KHUTBAH JUMAT KE 3 RAMADHAN 2021
MELAWAN HAWA NAFSU DAN CORONA
Oleh : Dr.M.Ridwan Jalil, M.Pd.I
الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَى قُلُوْبِ اْلمُسْلِمِيْنَ المُؤْمِنِيْنَ، وَجَعَلَ الضِّياَقَ عَلَى قُلُوْبِ الْمُنَافِقِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ .أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ .يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
KAUM
MUSLIMIN JAMA’AH SHOLAT JUM’AT YANG BERBAHAGIA.
Saat ini kita masih dalam suasana perang. Ada dua perang yang sedang kita hadapi yakni perang melawan( hawa nafsu) dan perang melawan (virus corona). Kedua musuh kita ini mempunyai tipologi yang sama yakni sama-sama tidak nampak sehingga kitapun tidak tahu berapa kekuatan mereka.
Kedua musuh kita ini (Hawa nafsu dan virus corona ) keduanya adalah makhluk Allah, terhadap kedua makhluk Allah ini hanya ada dua pilihan, apakah kita menguasai mereka atau justru sebaliknya mereka yang menguasai kita, untuk itu jangan sepelehkan peperangan ini.
Rasulullah SAW sepulang dari perang badar berkata; “Kalian semua pulang dari sebuah pertempuran kecil dan bakal menghadapi pertempuran yang lebih besar. Lalu ditanyakan kepada Rasulullah. Apakah pertempuran akbar itu, wahai Rasulullah?’ Rasul menjawab, ‘jihad (memerangi) hawa nafsu’.”
Nafsu menjadi musuh paling berat dan berbahaya karena yang dihadapi adalah diri sendiri. Ia menyelinap ke dalam diri hamba yang lalai, lalu memunculkan perilaku-perilaku tercela, seperti ujub, pamer, iri, meremehkan orang lain, dusta, khianat, memakan penghasilan haram, dan seterusnya. Sama halnya berperang melawan virus corona ini sangat berat karena pasukanya yang tidak tampak oleh mata biasa, karena parajuritnya terdiri dari jin/setan
KAUM MUSLIMIN YANG BERBAHAGIA
Lantas, bagaimana cara efektif yang bisa kita ikhtiarkan untuk jihâdun nafsi, dan jihad melawan virus corona ini ?
Pertama : Jihad melawan hawa nafsu.
Dalam Futuhat Al-Makkiyah karya Muhyiddin ibn Arabi, diceritakan bahwa ketika pertama kali menciptakan nafsu, Allah bertanya, "Siapa Aku?". Nafsu membangkang dan malah balik bertanya, "Siapa pula aku ini". Allah murka, kemudian memasukkan nafsu dalam lautan lapar sampai seribu tahun. Kemudian ditanya lagi, "Siapa Aku?". Setelah dihajar dengan lapar barulah nafsu mengakui siapa dirinya dan Tuhannya. "Engkau adalah Tuhanku Yang Maha Agung, dan aku hamba-Mu yang lemah".
Terkait hal ini, menurut Syekh Abdul Wahhab asy-Sya’rani, hal pertama yang penting dilakukan untuk mengendalikan hawa nafsu adalah melalui puasa. Nafsu ibarat kayu kering, sementara makanan adalah bahan bakarnya. Api yang menjalar pada kayu itu akan kian berkobar manakala bahan bakar disuplai tanpa batas. Untuk memadamkannya, perlu strategi untuk mengurangi, bahkan menghabiskan, bahan bakar tersebut.
Secara luas, berpuasa juga bisa dimaknai menahan diri dari berbagai keinginan-keinginan yang tak terlalu penting. Meskipun halal, mencegah diri misalnya dari keinginan baju baru yang lebih mewah dari yang sudah ada termasuk cara kita untuk menguasai nafsu.
Terus cara kedua untuk menundukkan hawa nafsu sebagaimana tertuang dalam al-Minahus Saniyyah adalah mengurangi tidur. Ini bukan berarti kita begadang dengan ragam kegiatan yang mubazir. Tidur, sebagaimana juga makanan, bisa menjadi sumber yang menutup kejernihan kita dalam menerima cahaya Tuhan. Mengurangi tidur berarti bergiat bagun menunaikan shalat malam, memperbanyak dzikir, serta bermunajat kepada Allah, dan kegiatan-kegiatan "berat" lainnya. Rasululah bersabda:
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ ، فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ ، وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ ، وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ ، وَمَنْهَاةٌ لِلإِثْمِ “
Laksanakanlah qiyamul lail (shalat malam) karena ia merupakan kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian, mendekatkan kepada Rabb kalian, menghapus dosa-dosa kalian, dan menjauhkan kalian dari berbuat dosa.” (HR at-Tirmidzi)
Bisa dikatakan, nafsu ibarat hewan beringas dan nakal. Untuk menjinakkannya, menjadikan hewan itu lapar dan payah merupakan pilihan strategi yang efektif. Selama proses penundukkan itu, nafsu mesti disibukkan dengan hal-hal positif agar semakin jinak dan tidak buas.
KAUM MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Kedua : Jihad Melawan virus corona, Kekuatan musuh kita yang satu ini tidak boleh dianggap enteng. Kekuatan pasukan Covid-19 bukan dari daya bunuhnya, tetapi dari daya tularnya yang sangat cepat dan sulit dikontrol.
Dalam menghadapi serangan pandemic Covid-19, bertanyalah kepada ahlinya (pakar kedokteran). Mereka adalah orang alim di bidangnya. Dengan demikian maka di tengah berkecamuknya perang melawan Corona ini, bentuk jihad kita adalah dengan mengikuti nasehat para pakar medis.
HADIRIN SEKALIAN YG BERBAHAGIA
Dalam tradisi sufi dikenal istilah uzlah (mengasingkan diri) dan khalwat (menyendiri). Uzlah dan khalwat dapat dimaknai menjauhkan diri dari tempat-tempat keramaian. Inti dari khalwat adalah meninggalkan kesibukan duniawi, dan melakukan dzikir dan tafakkur agar memiliki kesadaran yang dalam akan kehadiran Tuhan.
Perilaku inilah yang saat ini dibutuhkan oleh masyarakat dunia. Tidak ada langkah yang lebih baik dan lebih tepat dalam berjihad melawan terjangan pandemic Covid-19 kecuali uzlah dan khalwat. Dalam konteks ini, bisa ditegaskan bahwa uzlah dan khalwat adalah cara paling efektif dalam memutus mata rantai penularan Covid-19. Hal ini sudah sering ditegaskan oleh para pakar medis di dunia. Uzlah dan khalwat dalam konteks ini dimaknai isolasi, social distance maupun jika diperlukan lockdown. Ketiganya adalah bentuk khalwat dan uzlah dalam konteks tafsir pandemik Covid-19.
Hadirin yang dirahmati Allah, Demikian khutbah kita hari ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ: فَيَآ أَيـُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ عَلَى الدِّيْنِ الْقَوِيْمِ. . وَقَالَ تَعاَلَى : اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ . رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ