ARTIKEL
“Permasalahan Takdir”
Dr.KH.M.Ridwan Jalil,S.Ag.M.Pd.I
Kasus: Kalau sudah ditakdirkan Allah miskin buat apa berkerja?,,..
Dikisahkan dari sahabat Abdullah bin Abbas r.a.,
sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim, bahwa Umar bin al-Khattab r.a. dan rombongannya, suatu
saat berangkat ke negeri Syam (daerah Syiria sekarang). Saat
akan memasuki wilayah itu, para pembesar negeri Syam melaporkan kepada Umar
r.a, bahwa daerah itu sedang berjangkit wabah penyakit menular. Umar bin
al-Khattab r.a. kemudian bermusyawarah dengan para sahabat Muhajirin dan Anshar
untuk mencari jalan keluar (way
out) yang baik dari masalah tersebut. Umar dan rombongan
sepakat untuk kembali ke Madinah, tidak memasuki daerah yang berbahaya itu.
Tiba-tiba Abu Ubaidah bin Jarrah, salah seorang anggota rombongan, tampil dan
melontarkan satu pertanyaan kepada Umar:
أَفِرَارًامِنْقَدَرِاللَّهِ
:“Apakah kita hendak lari menghindari takdir Allah?”
Umar
menjawab:
نَعَمْنَفِرُّمِنْقَدَرِاللَّهِإِلَىقَدَرِاللَّهِ
“Benar, kita menghindari suatu takdir Allah dan menuju takdir Allah yang lain”.
Untuk meyakinkan sahabatnya, Umar r.a. memberikan contoh yang sangat tepat. Kata Umar r.a.:
أَرَأَيْتَلَوْكَانَلَكَإِبِلٌفَهَبَطَتْوَادِيًالَهُعُدْوَتَانِإِحْدَاهُمَاخَصِبَةٌوَالْأُخْرَىجَدْبَةٌأَلَيْسَإِنْرَعَيْتَالْخَصِبَةَرَعَيْتَهَابِقَدَرِاللَّهِوَإِنْرَعَيْتَالْجَدْبَةَرَعَيْتَهَابِقَدَرِاللَّهِ
“Sekiranya engkau sedang menggembalakan untamu, kamu dapati ada dua lembah, yang keduanya merupakan takdir Allah. Lembah pertama merupakan padang rumput yang hijau dan subur, sedang lembah kedua merupakan bukit-bukit berbatu yang gersang, tidak ada rumput atau tumbuhan lain. (Apakah kamu akan membawa ternakmu ke lembah yang gersang itu? Tentu tidak, tetapi akan membawanya ke lembah yang pertama yang subur itu). Bila anda pergi ke lembah yang subur itu berarti anda mengikuti takdir Allah, demikian pula bila anda menuju lembah yang gersang itu”.
Kemudian datanglah Abdurrahman bin Auf r.a., seraya
berkata: “Dalam masalah ini, aku mendapat sebuah pengetahuan, suatu ketika aku
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda
إِذَاسَمِعْتُمْبِهِبِأَرْضٍفَلَاتَقْدَمُواعَلَيْهِوَإِذَاوَقَعَبِأَرْضٍوَأَنْتُمْبِهَافَلاَتَخْرُجُوافِرَارًامِنْهُ
“Apabila kamu mendengar di daerah ada wabah,
maka janganlah mendekatinya. Dan jika ada wabah sedangkan kamu berada di daerah
itu, maka janganlah kalian keluar dari daerah itu untuk menghindarinya.”
Mendengar
penuturan Abdurrahman bin Auf, r.a. tersebut, Umar r.a. memuji syukur kepada
Allah s.w.t., kemudian pergi. (Hadis Shahih, Riwayat al-Bukhari: 5288)
Berdasarkan riwayat di atas, dengan mudah dapat difahami
bahwa kepercayaan pada takdir Allah, tidak berarti menafikan kebebasan manusia,
juga tidak merupakan paksaan atau tekanan. Karena Qadha dan Qadar itu ada dalam ilmu Allah
s.w.t. yang Qadim dan Azali.
Setiap diri manusia tidak ada yang mengetahui, apa yang akan dikerjakannya atau
yang akan ditinggalkannya pada masa yang akan datang secara hakiki. Wallahu'alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar