSLIMIN ROHIMAKUMULLAH
Bulan Ramadhan sudah kita lewati dan tak ada jaminan kita bakal bertemu Ramadhan tahun depan. Pertanyaannya bukan saja “apakah hari ini kita menjadi pemenang melawan hawa nafsu atau tidak?” tapi juga “apakah karakter atau sifat baik yang telah diajarkan kepada kita dalam bulan Ramadhan kemarin dapat melekat pada diri kita sehingga dapat kita terapkan pada sebelas bulan kedepan?. Jangan-jangan kita tidak mendapatkan apa-apa dari Ramadhan, Nabi bersabda;
وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
“Celakalah seseorang, Bulan Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan”, (HR. Tirmidzi)
Artinya bulan Ramadhan berlalu namun tidak dapat menghilangkan sifat buruk kita, tidak dapat meghapuskan akan dosa-dosa kita Nauzubillah min zalik.
Jika capaian tertinggi puasa adalah takwa, maka ciri-ciri sifat orang yang bertakwa itu harus melekat pada diri kita setelah usai Ramadhan. Biasanya keberhasilan dan kesuksesan tempahan Ramadhan bisa dilihat setelah setelah Ramadhan berlalu, apakah perangai baik atau perangai buruk yang melekat. Harapannya seiring dengan berlalunya Ramadhan lepaslah pula sifat buruk dan melakatlah sifat baik.
Lantas, sifat baik apa saja yang menjadi tolak ukur keberhasilan tempahan Ramadhan kita?. Dalam konteks ini Allah SWT sudah memberikan pedoman standar keberhasilan “Madrasah Ramadhan” dengan tiga macam sifat baik, sebagaimana yang Allah firmankan dalam Al Quran;
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَـــافِينَ عَنِ النَّــاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُـحْسِنِــينَ
Orang TAKWA ;(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada saat senang dan pada saat susah, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imran: 134)
Allahuakbar 3x Walillahilhamd
KAUM MUSLIMIN ROHIMAKUMULLAH
Ayat di atas memaparkan tiga karakter, sifat yang melekat dan menjadi ciri orang yang berhasil dan sukses melewati tempahan Ramadhan.
Pertama, (الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ) “gemar mensedekahkan sebagian hartanya dalam kondisi senang ataupun susah”. Orang yang berhasil melewati tempahan Ramadhan disebut orang bertakwa, karakternya tidak sibuk hanya memikirkan diri sendiri. Ia mesti berjiwa sosial, menaruh empati kepada sesama, serta rela berkorban untuk orang lain dalam setiap keadaan. Bahkan, ia tidak hanya suka memberi kepada orang yang dicintainya, tapi juga kepada orang-orang memang membutuhkan. Dalam konteks Ramadhan dan Idul Fitri, sifat takwa pertama ini sebenarnya sudah mulai didorong oleh Islam melalui ajaran zakat fitrah.
Zakat fitrah merupakan simbol bahwa “rapor kelulusan” puasa harus ditandai dengan mengorbankan sebagian kekayaan kita dan menaruh kepedulian kepada mereka yang lemah. Ayat tersebut menggunakan fi’il mudhari’ yunfiqûna yang bermakna aktivitas itu berlangsung terus-menerus. Dari sini, dapat dipahami bahwa zakat fitrah hanyalah awal atau “pancingan” bagi segenap kepedulian sosial tanpa henti pada bulan-bulan berikutnya.
Kedua ciri orang yang berhasil melewati tempahan Ramadhan adalah; (وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ ) “mampu menahan amarah”. Marah merupakan gejala manusiawi. Tapi para alumni Ramadhan tidak akan mengumbar marah begitu saja. Al-kâdhim (orang yang menahan) serumpun kata dengan al-kadhîmah (termos). Kedua-duanya mempunyai fungsi membendung: yang pertama membendung amarah, yang kedua membendung air panas.
Layaknya termos, orang bertakwa semestinya mampu menyembunyikan panas di dadanya sehingg orang-orang di sekitarnya tidak tahu bahwa ia sedang marah. Bisa jadi ia tetap marah, namun ketakwaan mencegahnya melampiaskan itu karena tahu mudarat yang bakal ditimbulkan. Termos hanya menuangkan air panas pada saat yang jelas maslahatnya dan betul-betul dibutuhkan. Patutlah pada kesempatan lebaran ini, umat Islam mengontrol emosinya sebaik mungkin.
Mencegah amarah menguasai dirinya, dan bersikap kepada orang-orang pernah membuatnya marah secara wajar dan biasa-biasa saja. Ramadhan semestinya telah melatih orang untuk berlapang dada, bijak sana, dan tetap sejuk menghadapi situasi sepanas apa pun.
Ketiga berkarakter : (وَالْعَـــافِينَ عَنِ النَّــاسِ ) “Pemaaf”, jelas orang yang berhasil mengikuti pebinaan Ramadhan mereka memiliki akhlak yang mulia yakni dengan rela membuka diri memaafkan kesalahan orang lain.
Sepanjang Ramadhan, umat Islam paling dianjurkan memperbanyak permohonan maaf kepada Allah dengan membaca:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّا
Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun lagi mulia, menyukai orang yang minta ampunan, ampunilah kami.”
Kata ‘afw (maaf) diulang tiga kali dalam kalimat tersebut, menunjukkan bahwa manusia memohon dengan sangat serius ampunan dari Allah SWT. Memohon ampun merupakan bukti kerendahan diri di hadapan-Nya sebagai hamba yang banyak kesalahan dan tidak suci. Cara ini, bila dipraktikkan dengan penuh pengahayatan, sebenarnya melatih orang selama Ramadhan tentang pentingnya maaf.
Bila diri kita sendiri saja tak mungkin suci dari kesalahan, lalu alasan apa kita tidak mau memaafkan kesalahan orang lain? Maaf merupakan sesuatu yang singkat namun bisa terasa sangat berat karena persoalan ego, gengsi, dan unsur-unsur nafsu lainnya. Amatlah arif ulama-ulama di Tanah Air yang menciptakan tradisi bersilaturahim dan saling memaafkan di momen lebaran. Sempurnalah, ketika kita usai membersihkan diri dari kesalahan-kesalahan kepada Allah, selanjutnya kita saling memaafkan kesalahan masing-masing di antara manusia.
Allahuakbar 3x Walillahilhamd
KAUM MUSLIMIN ROHIMAKUMULLAH
Di hari raya nan fitri ini adalah merupakan momentum bagi kita untuk saling bersilaturrahim, untuk meminta dan memberi maaf, karena waktunya suasana hati kita sedang bergembira berhari raya tentu pada waktu inilah orang dengan rela membuka diri dan berlapang dada untuk meminta dan memberi maaf.
Terkait dengan meminta dan memberi maaf. Ada kisah menarik; “Pada suatu hari, Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan para sahabatnya. Di tengah perbincangan dengan para sahabat, tiba-tiba Rasulullah SAW tertawa ringan sampai terlihat gigi depannya. Umar r.a. yang berada di situ, bertanya : "Apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah ?" Rasulullah SAW menjawab : "Aku di beritahu Malaikat, bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala di hadapan Allah SWT". Salah seorang mengadu kepada Allah sambil berkata : ‘Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku'. Allah SWT berfirman : "Bagaimana mungkin Aku mengambil kebaikan saudaramu ini, karena tidak ada kebaikan di dalam dirinya sedikitpun ?" Orang itu berkata : "Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku di pikul olehnya".
Lalu Allah berkata kepada orang yang mengadu tadi : "Sekarang angkat kepalamu". Orang itu mengangkat kepalanya, lalu ia berkata : "Ya Rabb, aku melihat di depanku ada istana-istana yang terbuat dari emas, dengan singgasananya yang terbuat dari emas & perak bertatahkan intan berlian. Istana-istana itu untuk siapa Rabb?..Allah SWT berfirman : "Istana itu di berikan kepada orang yang mampu membayar harganya". Orang itu berkata : "Siapakah yang mampu membayar harganya, ya Rabb ?" Allah berfirman : "Engkau pun mampu membayar harganya". Orang itu terheran-heran, sambil berkata : "Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb ?" Allah berfirman : "Caranya, engkau Maafkan saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang kau adukan kezalimannya kepada-Ku". Orang itu berkata : "Ya Rabb, kini aku memaafkannya". Allah berfirman : "Kalau begitu, gandeng tangan saudaramu itu, dan ajak ia masuk surga bersamamu". Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah Saw. berkata : "Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaknya kalian saling berdamai dan memaafkan. Sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin".
Kisah ini senada dengan hadits Nabi;
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، أَفْشُوْا السَّلَامَ ، وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ ، وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ ، وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ، تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ
Wahai manusia,,,Sebarkan Salam, beri makan orang lapar, sambung tali silaturrahim, dan sholat malam lah ketika orang sedang tidur, niscaya kamu masuk surga dengan selamat. (HR.Ahmad)
Allahuakbar 3x Walillahilhamd
Kaum Muslimin yang berbahagia
Di hari kemenangan ini, meskipun kita masih di musim corona kita tetap bersyukur “Alhamdulillah” karena sebagian kita dapat merayakan hari raya bersama ayah, ibu kakak adik dan lainnya. Tapi lihatlah Nun jauh disana banyak saudara-saudara kita berhari raya di rantau orang, terpisah dari keluarga, tidak bisa pulang tertahan karena corona, mereka hanya bisa terisak menangis membayangkan betapa bahagiannya berlebaran bersama keluarga. Mereka ingin pulang ke kampung halaman, rindu ingin bertemu dengan orang-orang yang tersayang, ingin bersimpuh dihadapan ayah ibu, rindu ingin menggenggam dan mencium tangannya.
Namun sayang lebaran tahun ini kita tidak bisa lagi melakukannya, karena keadaan yang memaksa, dan lagi pula orang yang selalu kita cium tangannya, orang yang selalu kita bersimpuh dihadapannya pun kini telah kembali kepada Allah, suaranya tidak bisa kita dengar lagi, tangannya tidak dapat kita genggam lagi, karena mereka telah lebih dahulu pulang ke kampung halaman yang sesungguhnya.
Masih terbayang dalam ingatan kita, ketika kita masih kecil berhari raya bersama ayah dan ibu, Dia memandikan kita, dipakaikannya baju baru, disisirkannya rambut kita, dikasihnya minyak wangi, lalu diciumnya kita, diajaknya kita sholat idul fitri bersama, sungguh suasana idul fitri yang sangat menyenangkan. Namun kini semua hanya tinggal kenangan. Hanya doa yang dapat kita panjatkan dihari nan fitri ini semoga arwahnya tenang di kampung nan abadi. Amin
Allahuakbar 3x Walillahilhamd
Kaum Muslimin yang berbahagia
Di akhir khutbah ini, dapat kita simpulkan bahwa “Ramadhan memang telah berlalu meninggalkan kita. Namun pengaruhnya tidak boleh hilang begitu saja, minimal tiga sifat baik tadi harus menjelma dengan jelas dalam hidup keseharian kita, maka “tampilan” kitapun harus lebih Islami. baik perilaku, interaksi, kebijakan, aktivitas, rumah tangga, ataupun sosial. Rakyat ataupun pejabat. Sebab inilah indicator (tanda-tanda) diterimanya puasa Ramadhan kita.
Marilah kita rayakan hari kemenangan ini dengan mempererat tali silaturrahim, memberi dan meminta maaf, baik langsung maupun tidak langsung dengan tetap waspada virus corona. Jangan lupa lanjutkan amalia ramadhan, pedulilah kepada sesama, orang miskin dan anak yatim, tegakkan sholat tunaikan zakat jauhi maksiat, semoga Allah memberi taufik hidayah serta maghfirohnya kepada kita semua, Amin ya rabbal alamin
اَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرْهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
KHUTBAH KE 2
للهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَأَصْيْلاً لاَاِلَهَ اِلاّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْوَللهِ اْلحَمْدُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْـدَهُ وَنَصَرَعَبِدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ .أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ .اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ: فَيَآ أَيـُّهَا النَّاسُ, اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ تَعاَلَى : اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ . رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1442 H
مِنَ الْعَائِدِيْنَ الْفَائِزِيْنَ
MOHON MA’AF LAHIR BATIN
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar