Korelasi Haji dan Kehidupan Sosial
Oleh: M.Ridwan Jalil. SAg. M .Pd.I
الله اكبر( x9 (الله أكبر كبيرا والْحَمْدَ لله كثيرا
وسبحان الله بكرة وأصيلا لااله الا الله هوالله اكبر الله اكبر ولله الحمد
الْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِىْ
جَعَلَ هَذَاالْيَوْمَ عِيْدًالِلْمُسْلِمِيْنِ. وَجَعَلَ عِبَادَةَ الْحَجِّ وَعِيْدُ
اْلاَضْحَ مِنْ شَعَائِرِاللَّهِ وَاِحْيَائِهَامِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ. أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ
الْكَرِيْمِ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْن، أمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله، أُوصِيْكُمْ
وَإِيَّايَ بِتَقْوَا الله فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وقال الله تعال: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ
الْأَبْتَرُ
Allahu Akbar 3X
Walillahilhamd
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah.
Tatkala mentari mulai menampakkan wajahnya di ufuk timur, semerbak
wangi bunga di taman, seiring kicauan burung nan merdu, seakan melengkapi
keindahan alunan gema takbir dan tahmid yang dikumandangkan kaum muslimin
muslimat di masjid musholla pada pagi nan indah ini, mulai dari kota sampai ke
pelosok desa, sebagai pernyataan dan pengakuan atas kemaha agungan Allah SWT.
Di sisi lain saat ini umat Islam dari seluruh penjuru dunia
tengah melaksanakan rukun Islam yang kelima, yaitu ibadah haji di Tanah Suci.
Menurut berita Jumlah jamaah calon Haji
Indonesia yang berangkat ke tanah suci Mekah pada tahun ini total keseluruhan
berjumlah 157.115 orang. Luar biasa semangat kaum muslimin indonesia, wabil
khusus masyarakat provinsi jambi saat ini, tidak sedikit daftar tunggu yang
ingin berangkat ketanah suci, artinya tidak sedikit orang ingin medekatkan diri pada Allah, dengan
harapan pulang dari haji menjadi haji mabrur, menjadi orang sholeh, karena
memang ibadah haji, selain sebagai media
mendekatkan manusia dengan Tuhannya, juga sebagai media untuk membentuk manusia
yang memiliki karakter yang peka terhadap sosial.
Setiap musim haji ada ribuan orang menjadi pak haji dan bu
hajjah pulang ketanah air, tentunya dengan membawa perubahan positif sehingga
tetangga pak haji dan bu hajjah yang miskin dan melarat selama ini, dapat
merasakan perubahan pak haji dan bu
hajjah yang makin peduli kepada orang lemah, makin memperhatikan ibadah sosial,
karena Nabi mengatakan;
اَلْحَجُّ
الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةَ قِيْلَ وَمَا بِرُّهُ ؟
قَالَ إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطِيْبُ الْكَلاَمِ
“Haji
mabrur itu tidak ada balasannya kecuali surga”. Rasul ditanya: “Apa tanda-tanda
mabrurnya?”. Nabi Saw menjawab: “Suka membantu memberikan makanan dan santun
dalam berbicara” (HR. Ahmad).
Bila melihat hadits ini, Nampak sekali
korelasi (hubungan) ibadah haji dengan kehidupan sosial. Bahwa pak haji dan bu hajjah pulang dari mekkah harus
menjadi haji mabrur yakni menjadi orang yang rajin memberi makan, jangan sampai
orang disekitarnya kelaparan. Sebab Nabi telah bersabda;
لَيْسَ
اْلمـُؤْمِنُ الَّذِى يَشْبَعُ وَ جَارُهُ جَائِعٌ
“Bukanlah orang yang beriman yang ia sendiri
kenyang sedangkan tetangga (yang di sebelah)nya kelaparan”. [HR
al-Bukhori)
Namun sangat disayangkan, dari sekian
ribu pak haji dan bu hajjah yang pulang dari mekkah setiap tahun, paling hanya
beberapa persen yang suka bersedekah,
memberi makan para dhu’afa.
Begitu juga dengan semangat untuk ke
tanah suci, luar biasa, haji berkali-kali, umrah bolak-balik dan mondar-mandir ke
Mekkah dan Madinah, namun sayang tidak sedikit diataranya melupakan kemiskinan
global, kebodohan massal, penderitaan publik, serta pikun dan tutup mata dengan aneka persoalan
sosial-kemanusiaan yang menggunung di depan matanya.
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kaitannya dengan hal ini, ada sebuah
kisah menarik. Yakni kisah seorang ulama besar di masa tabi’ut tabi’in
yang lahir pada 118 H beliau bernama Abdullah bin Mubarak ; pada
saat beliau menunaikan ibadah haji. Setelah thawaf, ulama besar itu
bermimpi. Ia melihat dua malaikat yang turun dari langit sedang bercakap-cakap.
Salah
satu dari malaikat bertanya “Berapa jumlah umat Islam yang menunaikan haji pada
tahun ini?” malaikat yang lain menjawab;“600.000 jama’ah haji,” “sayangnya
tidak ada satupun dari mereka yang diterima hajinya” masyaallah… Dalam mimpi
itu, Abdullah bin Mubarak merasa terperangah. Jumlah sebanyak itu tak ada yang
diterima? “Padahal jama’ah haji ini datang dari berbagai negeri. Mereka sudah
mengeluarkan banyak uang, melalui perjalanan yang panjang dan melelahkan.
Bagaimana mungkin semuanya tidak diterima?” Ibnu Mubarak menangis. “Namun…”
lanjut malaikat, “Ada satu orang yang hajinya diterima. Namanya Ali bin
Muwaffaq, seorang penduduk Damaskus yang berprofesi sebagai tukang sepatu.
Sebenarnya ia tidak jadi berangkat haji, tetapi Allah menerima hajinya dan
mengampuni dosanya. Bahkan berkat dia, seluruh jama’ah haji yang sekarang ada
di tanah suci ini diterima hajinya oleh Allah.
Abdullah
bin Mubarak sangat bahagia. Ia bersyukur, hajinya dan haji seluruh jama’ah
diterima. lalu, Abdullah bin Mubarak terbangun. Musim haji selesai, rasa
penasaran Abdullah bin Mubarak semakin menjadi. Maka ia pun memutuskan untuk
pergi ke Damaskus, mencari seorang lelaki yang hajinya diterima sebelum ia
datang ke tanah suci.
Dengan
izin Allah, setelah berusaha dan bertanya ke sana kemari, akhirnya Abdullah bin
Mubarak dapat menemukan rumah orang yang bernama Ali bin Muwaffaq. “Assalamu’alaikum,”
kata Abdullah bin Mubarak di depan rumah itu.“Wa’alaikum salam”“Benarkah ini
rumah Ali bin Muwaffaq, tukang sepatu?”“Ya, benar. Ada yang bisa saya bantu?”“Saya
Abdullah bin Mubarak, sewaktu haji saya bermimpi dua malaikat bercakap-cakap
bahwa seluruh jama’ah haji tidak diterima hajinya kecuali Ali bin Muwaffaq,
tukang sepatu dari Damaskus. Padahal Ali bin Muwaffaq tidak jadi berangkat
haji. mendengar itu Ali bin Muwaffaq sangat terkejut, hingga jatuh pingsan.
Setelah
ia sadar, Abdullah bin Mubarak menceritakan kisahnya lebih lengkap. “Amal
apakah yang telah engkau lakukan sehingga Allah menerima hajimu padahal engkau
tidak jadi berangkat ke tanah suci?” “Ya, aku memang tidak jadi berangkat haji.
Sungguh anugerah dari Allah jika Allah mencatatku sebagai orang yang hajinya
diterima. Sebenarnya aku telah menabung sejak lama, hingga terkumpullah biaya
haji. Namun suatu hari, sebelum aku berangkat ke tanah suci, aku dan istriku
mencium masakan yang sedap. Istriku yang sedang mengandung jadi sangat ingin
masakan itu. Lalu kucari sumbernya, ternyata dari tetanggaku. Aku katakan
maksudku, namun ia malah menjawab, ‘Sudah beberapa hari anakku tidak makan.
Hari ini aku menemukan bangkai keledai mati tergeletak, lalu aku memotong dan
memasakknya menjadi masakan ini. Makanan ini tidak halal untuk kalian.’
Mendengar itu, aku sangat sedih. Bagaimana mungkin aku akan berangkat haji
sedangkan tetanggaku tidak bisa makan dan kelaparan. Maka kuambil seluruh
uangku dan kuserahkan padanya untuk memberikan makan anak dan keluarganya.
Karena itu, aku tidak jadi berangkat haji.” Abdullah bin Mubarak terharu.
Bulir-bulir air mata membasahi pipi ulama itu. “Sungguh pantas engkau menjadi
mabrur sebelum haji. Sungguh pantas hajimu diterima sebelum engkau pergi ke
tanah suci,” kata Abdullah bin
Mubarak kepada Ali bin Muwaffaq.
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dari kisah di atas dapatlah kita ambil beberapa pelajaran; pertama
bahwa ;Tidak selamanya amalan wajib lebih baik dari amalan
sunnah. Seperti kisah Ali bin Muwaffaq, sudah niat mau berangkat haji, namun
karena tetangganya kelaparan maka ia mengutamakan ibadah sunnah, yakni memberi
makan tetangganya yang miskin, dan tindakannya itu sudah dinilai sebagai haji
mabrur meskipun ia belum jadi
melaksanakan ibadah haji.
kedua bahwa ibadah haji yang paling ditunggu-tungu adalah
ENDING nya atau kelanjutan dari ibadah itu, apakah membawa perubahan setelah
itu atau tidak. ritual itu harus diikuti dengan kepedulian sosial. Artinya,
ibadah haji harus kita wujudkan ke ruang publik dan kita letakkan dalam konteks
amal sholeh. Beberapa indikator
haji mabrur adalah:
1.Tumbuhnya kepedulian sosial yang tinggi
2.Tutur kata yang santun.
3.Peningkatan gairah beribadah sekembalinya
dari tanah suci.
Intinya setelah pulang ketanah air, mereka semakin (rendah hati). semakin berjiwa sosial. Dari
sisi ibadah juga semakin baik. Masjid adalah rumahnya yang kedua. Jamaah masjid
adalah perkumpulan yang amat dirindukannya. Adzan adalah suara yang paling
dinantikannya. Kalimat takbir adalah ungkapan yang paling meluluhkan hatinya.
Majelis taklim adalah majelis favoritnya untuk menempa diri dari noda hawa
nafsu manusia, serta menggali ilmu-ilmu agama yang bermanfaat bagi dunia dan
akhiratnya. Begitulah kehidupan pak haji dan bu hajjah dalam berinteraksi sebagai hasil tempaan ritual ibadah hajinya.
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Di negeri yang subur makmur, amayoritas Islam,
dengan jamaah haji terbanyak di seluruh dunia. Masjid-masjidnya indah
bertebaran di seluruh pelosok negeri, pesantren dan perguruan tinggi Islam
ribuan jumlahnya. Ulama, kyai, muballigh bergelar profesor, doktor, bahkan
santri penghafal Qur’an begitu banyak, jauh lebih banyak dari artis sinetron
atau penyanyi dangdut. Mereka berdakwah melalui TV, media massa. Para kyai dan
ulama yang tadinya hanya mengelola pesantren, kini banyak yang menjadi anggota
legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Tapi mengapa segala fasilitas kebaikan
ini tidak memberi pengaruh positif bagi bangsa Indonesia? sehingga kemungkaran,
narkoba, pornoaksi Kriminalitas, dekadensi moral, terus saja menghantui
kehidupan generasi muda. kemiskinan, bencana alam, seakan telah menjadi
kekayaan bangsa. Meskipun sudah ada KPK
tapi korupsi seakan tak habis-habisnya. Ada
apa sesungguhnya yang terjadi pada masyarakat kita?
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Al-Qur’anul Karim memberikan jawaban yang
mencengangkan atas pertanyaan di atas. Terdapat
dua golongan manusia yang menunaikan
ibadah haji;
Petama golongan yang hanya mementingkan kehidupan dunia. Ibadah Haji
dimaksudkan hanya sebagai kebanggaan, ajang mencari popularitas dan kemegahan
dunia. Mereka sibuk hanya dengan urusan dunia, hingga terpancar dalam do’anya
kepada Allah.
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا
لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
“Ada orang-orang yang ketika wukuf di Arafah
berdo’a: “Wahai Tuhan kami, berilah kami kesenangan di dunia.” Orang semacam
ini kelak di akhirat tidak akan mendapatkan pahala sedikitpun.” [Al-Baqarah, : 200]
Inilah contoh manusia yang selalu ada
pada semua generasi dan semua tempat. Persepsi sebagian besar umat Islam
tentang haji, hingga sekarang masih seperti orang-orang jahiliyah dahulu. Banyak
orang berulangkali pergi haji atau umrah dengan maksud sekadar wisata rohani. Sebagaimana
yang dikatakan Nabi;
إذا كان آ خر الزمان خرج الناس إلى الحج أاربعة أصناف: سلا طينهم للنزهة, وأغنياؤهم للتجارة, وفقراؤهم للمسألة, وقراؤهم للسمعة.
Pada akhir zaman ada empat macam tujuan orang melaksanakan ibadah haji
1).Para pejabat berhaji untuk berwisata ( jalan-jalan ), 2).orang-orang kaya untuk berniga, 3).orang-orang miskin untuk
meminta-minta, dan 4).para ulama untuk ketenaran.
Golongan kedua, adalah
orang yang beribadah haji untuk mencari keridhaan Allah, sehingga lebih luas
cakrawala pandangannya dan lebih besar jiwanya. Mereka berdo’a kepada Allah
untuk kebaikan nasibnya di dua negeri (dunia dan akhirat):
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ada juga orang yang ketika wukuf di Arafah
berdo’a: ‘Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka.” [Al-Baqarah : 201]
Orientasi ibadah golongan kedua ini lebih
jauh jangkauannya. Ia menginginkan kebaikan di dunia tanpa melupakan nasibnya
di akhirat.
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Hari raya Idul Adha ini disebut juga
dengan hari raya qurban, karena setelah sholat Idul Adha disunahkan memotong
hewan kurban untuk diberikan kepada orang-orang miskin. Sahabat pernah bertanya
kepada nabi; “Apa keutamaan yang kami peroleh dengan ibadah qurban itu Ya Rasul?”
Rasul menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan. ”Mereka
menjawab: “Kalau bulu-bulunya? ”Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya
juga satu kebaikan.” [HR. Ahmad dan ibn Majah].
Luar biasa,,,bayangkan berapa ribu helai bulu
setiap sapi yang dipotong, dan berapa ribu kebaikan yang didapat dari setiap ibadah
qurban.
Dalam konteks hablum minannas,
hikmah ibadah qurban adalah; pertama mungkin bagi sebagian saudara kita
yang miskin ada yang jarang makan daging dalam sebulan atau setahun maka pada
saat ‘Idul Adha’ paling tidak dia dapat merasakan daging yang masih segar dari
qurban saudaranya. Kedua; akan tercipta sebuah kondisi yang kondusif di
antara sesama muslim dengan silaturahim yang semakin erat. Sehingga jurang
pemisah antara si kaya dan si miskin akan dapat direkat sedemikian rupa.
Oleh karena itu berbahagialah bagi bapak ibu yang
telah dapat melaksanakan ibadah qurban.
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Mengakhiri khutbah ini kami berpesan; Dengan semangat
taqarrub kepada Allah kita tingkatkan zikir dan pikir kita, marilah kita
tingkatkan semangat pengorbanan dan solidaritas, kita pedomani dan kita
tauladani kehidupan Nabi dan orang-orang sholeh..agar kehidupan kita lebih baik
lagi. Akhirnya kita mohonkan
taufiq, dan hidayah, serta mau’nah Allah semoga para jamaah haji
indonesia khususnya jamaah haji provinsi jambi dapat melaksanakan segala
prosesi ibadah hajinya dan pulang dengan membawa haji yang mabrur. dan kepada
bapak-bapak ibu-ibu yang sudah berqurban, Kita ucapkan selamat kepada mereka
semua, semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Amin
بَارَكَ
اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْ
KUHBAT KEDUA
للهُ
اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ
اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله
بُكْرَةً وَأَصْيْلاً
لاَاِلَهَ اِلاّ
اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ
اَكْبَرْوَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ
وَاِمْتِنَانِهِ.َ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا :اَمَّا بَعْدُ
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا
اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى .وَاعْلَمُوْا
اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ
ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى : اِنَّ
اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ
مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ
يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى
عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ
عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar