Selasa, 05 Juni 2018

KHUTBAH IDUL FITRI 2018





MENJADI SHOLEH
DEMI
BUAH HATI YANG SHOLEH
Oleh: Ustz.M.Ridwan Jalil.

الله ُ اَكْبَرُ  9x

 الله ُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّاَصِيْلاً لاَاِلهَ اِلاَّ الله وَاللهُ اَكْبَرُ   اللهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ.
الحمدَ لله الذي جعل هذا اليوم عيدا للمؤمنين  وختم به شهر الصيام    أشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْك لَهُ  وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله ، أُوصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَا الله فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.  وقال الله تعالى  قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى . وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى

Allahuakbar 3x walillahilham           
Saudara-saudara kaum muslimin   
                                                                                   
Jama’ah sholat Idul Fitri Rahimakumullah

Sejak tadi malam alunan gema takbir, berkumandang  bersahut-sahutan, seiring dengan tabuhan beduk yang bertalu-talu menandakan datangnya hari kemenangan yakni ( Hari Raya Idul Fitri 1439 H ).
Setelah satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa dan atas karunia-Nya pada hari ini Al-hamdulillah kita dapat  merayakan hari kemenangan ini tanpa halangan suatu apapun.
Hari ini kita semua  merasakan kegembiraan, kebahagian bercampur kesedihan; kenapa bahagia?..karena kita telah kembali kepada fitrah. Kenapa gembira?..karena kita telah berhasil memenangkan perjuangan melawan hawanafsu selama bulan Ramdhan.  kenapa bersedih?..karena berpisah dengan bulan Ramdhan, yang telah banyak memberikan pesan dan kenangan manis kepada kita semua.
Allahuakbar 3x Walillahilham
Kaum Musliman yang berbahagia.
Ramadhan kini telah pergi meninggalkan kita, seakan ia berkata; ”wahai kaum muslim muslimat, Saat malam gelap bertabur bintang. Kusapa dirimu dengan lembutnya lailatul qadar, Sejuta kasih telah kutumpahkan, sehingga tidak ada lagi yang tersisah, kini tibalah saatnya aku untuk  pergi, karena itu ikhlaskanlah kepergianku.
 Ingatlah pesanku hai orang beriman, “Syawal telah tiba, maka ajaklah Sabar untuk menemani hari-hari hidupmu, bersandarlah kepada Tawadhu saat kesombongan  menyerang, mintalah nasehat al-qur’an dan hadits dalam menghadapi masalah, sampaikan salam dan terimakasihku untuk orang beriman karena telah menyambutku dengan suka cita, dan melepas kepergianku dengan derai air mata, kelak akan ku sambut ia di surga  dari pintu royyan, selamat berpisah dan semoga dapat bertemu di tahun depan”   begitulah seakan-akan ramadhan berkata.
Allahuakbar 3x Walillahilham
Kaum Musliman yang berbahagia
Di hari raya Idul Fitri ini, ketika hati kita sedang bersih kami mengajak para ayah dan ibu untuk merenungkan apa yang kami katakan. Wahai para ayah dan ibu … Renungkanlah!
· Apakah sama antara anak yang melihat orang tuanya rutin berdzikir dengan bacaan tahlil, tahmid, tasbih, dan takbir dengan orang tua yang malah tersibukkan dengan urusan dunia sehingga lalai mengingat Allah?!
· Apakah sama antara anak yang melihat orang tuanya bersedekah secara sembunyi-sembunyi dengan anak yang sering melihat ayahnya menghaburkan duit untuk membeli minuman keras?!
Kita akan melihat orang yg sering mendoakan orang tuanya, meminta ampunan untuk keduanya. Atau juga dia sering menziarahi kubur orang tuanya, memperbanyak shodaqoh untuk keduanya, menjalin tali silaturahmi dengan orang-orang yang dekat dengan ortunya. Jika anak dari orang ini melihat bahwa ayahnya sangat berbakti sekali pada ortunya, maka dengan izin Allah, anak tersebut akan mencontoh akhlaq yang baik ini.
Begitu pula dengan anak putri yang selalu melihat ibunya menutup aurat dari pria, penuh dengan rasa malu, selalu menjaga kehormatan. Putrinya pasti akan mencontoh sifat yang mulia ini. Hal ini berbeda dengan seorang ibu yang sering membuka-buka aurat, berpakaian setengah telanjang dan ketat, anaknya juga pasti akan meneladani tingkah laku ibu semacam ini.
Oleh karena itu, wahai ayah dan ibu, perhatikanlah putra-putri buah hati kita, senantiasalah kita selaku ayah dan ibu untuk betakwa pada Allah demi kebaikan anak-anak kita. Hendaklah kita selalu memberi contoh yang baik pada mereka. Berilah teladan pada anak-anak kita dengan akhlaq yang mulia, sifat yang indah.
Allahuakbar 3x Walillahilham
Kaum Musliman yang berbahagia
Ada satu kisah yang menarik, sepasang suami istri disibukkan dengan urusan dunianya, sehingga tidak ada waktu untuk perhatian pada anaknya. suatu hari isterinya kasih tau kalau si ayah diundang menghadiri acara “Father’s Day” di sekolah anaknya. “Waduuuh saya sibuk mah, kamu saja yg datang.” begitu ucap si ayah kepada isterinya. Bagi dia acara beginian sangat tidak penting, dibanding urusan bisnis besarnya. Tapi kali ini isterinya marah dan mengancam, sebab sudah kesekian kalinya si ayah tidak pernah mau datang ke acara anaknya. Dia malu karena anaknya selalu didampingi ibunya, sedang anak2 yg lain selalu didampingi ayahnya.
Nah karena diancam isterinya, akhirnya si ayah mau hadir meski agak berat. Father’s day adalah acara yg dikemas khusus dimana anak2 saling unjuk kemampuan di depan ayah2nya. Anaknya bernama “NAUFAL” Karena ayah si NAUFAL agak terpaksa hadir, maka dia memilih duduk di paling belakang. Satu persatu anak2 menampilkan bakat dan kebolehannya masing2. Ada yg menyanyi, menari, membaca puisi. Ada pula yang pamerkan lukisannya, dll. Semua mendapat tepuk tangan yang gegap gempita dari ayah2 mereka.Tibalah giliran si NAUFAL dipanggil gurunya untuk menampilkan kebolehannya...Kata si NAUFAL bolehkah saya panggil pak Rahman (guru mengaji  di sekolah itu). ”Oh boleh..” Dan pak Rahman pun dipanggil ke panggung.“Pak Rahman, bolehkah bapak membuka Kitab Suci Al Qur’an Surat  An-Naba” begitu NAUFAL minta kepada guru ngajinya. “Tolong bapak perhatikan apakah bacaan saya ada yang salah.”  Lalu si NAUFAL mulai melantunkan QS An-Naba’ tanpa membaca mushafnya (hapalan) dengan lantunan irama yg persis seperti bacaan “Syaikh Sudais” (Imam Besar Masjidil Haram). Semua hadirin diam terpaku mendengarkan bacaan si NAUFAL yg mendayu-dayu, termasuk ayah si NAUFAL yang duduk dibelakang.
”Stop, Kata pak Rahman, kamu telah selesai membaca ayat 1 s/d 5 dengan sempurna. Sekarang coba kamu baca ayat 9..” lalu NAUFAL membaca ayat 9 dengan lancar dan pasih. singkat cerita Si NAUFAL pun membaca dan hafal sampai selesai  tanpa salah sedikitpun. “Subhanallah…kamu hafal Surat An-Naba’ dengan sempurna nak,” begitu teriak pak Rahman sambil mengucurkan air matanya. Para hadirin  pun tak kuasa menahan airmatanya. Lalu pak Rahman bertanya kepada NAUFAL, ”Kenapa kamu memilih menghafal Al-Qur’an dan membacakannya di acara ini nak, sementara teman2mu unjuk kebolehan yg lain?”
Begini pak guru, waktu saya malas mengaji dalam mengikuti pelajaran pak guru, pak guru menegur saya sambil menyampaikan Hadits Rasulullah SAW, ”Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?” Dijawab, "Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an.” (H.R. Al-Hakim).
“jadi Pak guru, saya ingin mempersembahkan “Jubah Kemuliaan” kepada ibu dan ayah saya di hadapan Allah di akherat kelak’. Semua orang terkagum dan tidak bisa membendung air matanya mendengar ucapan anak berumur 10 tahun tersebut… Ditengah suasana hening ..tiba2 terdengar teriakan “Allahu Akbar!” dari seseorang yang lari dari belakang menuju ke panggung. Ternyata dia ayah si NAUFAL, langsung menubruk sang anak, bersimpuh sambil memeluk kaki anaknya. ”Ampuun nak.. maafkan ayah yang selama ini tidak pernah memperhatikanmu, tidak pernah mendidikmu dengan ilmu agama, apalagi mengajarimu membaca Al Quran.” ucap sang ayah sambil menangis di kaki anaknya. ”Ayah menginginkan agar kamu sukses di dunia nak, ternyata kamu malah memikirkan “kemuliaan ayah” di akherat kelak. Ayah maluuu nak" kata sang ayah sambil nangis ter-sedu2.
Semua jama’ah pun terpana, dan juga meneteskan airmatanya. Diantara jama’ah pun bahkan ada yang tidak bisa menyembunyikan suara isak tangisnya, luar biasa haru. Entah apa yang ada dibenak jama’ah yang menangis itu. Mungkin ada yang merasa berdosa karena menelantarkan anaknya, mungkin merasa bersalah karena lalai mengajarkan agama kepada anaknya, mungkin menyesal karena tidak mengajari anaknya membaca Al Quran. Allah Ta’ala berfirman;
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath-Thur: 21).
Allahuakbar 3x Walillahilham
Kaum Musliman yang berbahagia
Selaku ayah dan ibu yang menjadi figur teladan bagi anak-anaknya, apa yang harus kita lakukan dihari nan fitri ini?... Jawabannya lakukanlah dengan empat hal;
Pertama : Belajarlah untuk berbaik sangka kepada anak. Allah berfirman ;
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZŽÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# žcÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) (
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. (QS.Al Hujurat: 12)

Janganlah terlalu buruk sangka kepada anak, sebab kalau pikiran sudah buruk, perilaku buruk, dan jangan-jangan akan bernasib buruk menimpa anak kita. Kalau kita berbaik sangka insyaallah pikiran kita baik, tindakan kita baik, dan mudah-mudahan Allah akan memberikan takdir dan nasip yang baik kepada anak kita. mohonlah pertolongan Allah,  agar Allah jaga dan anugrahkan taufik dan hidayah kepada putra-putri kita. Allah Ta’ala berfirman;

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Furqon: 74).
Kedua : Sering-seringlah mengevaluasi diri.
Takdir hanyalah perbuatan dari apa yang kita lakukan, andai kata kita menanam kebaikan, demi Allah.. kebaikan akan kita dapatkan, jikalau kita menanam keburukan maka keburukan yang akan kita dapatkan;
÷bÎ) óOçFY|¡ômr& óOçFY|¡ômr& ö/ä3Å¡àÿRL{ ( ÷bÎ)ur öNè?ù'yr& $ygn=sù
jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, (QS.Al-sra :7)
Jika kita mengajarkan dan mentauladankan kebaikan kepada anak-anak kita insyaallah anak kita akan mencontoh apa yang sudah kita perbuat. Namun bila takdir buruk menimpa kita, anak susah diatur malah durhaka, tidak sesuai dengan harapan. segeralah kita mengevaluasi diri.  “Cukuplah Allah sebagai penolong kita, boleh jadi takdir buruk itu menjadi kafarat/ penebut akan dosa-dosa kita.
Ketiga ; Berusahalah untuk selalu mengingat jasa dan kebaikan orang tua kita.
Dengan mengenang jasa baik ayah ibu kita maka timbul rasa syukur dan ingin selalu berbakti pada mereka, jika kita sudah melakukan yang terbaik pada ayah ibu kita maka insyaallah pada gilirannya kita akan mendapat perlakuan yang sama dari anak-anak kita.
Tsabit Al-Banany mengatakan, “Aku melihat seseorang memukul bapaknya di suatu tempat. Maka dikatakan kepadanya, ‘Apa-apaan ini?’ Sang ayah berkata, ‘Biarkanlah dia. Sesungguhnya dulu aku memukul ayahku pada bagian ini maka aku diuji Allah dengan anakku sendiri, ia memukulku pada bagian ini. Berbaktilah kalian kepada orang tua kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbakt kepada kalian.’”
Keempat ; Jangan menjadi pendendam.
Ketika kita masih kecil selalu mendapat ancaman dari ayah ibu, dedek jangan nakal, kalau nakal mama cubit, tu ayah marah,,ucapan membentak dan sampai memukul sudah diatur dalam agama."Rasulullah SAW bersabda;

مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ
"Perintahkan anak kalian untuk shalat saat mereka berusia tujuh tahun, pukullah mereka (jika tidak melaksanakan shalat) saat mereka berusia sepuluh tahun. Bedakan mereka di tempat tidurnya." 
Perbuatan kasar ayah ibu kita dulu bisa menimbulkan kesadaran dan kesuksesan, tapi juga bisa menimbulkan perasaan dendam, lalu mewariskannya kepada anak2 zaman sekarang yang tentu sudah berbeda zamannya.
Oleh karena itu dalam suasana lebaran ini, sesuai dengan arti  lebaran bahwa;
Ø Lebaran artinya kita sudah siap melebarkan ruang hati kita untuk memaafkan kesalahan orang disekitar kita
Ø Lebaran artinya kita sanggup melebarkan jiwa kita untuk meminta maaf atas kesalahan kita kepada orang yang kita sakiti
Ø Lebaran artinya kita sudah siap melebarkan rasa kasih  dan sayang kepada sesama
Ø Lebaran artinya kita mampu melebarkan sebagian rizki kita kepada orang-orang miskin melalui zakat, infaq dan shodaqoh kita.
Allahuakbar 3x Walillahilham
Kaum Musliman yang berbahagia
Di hari lebaran ini kitapun bersyukur, karena kita dapat merayakan hari raya bersama keluarga tercinta, bersama ayah, ibu kakak adik dan lainnya.  Lihatlah Nun jauh disana banyak saudara-saudara kita berhari raya dirantau orang, terpisah dari keluarga, mereka hanya bisa menangis membayangkan betapa indah dan bahagiannya berlebaran bersama keluarga. Mereka ingin pulang ke kampung halaman, rindu ingin bertemu dengan orang-orang  yang ter sayang,  namun apa daya jarak dan keadaan membuat mereka terpisah.
Di hari raya idul fitri ini sudah pasti kita semua ingin pulang kampung, ingin bersimpuh dihadapan ayah ibu kita masing-masing, kita rindu ingin menggenggam dan mencium tangannya, seraya mengakui akan dosa-dasa kita kepadanya di hari lebaran ini, kita ingin berbagi kebahagiaan atas kesuksesan kita dalam mencari rezki selama ini, karena berkat susah payahnya dalam membesarkan, mendidik dan menyekolahkan kita sehingga kita jadi seperti sekarang ini. Masih terbayang dalam ingatan, ketika kita masih kecil tatkala menyambut lebaran, ayah dan ibu memandikan kita, dipakaikannya baju baru, disisirkannya rambut kita, dikasihnya minyak wangi, lalu diciumnya kita, diajaknya kita takbiran  bersama, sungguh   suasana idul fitri yang sangat menyenangkan yang tak bisa dilupakan.
Namun sayang lebaran  ini, orang yang selalu kita cium tangannya, orang yang selalu kita bersimpuh dihadapannya, kini sudah tiada, mereka sudah di alam kubur. suaranya tidak bisa kita dengar lagi, tidak lagi dapat kita genggam tangannya, tidak lagi dapat  kita meminta maaf kepadanya, dengan sangat menyesal ketika kita sudah sukses dan mampu memberikan apa yang dia inginkan, dia sudah tiada. telah dipanggil yang kuasa, mereka telah lebih dulu pulang ke kampung halaman  yang sesungguhnya.  kini semua hanya tinggal kenangan, untuk itu Setelah proses shalat Id nanti, berziarahlah kekuburan merek, merenunglah disana diatas pusara ayah-ibu, kakek-nenek, atau orang-orang yang kita cintai. Kenanglah bahwa kita juga akan berbaring dibawah tanah seperti mereka. Berkunjunglah kepada tetangga, karib karabat kita, lepaskan segala beban, bukalah pintu hati untuk  saling bermaaf-maafan, semoga Allah meridhoi  kita semua. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.

KHUTBAH KE 2
للهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَأَصْيْلاً لاَاِلَهَ اِلاّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْوَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.  اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ  وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.      اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا :اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى .وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى : اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى       يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
 اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ .
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ . رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

 جَعَلَنَااللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ اْلاَمِنِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِي عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَاَرْحَمَ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّحِمِيْنَ









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKNA LEBARAN DITINJAU DARI ASPEK PENDIDIKAN

MAKNA LEBARAN DITINJAU DARI ASPEK  PENDIDIKAN Oleh. Dr.H.M.Ridwan Jalil.M.Pd.I Setelah berpuasa satu bulan lamanya, Berzakat fitrah menurut ...