Kamis, 06 Juli 2017

KHUTBAH JUM’AT DAN MATERI CERAMAH HALAL BI HALAL Oleh ; Muhammad Ridwan Jalil, Sag, M.Pd.I

KHUTBAH JUM’AT DAN MATERI CERAMAH HALAL BI HALAL
Oleh ; DR.Muhammad Ridwan Jalil, S.Ag, M.Pd.I

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْـدَهُ وَنَصَرَعَبِدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ
أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ
 فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. 

Jamaah jumat yg berbahagia
Ramadhan sudah berlalu, kini masing-masing kaum muslimin muslimat, dituntut untuk mengaplikasikan setiap amalan yang sudah ia latih dalam momentum ramadhan yang barusan berlalu, Ibadah puasa ditruskan dengan Puasa sunnah Syawal, senin kamis, dan puasa Nabi Daud. Sholat Taraweh diteruskan dengan sholat tahajjud. Tadarus Al-Quran diteruskan tilawah qur’an setiap saat. Memberi buka puasa diteruskan dengan sedekah setiap hari. Sabar dalam puasa diteruskan dengan selalu menjaga emosional  setiap hari, intinya mari kita hidupkan amalan-amalan Ramadhan di sebelas bulan kedepan, agar TC Ramadhan yang sudah kita ikuti selama sebulan kemaren tidak sia-sia.
Memang Ramadhan berlalu, orang mu’min itu ada yang untung ada yang rugi karena tidak mendapat apa-apa. Sebagaimana yang diceritakan oleh Buya hamka dalam buku Tasawuf Moderen;
“Pada suatu masa, Raja Iskandar Zulkarnain beserta pasukannya hendak berangkat menaklukkan suatu daerah. Pagi hari sebelum berangkat, Iskandar Zulkarnain berpesan kepada pasukannya:"Dalam perjalanan, nanti malam kita akan melintasi sungai. Ambillah apa pun yang terinjak yang ada di sungai itu. "Ketika malam tiba dan pasukan Iskandar Zulkarnain melintasi sungai, ada 3 golongan prajurit. Golongan  yang pertama tidak mengambil apa pun yang terinjak di sungai karena yakin itu hanya batu. Golongan yang kedua mengambil alakadarnya yang terinjak di sungai, sekedar mengikuti perintah raja. Yang ketiga mengambil sebanyak-banyaknya yang terinjak di sungai sehingga tasnya penuh dan kepayahan meneruskan perjalanan karena penuhnya bawaan.
Setelah melanjutkan perjalanan dan tiba pagi hari, Iskandar Zulkarnain bertanya kepada pasukannya, apa yang kalian dapatkan semalam? Ketika para prajurit memeriksa tasnya, ternyata isinya intan berlian. Prajurit yang tidak mengambil apa-apa sangat menyesalinya. Prajurit yang mengambil ala kadarnya ada perasaan senang bercampur penyesalan. Prajurit yang sungguh-sungguh mengambil merasa sangat bahagia.

Kaum Muslimin yg  berbahagia
Kita sadari bahwa Ramadhan yang baru berlalu di dalamnya banyak sekali keberkahan. Dan kita memiliki 3 pilihan. 
Pertama; Melewati Ramadhan tanpa mengambil keberkahannya sedikit pun.(ini amat rugi) kedua; melewati Ramadhan dengan mengambil keberkahan ala kadarnya.(ini orang setengah rugi) ketiga; Atau melewati Ramadhan dengan bersungguh-sungguh mengambil keberkahannya,(nah..inilah orang yang beruntung)  Nabi bersabda;

:
وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
"Amat merugi/hina seseorang yang Ramadhan masuk padanya kemudian Ramadhan pergi sebelum diampuni dosanya." (HR. al-Tirmidzi)

Kaum Muslimin yg berbahagia.
Sekarang kita masih dalam suasana Halal Bi halal, dimana-mana kaum muslimin muslimat melaksanakan acara halal bihalal. Dan acara Halal bihalal ini selalu dilatar belakangi keinginan untuk membersikan dari kesalah dan dosa kepada sesama. Kerena dosa kepada Allah sudah Allah ampuni melalui rangkain Ibadah Puasa yang sudah dilaksnakan selama sebulan; ini kita yakini berdasarkan Hadits Nabi;, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah SWT telah mewajibkan ibadah puasa Ramadhan, dan disunahkan untuk melakukan salat sunah, maka barang siapa mengerjakannya karena iman dan melakukan intropeksi, makan dia keluar dari dosa dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan’. Artinya dosa kita kepada allah sudah kita lebur dengan Ramadhan, Namun dosa kekapada sesama belum selesai.
Kekhilafan di antara sesama kita hanya akan terbebas setelah dapat saling memaafkan di antara kita. Inilah otoritas Allah yang diberikan kepada manusia. Allah sendiri tidak akan memaafkan seseorang atas kesalahan yang pernah diperbuatnya dengan sesama manusia, sebelum di antara mereka sendiri dapat saling memaafkan, sebagaimana hadits Nabi “Barangsiapa yang mempunyai kezhaliman kepada saudaranya mengenai hartanya atau kehormatannya, maka diminta dihalalkanlah kepadanya dari dosanya itu sebelum datang hari di mana nanti tidak ada dinar dan dirham (hari kiamat), di mana akan diambil dari pahala amal kebaikannya untuk membayarnya. Kalau sudah tak ada lagi amal kebaikannya, maka akan diambil dari dosa orang yang teraniaya itu, lalu dipikulkan kepada orang yang menganiaya itu” (HR. Bukhari). Namun demikian, sangat mulia jika kita menjadi manusia pemaaf. Sebagaimana Firman Allah;
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗأَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗوَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيم

 ”Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada, tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?, Jika kamu memaafkan, melapangkan dada serta melindungi, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. An-Nur:22).

Kaum Muslimin yg berbahagia.
Meminta dan memberi maaf tidaklah dikuhususkan pada hari Raya Idul fitri saja, sebenarnya kapan saja kita boleh memberi dan meminta maaf, terutama setelah melakukan kesalahan, segera meminta maaf itu lebih baik., Namun dihari baik bulan baik, saat orang sedang  bergebira merayakan hari raya Idul fitri, tentu orang akan dengan mudah memaafkan, karena nuansa lebaran membuat hati seseorang terbuka lebar untuk memaafkan kekasalahan orang lain. Dan juga dorongan ingin benar-benar kembali kepada kesucian, maka orang tidak ingin lagi ada yang merusak kesucian dirinya dari noda dan dosa, baik dosa habluminallah maupun dosa habluminanas.

Lalu kepada siapa lebih dulu kita minta maaf?.... Setidaknya ada tiga golongan. Melalui sebuah hadits: “Suatu hari, selesai melaksakan shalat Idul fitri. Para sahabat mendengar Rasul mengucapkan Aamiin sampai tiga kali. Aamiin,,,Aamiin,,,Aamiin. Sahabat heran, koq Rasul tak ada yang berdoa,kok Aamiin sampai tiga kali. Lalu mereka bertanya,” Ya Rasul, ada apa? Kok Aamiin sampai tiga kali, kenapa?” Kalian tak tahu? tidak ya Rasul! Barusan selesai shalat, turun malaikat Jibril kepada saya. Lalu beliau bilang,” Ya Muhammad, saya mau berdoa kepada Allah, mau kau meng-Aamiinkan?” silahkan Jibril. Berdoalah malaikat Jibril;
Yang  pertama doa Malaikat Jibril. “Ya Allah, pada hari ini 1 Syawal (ketika itu), saya bermohon kepadamu. Jangan engkau terima puasa dan ibadahnya, anak yang durhaka kepada Ibu-Bapaknya”. Rasulullah mengucapkan,”Aamiin”.
Yang kedua doa Malaikat Jibril. “Ya Allah, pada hari ini 1 Syawal (ketika itu), saya bermohon kepadamu. Jangan engkau terima puasa dan ibadahnya isteri yang durhaka kepada suaminya”. Aamiin...kata Rasul.
            Yang ketiga doa Malaikat Jibril. “Ya Allah, hari ini 1 Syawal saya mohon kepadamu. Jangan engkau terima puasa dan ibadahnya Muslim yang tidak mau memaafkan sesama saudaranya Muslim”. Rasulullah mengucapkan “Aamiin”.

Kaum Muslimin yg berbahagia.
Karna kesibukan kita kesana keari bersilaturrahim, dan karena keterbatasan waktu dan fisik kita sehingga tidak semua keluarga ,  tetangga dan kolega dapat kita kunjungi untuk kita bersalaman, untuk itu acara halal bi halal adalah  solusi bagi kita untuk kita meminta dan memberi maaf, memperbaiki hubungan yang sudah membeku agar bisa mencair kembali seperti sedia kala. Untuk itu marilah kita manfaatkan moment Halal bi halal ini dengan sebaik-baiknya agar kita benar-benar kembali kepada fitrah(kesucian) kita. Amin.

Dari uraian yang saya sampaikan ini, mari kita masuk kepada kesimpulan.

Pertama, dalam nuansa ‘Idul Fitri dan halal bi halal kita hari ini. Mari kita tumbuhkan semangat saling menghargai, saling mencintai, keutuhan dan kedamaian. Mintalah ridho kepada Ibu-Bapak, suami kepada Isteri, isteri kepada suami dan memaafkan sesama saudara kita muslim. Agar kita benar-benar kembali kepada fitrah.

Yang kedua, kita mohon kepada Allah agar kita dipertemukan lagi dengan Ramadhan yang akan datang, Karena tak ada jaminan kita akan bertemu Ramadhan lagi. Kita mohon kepada Allah agar diberikan umur yang panjang dalam taat kepada Allah. Bukan panjang umur dalam dosa. Kalau panjang umur Cuma ngumpulkan dosa, itu malah lebih merupakan azab, ketimbang nikmat.

Yang ketiga, Ramadhan adalah bulan latihan. Namun bukan hanya sekedar latihan tapi juga praktek sekaligus. Dengan pertimbangan; Petinju masuk latihan, keluar latihan tinjunya makin hebat. PSSI masuk latihan, keluar latihan bawa gaya bolanya makin hebat. Penyanyi masuk latihan, keluar latihan nyanyinya makin bagus. Sebaliknya kalau latihan tiap hari, main kalah terus, orang kan mikir,” Buat apa latihan, main kalah terus?”  Ini sebulan penuh ni kita latihan, supaya keluar Ramadhan, kita menang di sebelas bulan yang akan datang.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَ نَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَ ذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

1 komentar:

MAKNA LEBARAN DITINJAU DARI ASPEK PENDIDIKAN

MAKNA LEBARAN DITINJAU DARI ASPEK  PENDIDIKAN Oleh. Dr.H.M.Ridwan Jalil.M.Pd.I Setelah berpuasa satu bulan lamanya, Berzakat fitrah menurut ...