IBADAH HAJI DAN IBADAH QURBAN
MENCETAK MANUSIA YANG BERKARAKTER
Oleh: M.Ridwan Jalil. S.Ag, M.Pd.I
الله اكبر( x9 (الله أكبر كبيرا والْحَمْدَ لله كثيرا
وسبحان الله بكرة وأصيلا لااله الا الله هوالله اكبر الله اكبر ولله الحمد
الْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِىْ
جَعَلَ هَذَاالْيَوْمَ
عِيْدًالِلْمُسْلِمِيْنِ. وَجَعَلَ عِبَادَةَ الْحَجِّ وَعِيْدُ اْلاَضْحَ مِنْ
شَعَائِرِاللَّهِ وَاِحْيَائِهَامِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ الله
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ
نَبِيَ بَعْدَهُ، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ
الْكَرِيْمِ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْن، أمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله، أُوصِيْكُمْ
وَإِيَّايَ بِتَقْوَا الله فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وقال الله تعال; إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ
الْأَبْتَرُ
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd
Kaum Muslimin Jamaah Shalat
Idul Adha Yang dimuliakan Allah.
Di pagi
yang bahagia ini kita kembali merayakan
hari raya Idul Adha. Baru saja kita laksanakan ruku’ dan sujud sebagai
manifestasi perasaan taqwa kita kepada Allah SWT. Kita agungkan nama-Nya, kita
kumandangkan takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan pengakuan atas keagungan
Allah swt.
Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar gerak
bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan
menggetarkan relung-relung hati, Karena itu, melalui mimbar ini Marilah kita tundukkan kepala dan hati kita di
hadapan Allah Yang Maha Besar. Campakkanlah jauh-jauh sifat keangkuhan dan kesombongan
yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Sebab apapun kebesaran yang
kita sandang, kita kecil di hadapan Allah. Betapapun perkasanya kita, masih
lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat. Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh
kita, kita tidak berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas
segala-galanya.
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Di negeri yang subur makmur ini, dengan
mayoritas penduduknya beragama Islam. Masjid-masjidnya indah bertebaran di
seluruh pelosok negeri, pesantren dan perguruan tinggi Islam ribuan jumlahnya.
Ulama, kyai, muballigh bergelar profesor, doktor, bahkan santri penghafal
Qur’an begitu banyak, para penceramah banyak, ada yg berdakwah di majlis taklim
dan ada yang berdakwah melalui TV, media massa. Para kyai
dan ulama yang tadinya hanya mengelola pesantren, kini banyak yang menjadi
anggota legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Seharusnya ini dapat membuat
negeri ini makmur dan rakyatnya berkarkter baik. Tapi mengapa segala fasilitas kebaikan ini tidak memberi pengaruh
positif bagi negeri ini? Kegaduhan demi kegaduhan silih berganti, kemungkaran
tak terbendung, narkoba, porno grafi, porno aksi makin menjadi-jadi, berita
HOAK (Bohonng) selalu menjadi hiasan media.
Di sisi lain; kemiskinan, bencana alam, seakan
telah menjadi kekayaan bangsa ini. Kriminalitas dan dekadensi moral terus saja
menghantui kehidupan generasi muda. Tindak pidana korupsi seakan tak habis-habisnya.
Kebenaran dan kejujuran seakan-akan tidak ada lagi, penipuan dan kecurangan
selalu menjadi hiasan media, mulai dari penipuan kecil-kecilan sampai pada
penipuan besar-besaran, baik itu penipuan berkedok ekonomi, politik, pendidikan,
kesehatan, maupun penipuan berkedok ibadah. Terakhir yang sedang heboh!!..
penipuan besar-besaran yang dilakukan Fist Travel terhadap puluhan ribu jamaah
umroh, yang tergiur dengan biaya murah, namun tidak berangkat-berangkat. Niat
mau ibadah saja masih ada penipuan apa lagi yang lain, Nauzibillah.
Lalu pertanyaannya, apa sesungguhnya yang
terjadi pada masyarakat kita? Mengapa Karakter bangsa yang santun, jujur,
amanah, adil, kasih sayang seakan menghilang?, padahal setiap tahun tidak
kurang dari 200 ribu orang berangkat naik haji ke Makkah, mengapa semakin banyak manusia
Indonesia pergi menunaikan ibadah Haji, baik rakyat maupun kalangan pejabat,
ternyata belum berpengaruh positif bagi perbaikan dan peningkatan kehidupan
sosial rakyat di negeri ini?
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Al-Qur’anul Karim memberikan jawaban yang
mencengangkan atas pertanyaan di atas, dengan mengungkapkan karakter
masing-masing jamaah haji. Terdapat dua golongan manusia yang menunaikan ibadah
haji.
Petama golongan yang hanya
mementingkan kehidupan dunia. Ibadah Haji dimaksudkan hanya sebagai kebanggaan,
ajang mencari popularitas dan kemegahan dunia. Mereka sibuk hanya dengan urusan
dunia, hingga terpancar dalam do’anya kepada Allah;
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا
لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
“Ada orang-orang yang ketika wukuf di Arafah berdo’a: “Wahai Tuhan
kami, berilah kami kesenangan di dunia.” Orang semacam ini kelak di akhirat
tidak akan mendapatkan pahala sedikitpun.” [Al-Baqarah, : 200]
Inilah contoh manusia yang selalu ada pada
semua generasi dan semua tempat. Persepsi sebagian besar umat Islam tentang
haji, hingga sekarang masih seperti orang-orang jahiliyah dahulu. Banyak para
pejabat, tokoh politik, anggota DPR, MPR berulangkali pergi haji atau umrah
dengan maksud sekadar wisata rohani. Ada juga artis, penyanyi atau hartawan
muda pergi haji guna memohon kesuksesan usaha, naik pangkat, mencari jodoh,
dll. Karena tujuannya hanya duniawi, maka seringkali mereka tidak peduli
darimana mereka mendapatkan harta untuk pergi haji. Apakah dari harta yang
halal atau haram.
Untuk itu Nabi sudah mengingatkan, kata Nabi “Nanti
di akhir zaman, ada empat macam golongan orang menjalankan Ibadah haji dan
Umroh; Mereka adalah: Penguasa, Pedagang, Orang miskin dan para ulama.Pertama.Penguasa
akan menjalankan ibadah haji hanya sekedar untuk wisata. Kedua
Pedagang akan menunaikan haji untuk kepentingan bisnis mereka. Ketiga
Orang miskin menunaikan haji untuk mengemis. Kempat Para ulama
menunaikan haji hanya untuk memperoleh popularitas.
Nah..inilah karakter buruk yang menular pada
oknum kebanyakan jamaah haji dan jamaah umroh kita.
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Golongan kedua, adalah orang yang
beribadah haji untuk mencari keridhaan Allah, sehingga lebih luas cakrawala
pandangannya dan lebih besar jiwanya. Mereka berdo’a kepada Allah untuk
kebaikan nasibnya di dua negeri (dunia dan akhirat):
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ada juga orang yang ketika wukuf di Arafah berdo’a: ‘Wahai Tuhan
kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta
selamatkanlah kami dari siksa neraka.” [Al-Baqarah, : 201]
Orientasi ibadah golongan kedua ini lebih jauh
jangkauannya. Ia menginginkan kebaikan di dunia tanpa melupakan nasibnya di
akhirat. Apabila seseorang melakukan ibadah haji hanya untuk tujuan yang
bersifat duniawiyah belaka, dan melupakan nasib akhiratnya, maka tidak ada
bedanya dengan hajinya kaum jahiliah.
Ibadah haji yang tidak mendorong seseorang untuk
berubah supaya lebih ta’at kepada Allah, tidak meningkat amal kebajikannya
berarti belum memenuhi fungsi ibadah untuk taqarrub ilallah. Ibarat pepatah:
“Ontanya Nabi Musa naik Haji, pulangnya tetap saja seekor onta”. Tidak ada
perubahan ke arah yang lebih baik.
Maka, penting bagi kita untuk mengingatkan kaum
Muslimin yang memiliki kelebihan harta dan berkesempatan untuk haji agar
meluruskan niat, akan menjadi golongan yang mana diantara dua golongan jamaah
haji itu? Dan terutama mereka yang sudah bergelar Haji dan Hajjah, agar mereka
menjadi pelopor kebajikan di wilayah tempat tinggal mereka masing-masing, untuk
membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan. Ingatlah hadits
Rasulullah:;
اَلْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةَ قِيْلَ وَمَا بِرُّهُ ؟ قَالَ إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطِيْبُ الْكَلاَمِ
“Haji mabrur itu tidak ada
balasannya kecuali surga”. Rasul ditanya: “Apa tanda-tanda mabrurnya?”. Nabi
Saw menjawab: “Suka membantu memberikan makanan dan santun dalam berbicara” (HR. Ahmad)
Imam al-Nawawi, mengatakan;
اَلْحَجُّ الْمَقْبُوْلُ هُوَالَّذِيْ يَنْبَغِيْ أَنْ يَكُوْنَ بَعْدَ رُجُوْعِهِ خَيْرًا مِمَّا كَانَ
Haji mabrur itu tanda-tandanya adalah setelah ia
pulang dari haji, keadaannya lebih baik daripada sebelumnya .
Dari keterangan hadits Nabi
Saw dan penjelasan Imam al-Nawawi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
indikator ke-mabrur-an haji seseorang itu dapat dilihat dari tiga hal: pertama;Tumbuhnya kepedulian sosial yang tinggi, kedua; Tutur
kata yang santun.ketiga; Peningkatan gairah beribadah sekembalinya dari tanah
suci. Semua indikator ini menumbuhkan karakter yang baik bagi pak haji dan bu
hajjah, mencetak karakter bangsa yang baik, jujur, amanah, disiplin, adil, dan
kasih sayang.
Namun fakta sekarang banyak terbalik…tidak
sedikit oknum pak haji dan bu hajjah sebelum haji ngomongnya sopan santun,
rendah hati, mau membantu orang yang lagi kesusahan, adil, amanah, dan jujur,
serta selalu muncul dimasjid baik sholat
berjamaah maupun ikut majlis taklim, tapi setelah pulang haji, tutur kata makin
kasar, angkuh sombong karena merasah sudah berpengalaman, tidak dipanggil pak
haji dan bu hajjah marah. Dengan harta makin rakus, lokek bin pelit, tidak
peduli dengan orang yang lagi kesusahan. Kemasjid makin jarang karena menganggap
masjid kita ini belum ada apa-apanya…sementara pak haji dan bu hajjah sudah
merasa puas dengan ibadah di masjidil haram ketika berada di mekkah. Nauzubillah
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Hari ini
kita merayakan hari raya Idul Adha yang juga dinamakan “Idul Qurban”, atau
“Idul Nahr” artinya hari memotong kurban binatang ternak. Sejarahnya adalah
bermula dari ujian paling berat yang menimpa Nabiyullah Ibrahim. Yang
diperiintahkan allah untuk berkurban dengan menyembelih anaknya Ismail, Peristiwa
itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah As-Shoffat : 102
قَالَ يَا بُنَيَّ
إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا
أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab:
Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau
akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS As-shaffat:
102).
Luar biasa,Nah…kepada kita hari ini Allah Maha
pengasih dan Penyayang. Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup
binatang ternak saja, baik kambing, sapi, maupun sapi. Sebab Allah maha tahu,
kita tidak akan mampu berkurban seperti Nabi Ibrahim, jangankan memotong anak
kita, memotong sebagian harta kita untuk menyembelih hewan qurban, kita masih
mikir-mikir. Memotong 2,5 % harta kita untuk zakat, kita masih setngah hati
menunaikannya.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd
Hadirin yang dimuliakan
Allah
Jika kita renungi,,,apa sesungguhnya manfaat
Ibadah qurban ?.. dalam hal ini Nabi di
tanya apakah “Apa pahala yang akan kita dapatkan dari ibadah kurban?” Beliau
menjawab, "Setiap helai rambut, akan dibalasi dengan satu kebaikan.”
Lantas mereka bertanya, "Bagaimana dengan bulu (domba)?” Maka beliau
menjawab, "Setiap bulu juga akan dibalas dengan satu kebaikan.” (HR.
Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Ibadah kurban
memiliki kandungan nilai sosial kemasyarakatan dan sarat dengan
muatan-muatan sosial. Hal ini karena kurban berperan besar dalam mengikis
jurang antara yang kaya dan miskin. Juga menjadi salah satu upaya untuk
mengikis kesenjangan di tengah masyarakat. Tak hanya itu, ibadah kurban juga
sarat dengan muatan keadilan. Yang kaya harus ingat dengan titipan rizki dari
Allah SWT dengan menginfakkan sebagian hartanya kepada yang miskin. Sedangkan
yang miskin akan merasakan haknya terpenuhi dan tertolong untuk bisa menyambung
hidup. Itulah esensi ajaran Islam yang menyerukan keadilan dalam kehidupan.
Makna lain kurban mengajarkan umat Islam untuk
bersikap dermawan, tidak tamak, rakus dan serakah. Secara simbolis qurban
mendidik kita untuk membunuh sifat-sifat kebinatangan, mengingatkan kita agar
senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai harkat dan martabat kemanusiaan.
Dengan demikian ibadah kurban menumbuh
kembangkan beberapa karakter baik, antara lain;
1
Melatih diri untuk
menjadi dermawan
2
Menjauhkan diri dari
sikap tamak
3
Meningkatkan
ketaqwaan kepada Allah
4
Bekal pahala di hari
akhir
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Akhirnya Momentum Idul Adha kita jadikan
kesempatan untuk instrospeksi. Jadikanlah segala ujian kehidupan sebagai
tantangan, sebagai saksi atas segala ikhtiar perjuangan yang kita lakukan. Kita
memang tidak dapat mengubah arah angin, tetapi bukankah kita dapat mengatur
layar perahu ke arah tujuan kita berlayar? Mari kita ber-Islam tidak
dengan retorika, tetapi dengan mengamalkan tuntunan Islam secara kaffah, baik
dimensi pribadi, keluarga, bangsa dan negara, demi terwujudnya negeri yang
sejahtera dalam bingkai kemanusiaan yang adil dan beradab.
Mari kita mohonkan taufiq, hidayah, dan “inayah Allah, serta
mau’nah Allah semoga para jamaah haji indonesia khususnya jamaah haji provinsi
jambi dapat melaknakan segala prosesi ibadah hajinya dan pulang dengan membawa
haji yang mabrur.dan kepada bapak-bapak ibu-ibu yang sudah berkurban, Kita
ucapkan selamat kepada mereka semua, semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah;
dosa dan kesalahan mereka diampuni; segala usaha dan aktivitasnya diberkati,
amin
بَارَكَ
اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
KUHBAT KEDUA
للهُ
اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ
اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله
بُكْرَةً وَأَصْيْلاً
لاَاِلَهَ اِلاّ
اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ
اَكْبَرْوَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ
وَاِمْتِنَانِهِ.َ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا :اَمَّا بَعْدُ
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا
اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى .وَاعْلَمُوْا
اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ
ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى : اِنَّ
اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اَللَّهُمَّ اكْتُبِ السَّلاَمَةَ
وَاْلعَافِيَةَ عَلَيْنَا وَالْحُجَّاجَ وَالْغُزَّاةَ وَالْمُسَافِرِيْنَ
وَالْمُقِيْمِيْنَ، فِي بَرِّكَ وَبَحْرِكَ مِنْ أُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْ حَجَّنَا وَحَجَّهُ
حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَعَمَلاً
صَالِحًا مَقْبُوْلاً وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ، يَا عَزِيْزُ يَا غَفُوْرُ. يَا
رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. .
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ
يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى
عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ
عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ