|
“KEJUJURAN”
Khutbah
Idul Fitri tahun 1440 H/2019
Oleh:
Ustz. DR.RIDWAN JALIL, M.Pd,I
الله ُ اَكْبَرُ 9x
الله ُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ
اللهِ بُكْرَةً وَّاَصِيْلاً لاَاِلهَ اِلاَّ الله وَاللهُ اَكْبَرُ اللهُ
اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ.
الحمدَ لله الذي
جعل هذا اليوم عيدا للمؤمنين وختم به شهر
الصيام أشْهَدُ أَنْ
لاَ إلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْك لَهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ، اللهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَعَلَى الِهِ
وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله ، أُوصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَا
الله
فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
وقال الله تعالى قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى . وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى
Allahuakbar 3x walillahilham
Saudara-saudara kaum
muslimin
Jama’ah sholat Idul Fitri Rahimakumullah
Sejak tadi malam alunan gema takbir, berkumandang bersahut-sahutan, seiring dengan tabuhan beduk yang bertalu-talu menandakan datangnya hari kemenangan yakni ( Hari Raya Idul Fitri 1440 H ). Setelah satu bulan kita melaksanakan ibadah puasa dan atas karunia-Nya pada hari ini Al-hamdulillah kita dapat merayakan hari kemenangan ini tanpa halangan suatu apapun.
Hari ini kita semua merasakan kegembiraan, kebahagian bercampur
kesedihan; kenapa bahagia?..karena kita telah kembali kepada fitrah. Kenapa
gembira?..karena kita telah berhasil memenangkan perjuangan melawan hawanafsu
selama bulan Ramdhan. kenapa
bersedih?..karena berpisah dengan bulan Ramdhan, yang telah banyak memberikan
pesan dan kenangan manis kepada kita semua.
Allahuakbar 3x Walillahilham
Kaum Musliman yang berbahagia.
Seiring dengan berlalunya Bulan suci
Ramadhan, banyak pelajaran yang dapat
kita petik dari amalia Ramadhan kita, salah satunya adalah sifat jujur. Selama
satu bulan kita di tempa untuk selalu berkata jujur dan tidak boleh berdusta
sebab jika kita berdusta tentu akan menghilangkan pahala puasa kita.
Berbicara tentang kejujuran Nabi bersabda;
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ
الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى
الْجَنَّةِ
Hendaklah
kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan
kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. (HR.MUSLIM)
Hadits ini mempertegas bahwa kejujuran
itu sangatlah istimewa sehingga dapat
membawa orang jujur ke tempat yang sangat istimewa pula yaitu surga. Terkait
dengan kejujuran yang saat ini sedang di pertaruhkan dengan kecurangan di Negri
ini, mari sama-sama kita bercermin dari kisah Umar Bin Khatab dengan seorang gadis
penjual susu yang jujur, yang sangat menginspirasi dan sangat mengharukan.
Pada satu malam Khalifah ‘Umar bin
Khattab melakukan ronda, Ketika melewati
sebuah gubuk, beliau mendengar percakapan seorang ibu dan anak gadisnya;
Ibunya berkata..Nak sejak Ayahmu meninggal,
penghasilan kita sangat menurun. Bahkan dari hari ke hari rasanya semakin berat
saja. Aku khawatir kita akan kelaparan,” kata Ibunya. Anak gadisnya terdiam.
Tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang sudah terisi susu. “Nak,” bisik
Ibunya “Kita campur saja susu itu dengan
air, supaya penghasilan kita cepat bertambah banyak.” Anak gadisnya menolak keinginan Ibunya. “Ibu, hanya karena kita ingin mendapat
keuntungan yang besar, lalu kita berlaku curang pada Pembeli ?”.tidak bu, saya
tidak mau melakukan kecurangan itu” kata anaknya. “Tapi, tidak akan ada yang
tahu kita mencampur susu dengan air Tengah malam begini,” kata Ibunya tetap
memaksa. “Ayolah Nak, mumpung sedang tengah malam. Tak ada yang melihat kita !”
“Bu, meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita mencampur
susu dengan air, tapi Aku yakin Allah tetap selalu mengawasi apa yang kita
lakukan setiap saat,”
Di luar bilik, Khalifah ‘Umar tersenyum
kagum akan kejujuran Anak gadis itu. Keesokan paginya, Khalifah ‘Umar memanggil
putranya, ‘Ashim bin ‘Umar. Di ceritakannya tentang Gadis jujur Penjual Susu
itu. “Anakku, menikahlah dengan gadis itu. Ayah menyukai kejujurannya,” kata
Khalifah ‘Umar..”‘Ashim bin ‘Umar menyetujuinya.
Beberapa hari kemudian ‘Ashim melamar
Gadis itu. Betapa terkejut Ibu dan Anak Perempuan itu dengan kedatangan Putra
Khalifah. Mereka mengkhawatirkan akan di tangkap karena suatu kesalahan. “Tuan,
Saya dan Anak saya tidak pernah melakukan kecurangan dalam menjual susu. Tuan
jangan tangkap kami....,” sahut Ibu tua ketakutan. Putra Khalifah hanya
tersenyum. Lalu mengutarakan maksud kedatangannya hendak menyunting Anak
Gadisnya.
“Bagaimana mungkin? Tuan adalah seorang
Putra Khalifah, tidak selayaknya menikahi Gadis miskin seperti Anakku?” tanya
Ibu tua itu dengan perasaan ragu. “Khalifah adalah orang yang tidak membedakan
manusia. Sebab, hanya ketakwaanlah yang meninggikan derajat seseorang disisi
Allah,” kata ‘Ashim sambil tersenyum. Dan Aku kata Khalifah Umar melihat Anakmu
adalah seorang Gadis yang sangat jujur. Anak gadis itu saling berpandangan
dengan Ibunya. Bagaimana Khalifah tahu ? Bukankah selama ini ia belum pernah
mengenal mereka. “Setiap malam aku suka berkeliling memeriksa rakyatku. Malam
itu aku mendengar pembicaraan kalian...,” jelas Khalifah ‘Umar. Ibu itu bahagia
sekali. Khalifah ‘Umar ternyata sangat bijaksana. Menilai seseorang bukan dari
kekayaan tapi dari kejujurannya.
Sesudah ‘Ashim menikah dengan gadis itu,
kehidupan mereka sangat bahagia. Keduanya membahagiakan orangtuanya dengan
penuh kasih sayang. Beberapa tahun kemudian mereka dikaruniai Anak dan Cucu yang
kelak akan menjadi orang besar dan memimpin Bangsa Arab. Yaitu Umar Bin abdul
Aziz yang sering disebut khalifah yang kelima.
Allahuakbar 3x Walillahilham
Kaum Musliman yang berbahagia.
Kisah di atas menggambarkan ternyata “Kejujuran” berbuah manis. Dari kisah ini dapatlah diambil beberapa pelajaran penting
antara lain;
Pertama ; Sebagai
seorang pemimpin ; Umar bin Khatab dalam menjalankan roda kepemipinannya tidak
mau hanya sekedar mendapat laporan saja. Hampir setiap malam Umar bin Khattab melakukan
perjalanan diam-diam. Ditemani salah seorang sahabatnya, ia masuk keluar
kampung. Ini ia lakukan untuk mengetahui kehidupan rakyatnya. Sebab beliau
paham betul hadits Rasulullah;
كُلُّكُمْ رَاعٍ
وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ
رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ
بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ
Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban
atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban
perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga
yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan
ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. (HR.Bukhari dan muslim)
Ternyata setiap kita adalah pemimpin,
mulai dari pemimpin rumah tangga, sampai presiden, dan harus
mempertanggungjawabkan atas kepempinan kita. Umar bin Khatab ingin
rakyatnya tidak menderita dibawah
kepemipinannya sebab ia takut akan
ditanya di pengadilan Allah. Tidak seperti pemimpin-pemimpin zaman sekarang
hanya takut pada pengadilan dunia dan tidak takut dengan pengadilan akhirat,
padahal di pengadilan akhirat, semua keyakinan, ucapan dan perbuatan ditimbang
seadil-adilnya. Yang lebih mengerikan lagi ialah, setiap manusia pada
pengadilan akhirat nanti tidak akan bisa menyewa pengacara. Tak satupun di
antara keluarga yang dapat membela, bahkan mulut atau lidah kita yang pada
pengadilan dunia bisa bicara dan bisa berdusta, pada pengadilan akhirat nanti
akan terkunci mati, sebagaimana firman Allah;
الْيَوْمَ
نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ
بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Pada hari ini, Kami kunci mulut-mulut mereka,
dan yang akan berbicara adalah tangan-tangan mereka, dan yang akan bersaksi
adalah kaki-kaki mereka terhadap apa yang mereka kerjakan (dulu di dunia). (QS. yasin: 65)
Kedua: Rakyatnya sangat menjujung
tinggi kejujuran. Umar bin Khatab mengintruksikan bahwa semua pedagang harus
jujur tidak boleh mencampur susu dengan air, bila kedapatan curang akan
mendapat sangsi berat.
Semestinya kita malu kepada mereka yang
hidup serba kekurang tapi masih bisa jujur, sebagai umat Islam, sebagai
pemimpin, sebagai rakyat, sebagai pedagang, PNS, Petani dan lainya. Tidak
sedikit orang-orang yang diberi amanah
melakukan kecurangan-kecurangan, tidak jujur, tidak adil bahkan melakukan
kezholiman-kezholiman. Ngakunya demi rakyat untuk rakyat, ujung-ujungnya
menyengsarakan rakyat.
Kita senang dan bangga upaya yang dilakukan pemerintah agar rakyatnya
memiliki sifat jujur. Mulai dari anak TK, SD, SMP DAN SMA pun tidak lepas dari
perhatian pemerintah untuk melatih sifat jujur yakni dengan membuat kantin
kejujuran disetiap sekolah , sebagai media praktik pendidikan kejujuran bagi siswa
sekolah. Namun sayangnya hari-hari kita
dipertontonkan dengan berbagai macam ketidak jujuran, banyaknya terjadi korupsi
di negri ini, satu persatu KPK melakukan OTT (Operasi Tangkap Tangan) terhadap para
pejabat yang sebelum dengan semangat, brantas korupsi ganyang nepotisme. Para
pedagang dan pebisnis tidak segan dan tidak malu-malu lagi melakukan
kecurangan, bahkan sampai (Pesta Demokrasi
Rakyatpun) dicedrahi oleh oknum-oknum yang melakukan kecurangan yang
dipertontonkan dan diviralkan dimana-mana. Nauzubillah minzalik.
Padahal Allah mengharamkan
kecurangan, melarang manusia berbuat curang dengan azab dan
siksa yang pedih di akhirat;
وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ
“Celakalah orang-orang yang berbuat curang,” (QS
Al-Mutaffifin: 1).
Imam Al-Qurtubi, di dalam kitabnya Al-Jami li Ahkamil
Quran, beliau menjelaskan “Wail” sebagai:
شِدَّةُ عَذَابٍ فِي الْآخِرَةِ
“Azab yang sangat pedih ketika di akhirat.”
Ramadhan mengajarkan kita untuk berlaku jujur
dan tidak curang, maka itu sepantasnya jika kita mencintai negeri ini, agar
Allah tidak menghancurkan negeri ini, hendaknya kita menjauhi perbuatan curang
dalam segala bidang. Selain itu, jangan pula kita memberi sarana bagi orang
lain untuk berbuat curang, dan jangan pula kita menolong orang lain dalam
berbuat kecurangan.
Allahuakbar 3x Walillahilham
Kaum Musliman yang berbahagia
Ketiga : sebagai pemimpin Umar bin khatab
mendengar rakyatnya dapat menjunjung tinggi kejujuran beliau memberi
penghargaan yang luar biasa, dinikahkan dengan anaknya.
Memang sepatutnya kita
menghargai orang-orang baik, orang pintar, orang berilmu, yang berprestasi,
orang jujur, orang sholeh. Bukan sebaliknya. Sebuah fenomena akhir-akhir ini
terjadi. lomba main Domino diberi hadiah UMROH, RUMAH GRATIS, TV dan Golkas,
tapi lomba baca Qur’an hadiahnya buku setengah lusin. Pemenang olah raga diberi
hadiah milyaran dan diangkat jadi PNS sementara pemenang MTQ diberi tropy dan
beberapa ratus ribu saja, bagaimana termotivasi anak-anak untuk agama dan mempelajari
al Qur’an. Sungguh aneh bin ajaib hidup di zaman Naw. Rasulullah SAW bersabda;
سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتٌ؛ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ
قِيلَ: وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ: الرَّجُلُ التَّافِهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
“Sungguh, akan datang kepada manusia
tahun-tahun yang sangat menipu. Para pendusta pada zaman itu dianggap sebagai
orang yang jujur, sementara orang yang jujur dianggap pendusta. Para
pengkhianat pada zaman itu dipercaya, sementara orang-orang yang amanah
dianggap pengkhianat. Pada zaman itu pula Ruwaibidhah banyak berbicara.” Rasulullah
pun ditanya, “Siapa Ruwaibidhah, wahai Rasulullah?”Beliau kemudian menjawab,
“Orang dungu yang membicarakan urusan manusia.”
Allahuakbar 3x Walillahilham
Kaum Musliman yang berbahagia
Ketika manusia tidak
lagi mengetahui bagaimana cara menumbuhkan dan merawat iman di hati, dan
kemudian berbelok kepada cinta dunia dan berebut kelezatan dunia, maka biasanya
akan memicu tumbuhnya budaya bohong dan kemudian tumbuh dan membesar di
tengah-tengah kehidupan. Dan inilah bibit-bibit yang akan menimbulkan perpecahan
di tengah tengah kerukunan umat manusia. Ingatlah, Dusta dan kecurangan yang merajalela
di tengah-tengah masyarakat mengakibatkan datangnya hukuman Allah, Sebagaimana firman Allah SWT;
فَأَخَذَتْهُمُ
الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُواْ فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ
Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah
mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka (Q.S.Al-A’raaf : 91)
Allahuakbar 3x Walillahilham
Kaum Musliman yang berbahagia
Di hari raya Idul Fitri ini, di hari nan
bahagia ini, kita berdoa dan berharap semoga kedepan akan kemabali lahir pemimpin
yang amanah dan tegas seperti Umar bin
Khatab, dan Rakyat yang jujur seperti gadis yang dikisahkan di atas.
Di hari yang bahagia ini mari kita
ishlah, kita perbaiki segala kesalahan, kita hilangkan silang sengketa kita
soal dunia, sudah masanya kita kembali merajut masa depan yang lebih baik, sudah pasti ada dosa dan orang-orang yang
tersakiti karena kita, karena itu mohon
ampunlah pada Allah dan minta maaflah kepada sesama.
Dalam kesempatan ini, dihari yang suci
ini, semua orang ingin pulang kampung, ingin bersimpuh dihadapan ayah ibu kita
masing-masing, kita rindu ingin menggenggam dan mencium tangannya, seraya
mengakui akan dosa-dasa kita kepadanya di hari lebaran ini, kita ingin berbagi
kebahagiaan atas kesuksesan kita dalam mencari rezki selama ini, karena berkat
susah payahnya dalam membesarkan, mendidik dan menyekolahkan kita sehingga kita
jadi seperti sekarang ini. Masih terbayang dalam ingatan, ketika kita masih
kecil tatkala menyambut lebaran, ayah dan ibu memandikan kita, dipakaikannya
baju baru, disisirkannya rambut kita, dikasihnya minyak wangi, lalu diciumnya
kita, diajaknya kita takbiran bersama,
sungguh suasana idul fitri yang sangat
menyenangkan yang tak bisa dilupakan.
Namun sayang lebaran ini, orang yang
selalu kita cium tangannya, orang yang selalu kita bersimpuh dihadapannya, kini
sudah tiada, mereka sudah di alam kubur. suaranya tidak bisa kita dengar lagi,
tidak lagi dapat kita genggam tangannya, tidak lagi dapat kita meminta maaf kepadanya, dengan sangat
menyesal ketika kita sudah sukses dan mampu memberikan apa yang dia inginkan,
dia sudah tiada. telah dipanggil yang kuasa, mereka telah lebih dulu pulang ke
kampung halaman yang sesungguhnya. kini semua hanya tinggal kenangan.
Allahuakbar 3x Walillahilham
Kaum Musliman yang berbahagia
Di akahir khutbah ini khatib berpesan;
1)
Belum terlambat dan tidak ada kata terlambat untuk
bertobat/memperbaiki diri. Segeralah pada ampunan Allah , dan minta maaflah kepada
orang yg sudah kita sakiti, kita curangi, agar kita benar-benar kembali kepada
kesucian.
2)
Datanglah kepada ayah ibu kita, ciumlah tangannya, mintalah maaf
darinya, agar hidupmu berkah, jika beliau sudah tiada berziarahlah kekuburannya
doakan ia agar Allah mengampuni dosanya, merenunglah disana, katakan bahwa kita
juga akan sama seperti mereka akan berbaring dibwah tanah seperti mereka.
3)
Berkunjunglah kepada karib kerabat, bukalah pintu hati untuk saling
memaafkan atas kehilafan dan kesalahan masing-masing. semoga Allah
meridhoi kita semua. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرالْحَكِيْمِ،
وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
الْعَلِيْمُ.
KHUTBAH
KE 2
للهُ
اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَأَصْيْلاً لاَاِلَهَ اِلاّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْوَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ
اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا :اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ
اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا
نَهَى
.وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ
بَدَأَ
فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى
: اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ
صّلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ
اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ . رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ . رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
جَعَلَنَا الله
وَ إِيَّاكُمْ
مِنَ الْعَآئِدِيْنَ الْفَآئِزِيْنَ الْآمِنِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِي عِبَادِهِ
الصَّالِحِيْنَ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَاَرْحَمَ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّحِمِيْنَ