MATERI CERAMAH
10 TERAKHIR RAMDHAN
Oleh : Ust.
M.Ridwan Jalil
|
Apa rahasia perhatian lebih
beliau terhadap sepuluh hari terakhir Ramadhan?
Paling tidak ada dua sebab
utama:
Sebab pertama, karena sepuluh terkahir ini merupakan penutupan
bulan Ramadhan, sedangkan amal perbuatan itu tergantung pada penutupannnya atau
akhirnya. Rasulullah saw. berdo’a:
“اللهم اجعل خير عمري آخره وخير عملي خواتمه وخير أيامي يوم ألقاك”
“Ya Allah, jadikan
sebaik-baik umurku adalah penghujungnya. Dan jadikan sebaik-baik amalku adalah
pamungkasnya. Dan jadikan sebaik-baik hari-hariku adalah hari di mana saya
berjumpa dengan-Mu Kelak.”
Jadi, yang penting adalah
hendaknya setiap manusia meangakhiri hidupnya atau perbuatannya dengan
kebaikan. Karena boleh jadi ada orang yang jejak hidupnya melakukan sebagian
kebaikan, namun ia memilih mengakhiri hidupnya dengan kejelekan. Sepuluh akhir
Ramadhan merupakan pamungkas bulan ini, sehingga hendaknya setiap manusia
mengakhiri Ramadhan dengan kebaikan, yaitu dengan mencurahkan daya dan upaya
untuk meningkatkan amaliyah ibadah di sepanjang sepuluh hari akhir Ramadhan
ini.
Sebab kedua, karena dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan di duga
turunnya lailatul qadar, karena lailatul qadar bisa juga turun
pada bulan Ramadhan secara keseluruhan, sesuai dengan firman Allah swt.
إنا أنزلناه في ليلة القدر
“Sesungguhnya Kami telah
turunkan Al Qur’an pada malam kemulyaan.”
Allah swt. juga berfirman:
شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان
“Bulan Ramadhan,adalah
bulan diturunkan di dalamnya Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan dari petunjuk dan pembeda -antara yang hak dan yang batil-.”
Dalam hadits
disebutkan: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan di dalamnya
ada lailatul qadar, malam lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa diharamkan
darinya maka ia diharamkan mendapatkan kebaikan seluruhnya. Dan tidak
diharamkan kebaikannya kecuali ia benar-benar terhalang -mahrum-.” Al qur’an
dan hadits sahih menunjukkan bahwa lailatul qadar itu turun di bulan
Ramadhan. Dan boleh jadi di sepanjang bulan Ramadhan semua, lebih lagi di
sepuluh terakhir Ramadhan. Sebagaimana sabda Nabi saw.:
“التمسوها في العشر
الأواخر من رمضان“.
“Carilah lailatul qadar di
sepuluh terakhir Ramadhan.”
Pertanyaan berikutnya, apakah
lailatul qadar di seluruh sepuluh akhir Ramadhan atau di bilangan ganjilnya saja?
Banyak hadits yang menerangkan lailatul qadar berada di sepuluh hari
terakhir. Dan juga banyak hadits yang menerangkan lailatul qadar ada
di bilangan ganjil akhir Ramadhan. Rasulullah saw. bersabda:
“التمسوها في العشر الأواخر وفي الأوتار”
“Carilah lailatul qadar di
sepuluh hari terakhir dan di bilangan ganjil.”
“إن الله وتر يحب الوتر”
“Sesungguhnya Allah
ganjil, menyukai bilangan ganjil.”
Oleh karena itu, kita
rebut lailatul qadar di sepuluh hari terakhir Ramadhan, baik di
bilangan ganjilnya atau di bilangan genapnya. Karena tidak ada konsensus atau
ijma’ tentang kapan turunya lailatul qadar.
Di kalangan umat muslim
masyhur bahwa lailatul qadar itu turun pada tanggal 27 Ramadhan,
sebagaimana pendapat Ibnu Abbas, Ubai bin Ka’ab dan Ibnu Umar radhiyallahu
anhum. Akan tetapi sekali lagi tidak ada konsensus pastinya. Sehingga imam Ibnu
Hajar dalam kitab “Fathul Bari” menyebutkan, “Paling tidak ada 39 pendapat
berbeda tentang kapan lailatul qadar.” Ada yang berpendapat ia turun di malam
dua puluh satu, ada yang berpendapat malam dua puluh tiga, dua puluh lima,
bahkan ada yang berpendapat tidak tertentu. Ada yang berpendapat lailatul qadar
pindah-pindah atau ganti-ganti, pendapat lain lailatul qadar ada di sepanjang
tahun. Dan pendapat lainnya yang berbeda-beda.
Untuk
lebih hati-hati dan antisipasi, hendaknya setiap manusia menghidupkan sepuluh
hari akhir Ramadhan. Apa yang disunnahkan untuk dikerjakan pada sepuluh hari
akhir Ramadhan? Adalah qiyamullail, sebelumnya didahului dengan shalat tarawih
dengan khusyu’. Qira’atul qur’an, dzikir kepada Allah, seperti tasbih, tahlil,
tahmid dan takbir, istighfar, do’a, shalawat atas nabi dan melaksanakan
kebaikan-kebaikan yang lainnya.
Lebih khusus memperbanyak
do’a yang ma’tsur:
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : قُلْت : يَا
رَسُولَ اللَّهِ ، أَرَأَيْت إنْ عَلِمْت أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ، مَا
أَقُولُ فِيهَا ؟ قَالَ : قُولِي : اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ
عَنِّي
Seperti yang diriwayatkan
oleh Aisyah, bahwa beliau berkata: “Saya berkata: Wahai Rasul, apa
pendapatmu jika aku mengetahui bahwa malam ini adalah lailatul qadar, apa yang
harus aku kerjakan? Nabi bersabda: “Ucapkanlah: “Allahumma innaka afuwwun
tuhibbul afwa fa’fu ‘anni.” (Ya Allah, Engkau Dzat Pengampun, Engkau
mencintai orang yang meminta maaf, maka ampunilah saya.”
Patut kita renungkan, wahai
saudaraku muslim-muslimah: “Laa takuunuu Ramadhaniyyan, walaakin kuunuu
Rabbaniyyan. Janganlah kita menjadi hamba Ramadhan, tapi jadilah hamba
Tuhan.” Karena ada sebagian manusia yang menyibukkan diri di bulan
Ramadhan dengan keta’atan dan qiraatul Qur’an, kemudian ia meninggalkan itu
semua bersamaan berlalunya Ramadhan. Kami katakan kepadanya: “Barangsiapa
menyembah Ramadhan, maka Ramadhan telah mati. Namun barangsiapa yang menyembah
Allah, maka Allah tetap hidup dan tidak akan pernah mati.”
Allah cinta agar manusia
ta’at sepanjang zaman, sebagaimana Allah murka terhadap orang yang bermaksiat
di sepanjang waktu. Dan karena kita ingin mengambil bekalan sebanyak mungkin di
satu bulan ini, untuk mengarungi sebelas bulan selainnya.
Semoga Allah swt. menerima
amal kebaikan kita. Amin
تقبل الله منا ومنكم صالح الأعمال.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar