KHUTBAH
IDUL ADHA 2018
PERINSIP
HIDUP HAMBA ALLAH
YANG BERTAKWA
Oleh
: Ridwan Jalil
الله
ُ اَكْبَرُ 9x
الله ُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ
لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّاَصِيْلاً لاَاِلهَ اِلاَّ الله
وَاللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ
لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ
لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي
بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى
الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Segala puji untuk Allah SWT yang telah memberi kesempatan kepada
kita untuk menikmati ibadah shalat Idul
Adha setelah kita berpuasa Arafah kemarin. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi kita Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para penerusnya
hingga hari akhir nanti.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Lantunan takbir, tahlil dan tahmid kembali menggema di seluruh muka
bumi ini sekaligus menyertai saudara-saudara kita yang datang menunaikan
panggilan agung ke tanah suci guna menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang
kelima. Bersamaan itu, di sini kita melaksanakan ibadah yang terkait dengan
ibadah haji yaitu puasa hari Arafah yang bersamaan dengan wuquf di Arafah,
pemotongan hewan qurban setelah shalat idul Adha nanti. Semua yang dilakukan
itu tujuannya sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Dalam kehidupan ini, ada banyak sekali prinsip-prinsip hidup yang
harus kita jalani dan kita pegang teguh. Belajar dari kehidupan Nabi Ibrahim AS
dan keluarganya, pada kesempatan ini paling tidak, ada empat prinsip hidup yang
harus kita wujudkan dalam kehidupan kita, baik secara pribadi, keluarga maupun
masyarakat dan bangsa.
Pertama, berdoa. Salah
satu yang amat penting untuk kita lakukan dalam hidup ini adalah berdoa kepada
Allah SWT. Doa bukan hanya menunjukkan kita merendahkan diri kepada Allah, tapi
memang kita merasa betul-betul memerlukan bantuan dan pertolongan-Nya, karena
Allah adalah segala-galanya, sedangkan kita amat memerlukan dan tergantung
kepada-Nya. Di antara doa Nabi Ibrahim AS adalah agar negeri yang ditempati
diri dan keluarganya dalam keadaan aman . Allah SWT berfirman menceritakan doa
Nabi Ibrahim as:
وَإِذْ
قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ
أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah
negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku
daripada menyembah berhala-berhala. (QS Ibrahim :35).
Berdoa kepada Allah SWT adalah untuk kepentingan bersama, termasuk
mereka yang tidak beriman sekalipun, karenanya Allah SWT menegaskan kepada Nabi
Ibrahim as:
قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ
قَلِيلاً ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Dan kepada orang kafirpun, aku beri kesenangan sementara, kemudian
aku paksa ia menjalani siksa neraka. Dan itulah seburuk buruk tempat kembali.”
(QS. Al-Baqarah :126)
Dalam konteks kehidupan negara kita sat ini yang akan memilih Presiden dan Wakil Rakyat,
maka sudah seharusnya kita berdoa untuk kebaikan Bangsa dan Negara kita agar pada
saat PILPRES DAN PILEG nanti, aman terkendali dan diberikan pemimpin dan wakil rakyat
yang jujur dan aman sehingga membawa Negeri
ini menjadi Negeri yang makmur BALDATUN THOYYIBATU WA ROBBUN GHAFUR.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Prinsip hidup Kedua adalah memiliki semangat
berusaha sehingga mau berusaha semaksimal mungkin. Hal ini karena sesulit
apapun keadaan, peluang mendapatkan sesuatu tetap terbuka lebar. Siti Hajar
telah membuktikan kepada kita betapa ia berusaha mencari rizki meski berada di
daerah yang saat itu belum ada kehidupan, inilah yang dalam ibadah haji dan
umrah dilambangkan dengan sai yang artinya usaha. Karena itu, ketika kita sudah
berdoa, jangan sampai kita mengkhianati doa kita sendiri. Berdoa minta ilmu
tapi tidak mau belajar, berdoa minta anak shalih tapi tidak mencontohkan
keshalihan dan tidak mendidik mereka, berdoa minta sehat tapi mengonsumsi
sesuatu yang mendatangkan penyakit, berdoa minta rizki tapi tidak mau berusaha
meraih yang halal, begitulah seterusnya. Ini yang kita maksud dengan
mengkhianati doa sendiri.
Kadang ada orang salah paham, dia tidak mau berusaha karena katanya
“rizki kan di tangan Tuhan.” Kalimat itu tidak salah, yang banyak orang salah
adalah memahaminya; seolah-olah rizki itu akan kita dapat secara otomatis,
mereka berkata: “sekalipun usaha, kalau bukan rizki kita tetap saja tidak
dapat.” Padahal Allah SWT memang sudah menyediakan rizki buat kita, bahkan
tidak ada makhluk di muka bumi ini, kecuali sudah ada rizkinya. Karena sudah
ada dan disediakan, maka kita tinggal mengambilnya, bukan berpangku tangan.
Kambing itu bisa menjadi rizki kita, tapi kitapun harus berusaha dengan
menyembelihnya secara benar, membersihkannya, memasaknya untuk selanjutnya
memakannya, baru jadi rizki kita. Apa yang sudah di depan mata, kita masih
harus berusaha agar menjadi rizki kita, apalagi rizki yang Allah sediakan di
laut, di gunung hingga di pulau lain dan di belahan bumi yang lain.
Siti Hajar telah mencontohkan kepada kita bahwa meskipun ia berbaik
sangka kepada Allah SWT Yang Maha Pemberi Rizki, tapi ia tetap berusaha untuk
mencari rizki, namun ketika mencari rizki, perhatian dan tanggung jawab
utama kepada pendidikan anak tetap dilaksanakan hingga Ismail menjadi anak yang
shalih dan selalu menunjukkan ketaatan yang luar biasa kepada Allah SWT dan
orang tuanya. Bangunan berupa pilar setengah lingkaran di dekat Ka’bah
merupakan monumen bersejarah yang disebut dengan hijr Ismail (pangkuan
Ismail), di situlah dulu Ismail diasuh oleh ibunya.
Karena itu, berjalan dalam rangka berusaha mencari rizki secara
halal untuk bisa menafkahi diri dan keluarga termasuk berada di jalan Allah
SWT, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ
اللهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ الْمُحْتَرِفَ، وَمَنْ كَدَّ عَلَى عِيَالِهِ كَانَ
كَاالْمُجَاهِدِ فِى سَبِيْلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ.
Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil.
Barang siapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia
serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah (HR. Ahmad).
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id Yang Dirahmati Allah.
Prinsip hidup Ketiga yang harus kita wujudkan
sebagaimana telah dimiliki oleh Nabi Ibrahim AS dan keluarganya adalah memiliki
hati yang bersih dan tajam. Seperti halnya badan dan benda-benda, hati bisa
mengalami kekotoran, namun kotornya hati bukanlah dengan debu, hati menjadi
kotor bila padanya ada sifat-sifat yang menunjukkan kesukaannya kepada hal-hal
yang bernilai dosa, padahal dosa seharusnya dibenci. Oleh karena itu, bila dosa
kita sukai apalagi sampai kita lakukan, maka jalan terbaik adalah bertaubat
sehingga ia menjadi bersih kembali, Rasulullah SAW bersabda:
التاَّ ئِبُ مِنَ الذَنْبِ كَمَنْ
لاَ ذَنْبَ لَهُ
Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak
menyandang dosa (HR. Thabrani).
Hati yang bersih akan membuat seseorang menjadi sangat sensitif
terhadap dosa, karena dosa adalah kekotoran yang sangat merusak jiwa. Karena
itu, Nabi Ibrahim AS sampai berdoa agar jangan sampai hatinya kotor, karena hal
itu hanya akan membuatnya menjadi terhina, apalagi pada hari kiamat:
وَلا
تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ. يَوْمَ لا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ. إِلا مَنْ
أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Dan janganlah engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan,
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih (QS Asy
Syu’araa:87-89).
Setelah hati bersih, maka hatipun menjadi tajam sehingga orang yang
hatinya tajam amat mudah membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana
yang diperintah dan mana yang dilarang. Karena itu, Nabi Ibrahim AS dan anaknya
Nabi Ismail cepat paham dan nyambung terhadap perintah Allah SWT untuk
menyembelih Ismail meskipun hanya dengan isyarat mimpi. Dalam kehidupan
sekarang, banyak orang yang hatinya tumpul karena sudah berkarat dengan dosa,
sehingga jangankan bahasa isyarat, bahasa yang terang, jelas dan tegas saja
bahwa hal itu diperintah atau dilarang tetap saja tidak paham atau tidak mau
dipahami.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id Yang Berbahagia.
Keempat yang merupakan
prinsip hidup yang kita ambil dari Nabi Ibrahim AS dan keluarganya adalah Tidak
Menyombongkan diri atas kebaikan yang
dilakukannya. Dalam kehidupan manusia, banyak orang baik merasa paling baik,
bahkan merasa sebagai satu-satunya orang atau kelompok yang baik. Ini merupakan
kesombongan atas kebaikan dan kebenaran yang dipegangnya. Sikap seperti ini
merupakan sesuatu yang tidak baik sekaligus menunjukkan bahwa dia orang yang
tidak memahami sejarah. Karena itu, Nabi Ismail AS menegaskan kepada ayahnya
Nabi Ibrahim AS ketika diceritakan mimpi ayahnya dengan mengatakan:
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ
سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia
menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya
Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
(QS Ash Shaffat :102).
Apa yang dikemukakan Nabi Ismail AS menunjukkan ia seorang remaja
dengan kepribadian yang matang. Ia langsung menangkap perintah Allah SWT dari
cerita mimpi ayahnya, bahkan ia siap melaksanakannya dengan segala
konsekuensinya. Yang amat mengagumkan adalah ia mengatakan insya Allah engkau
akan mendapatiku termasuk orang yang sabar. Itu artinya ia memang siap
menunjukkan kesabaran, tapi ia tidak mengklaim sebagai anak yang paling sabar
apalagi mengklaim sebagai satu-satunya orang yang sabar, karena ia tahu bahwa
dahulu banyak orang yang sabar, bahkan mereka jauh lebih sabar dari dirinya.
Ini berarti, Ismail bukan hanya punya pemahaman sejarah bahwa dulu banyak orang
yang sabar, tapi juga begitu tawadhu atau rendah hati dengan mengatakan
termasuk orang yang sabar. Karena itu, ibadah haji yang sedang dilaksanakan
oleh kaum muslimin dari seluruh dunia mengisyaratkan bahwa kita tidak pantas
berlaku sombong, termasuk sombong atas kebaikan yang kita lakukan, ini diisyaratkan
dengan pakaian ihram yang dikenakan, kain yang sama ketika dikenakan saat
membungkus tubuh kita menjelang dikuburkan.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Demikian khutbah Idul Adha kita pada hari ini, semoga menjadi
poin-poin penting dalam upaya memperbaiki kualitas hidup kita masing-masing,
baik sebagai pribadi, anggota keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.Amin..
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرالْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
KHUTBAH KE 2
للهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَأَصْيْلاً لاَاِلَهَ اِلاّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْوَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْـدَهُ وَنَصَرَعَبِدَهُ
وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ . اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا :اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا
نَهَى
.وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ
بَدَأَ
فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صّلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ . رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ . رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
جَعَلَنَا الله وَ إِيَّاكُمْ
مِنَ الْعَآئِدِيْنَ الْفَآئِزِيْنَ الْآمِنِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِي عِبَادِهِ
الصَّالِحِيْنَ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَاَرْحَمَ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّحِمِيْنَ