Jumat, 25 Agustus 2017

SETELAH DI EDIT LEBIH RINGKAS....DAN LEBIH PADAT....


IBADAH HAJI DAN IBADAH QURBAN
MENCETAK MANUSIA YANG BERKARAKTER
Oleh: M.Ridwan Jalil. S.Ag, M.Pd.I

الله اكبر(  x9 (الله أكبر كبيرا والْحَمْدَ لله كثيرا وسبحان الله بكرة  وأصيلا لااله الا الله   هوالله اكبر الله اكبر ولله الحمد    
الْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِىْ جَعَلَ هَذَاالْيَوْمَ عِيْدًالِلْمُسْلِمِيْنِ. وَجَعَلَ عِبَادَةَ الْحَجِّ وَعِيْدُ اْلاَضْحَ مِنْ شَعَائِرِاللَّهِ وَاِحْيَائِهَامِنْ تَقْوَى  الْقُلُوْبِ.
 أَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن، أمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله، أُوصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَا الله فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وقال الله تعال;     إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd
Kaum Muslimin  Jamaah Shalat Idul Adha  Yang dimuliakan Allah.

Di  pagi yang  bahagia ini kita kembali merayakan hari raya Idul Adha. Baru saja kita laksanakan ruku’ dan sujud sebagai manifestasi perasaan taqwa kita kepada Allah SWT. Kita agungkan nama-Nya, kita kumandangkan takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan pengakuan atas keagungan Allah swt.
Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung hati, Karena itu, melalui mimbar ini  Marilah kita tundukkan kepala dan hati kita di hadapan Allah Yang Maha Besar. Campakkanlah jauh-jauh sifat keangkuhan dan kesombongan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Sebab apapun kebesaran yang kita sandang, kita kecil di hadapan Allah. Betapapun perkasanya kita, masih lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat. Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita, kita tidak berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.

Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Di negeri yang subur makmur ini, dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Masjid-masjidnya indah bertebaran di seluruh pelosok negeri, pesantren dan perguruan tinggi Islam ribuan jumlahnya. Ulama, kyai, muballigh bergelar profesor, doktor, bahkan santri penghafal Qur’an begitu banyak, para penceramah banyak, ada yg berdakwah di majlis taklim dan ada yang   berdakwah melalui TV, media massa. Para kyai dan ulama yang tadinya hanya mengelola pesantren, kini banyak yang menjadi anggota legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Seharusnya ini dapat membuat negeri ini makmur dan rakyatnya berkarkter baik. Tapi mengapa segala fasilitas kebaikan ini tidak memberi pengaruh positif bagi negeri ini? Kegaduhan demi kegaduhan silih berganti, kemungkaran tak terbendung, narkoba, porno grafi, porno aksi makin menjadi-jadi, berita HOAK (Bohonng) selalu menjadi hiasan media. 
Di sisi lain; kemiskinan, bencana alam, seakan telah menjadi kekayaan bangsa ini. Kriminalitas dan dekadensi moral terus saja menghantui kehidupan generasi muda. Tindak pidana korupsi seakan tak habis-habisnya. Kebenaran dan kejujuran seakan-akan tidak ada lagi, penipuan dan kecurangan selalu menjadi hiasan media, mulai dari penipuan kecil-kecilan sampai pada penipuan besar-besaran, baik itu penipuan berkedok ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, maupun penipuan berkedok ibadah. Terakhir yang sedang heboh!!.. penipuan besar-besaran yang dilakukan Fist Travel terhadap puluhan ribu jamaah umroh, yang tergiur dengan biaya murah, namun tidak berangkat-berangkat. Niat mau ibadah saja masih ada penipuan apa lagi yang lain, Nauzibillah.
Lalu pertanyaannya, apa sesungguhnya yang terjadi pada masyarakat kita? Mengapa Karakter bangsa yang santun, jujur, amanah, adil, kasih sayang seakan menghilang?, padahal setiap tahun tidak kurang dari 200 ribu orang berangkat naik haji ke  Makkah, mengapa semakin banyak manusia Indonesia pergi menunaikan ibadah Haji, baik rakyat maupun kalangan pejabat, ternyata belum berpengaruh positif bagi perbaikan dan peningkatan kehidupan sosial rakyat di negeri ini?

Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Al-Qur’anul Karim memberikan jawaban yang mencengangkan atas pertanyaan di atas, dengan mengungkapkan karakter masing-masing jamaah haji. Terdapat dua golongan manusia yang menunaikan ibadah haji.
Petama golongan yang hanya mementingkan kehidupan dunia. Ibadah Haji dimaksudkan hanya sebagai kebanggaan, ajang mencari popularitas dan kemegahan dunia. Mereka sibuk hanya dengan urusan dunia, hingga terpancar dalam do’anya kepada Allah;

فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ 
“Ada orang-orang yang ketika wukuf di Arafah berdo’a: “Wahai Tuhan kami, berilah kami kesenangan di dunia.” Orang semacam ini kelak di akhirat tidak akan mendapatkan pahala sedikitpun.” [Al-Baqarah, : 200]

Inilah contoh manusia yang selalu ada pada semua generasi dan semua tempat. Persepsi sebagian besar umat Islam tentang haji, hingga sekarang masih seperti orang-orang jahiliyah dahulu. Banyak para pejabat, tokoh politik, anggota DPR, MPR berulangkali pergi haji atau umrah dengan maksud sekadar wisata rohani. Ada juga artis, penyanyi atau hartawan muda pergi haji guna memohon kesuksesan usaha, naik pangkat, mencari jodoh, dll. Karena tujuannya hanya duniawi, maka seringkali mereka tidak peduli darimana mereka mendapatkan harta untuk pergi haji. Apakah dari harta yang halal atau haram.
Untuk itu Nabi sudah mengingatkan, kata Nabi “Nanti di akhir zaman, ada empat macam golongan orang menjalankan Ibadah haji dan Umroh; Mereka adalah: Penguasa, Pedagang, Orang miskin dan para ulama.Pertama.Penguasa akan menjalankan ibadah haji hanya sekedar untuk wisata. Kedua Pedagang akan menunaikan haji untuk kepentingan bisnis mereka. Ketiga Orang miskin menunaikan haji untuk mengemis. Kempat Para ulama menunaikan haji hanya untuk memperoleh popularitas.

Nah..inilah karakter buruk yang menular pada oknum kebanyakan jamaah haji dan jamaah umroh kita.

Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Golongan kedua, adalah orang yang beribadah haji untuk mencari keridhaan Allah, sehingga lebih luas cakrawala pandangannya dan lebih besar jiwanya. Mereka berdo’a kepada Allah untuk kebaikan nasibnya di dua negeri (dunia dan akhirat):
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ  
“Ada juga orang yang ketika wukuf di Arafah berdo’a: ‘Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka.” [Al-Baqarah, : 201]

Orientasi ibadah golongan kedua ini lebih jauh jangkauannya. Ia menginginkan kebaikan di dunia tanpa melupakan nasibnya di akhirat. Apabila seseorang melakukan ibadah haji hanya untuk tujuan yang bersifat duniawiyah belaka, dan melupakan nasib akhiratnya, maka tidak ada bedanya dengan hajinya kaum jahiliah.
Ibadah haji yang tidak mendorong seseorang untuk berubah supaya lebih ta’at kepada Allah, tidak meningkat amal kebajikannya berarti belum memenuhi fungsi ibadah untuk taqarrub ilallah. Ibarat pepatah: “Ontanya Nabi Musa naik Haji, pulangnya tetap saja seekor onta”. Tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik.
Maka, penting bagi kita untuk mengingatkan kaum Muslimin yang memiliki kelebihan harta dan berkesempatan untuk haji agar meluruskan niat, akan menjadi golongan yang mana diantara dua golongan jamaah haji itu? Dan terutama mereka yang sudah bergelar Haji dan Hajjah, agar mereka menjadi pelopor kebajikan di wilayah tempat tinggal mereka masing-masing, untuk membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan. Ingatlah hadits Rasulullah:;

اَلْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةَ قِيْلَ وَمَا بِرُّهُ ؟ قَالَ إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطِيْبُ الْكَلاَمِ
 “Haji mabrur itu tidak ada balasannya kecuali surga”. Rasul ditanya: “Apa tanda-tanda mabrurnya?”. Nabi Saw menjawab: “Suka membantu memberikan makanan dan santun dalam berbicara” (HR. Ahmad)

Imam al-Nawawi, mengatakan;

اَلْحَجُّ الْمَقْبُوْلُ هُوَالَّذِيْ يَنْبَغِيْ أَنْ يَكُوْنَ بَعْدَ رُجُوْعِهِ خَيْرًا مِمَّا كَانَ
Haji mabrur itu tanda-tandanya adalah setelah ia pulang dari haji, keadaannya lebih baik daripada sebelumnya .

Dari keterangan hadits Nabi Saw dan penjelasan Imam al-Nawawi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa indikator ke-mabrur-an haji seseorang itu dapat dilihat dari tiga hal: pertama;Tumbuhnya kepedulian sosial yang tinggi,  kedua; Tutur kata yang santun.ketiga; Peningkatan gairah beribadah sekembalinya dari tanah suci. Semua indikator ini menumbuhkan karakter yang baik bagi pak haji dan bu hajjah, mencetak karakter bangsa yang baik, jujur, amanah, disiplin, adil, dan kasih sayang.
Namun fakta sekarang banyak terbalik…tidak sedikit oknum pak haji dan bu hajjah sebelum haji ngomongnya sopan santun, rendah hati, mau membantu orang yang lagi kesusahan, adil, amanah, dan jujur, serta  selalu muncul dimasjid baik sholat berjamaah maupun ikut majlis taklim, tapi setelah pulang haji, tutur kata makin kasar, angkuh sombong karena merasah sudah berpengalaman, tidak dipanggil pak haji dan bu hajjah marah. Dengan harta makin rakus, lokek bin pelit, tidak peduli dengan orang yang lagi kesusahan. Kemasjid makin jarang karena menganggap masjid kita ini belum ada apa-apanya…sementara pak haji dan bu hajjah sudah merasa puas dengan ibadah di masjidil haram ketika berada di mekkah. Nauzubillah

Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Hari ini  kita merayakan hari raya Idul Adha yang juga dinamakan “Idul Qurban”, atau “Idul Nahr” artinya hari memotong kurban binatang ternak. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling berat yang menimpa Nabiyullah Ibrahim. Yang diperiintahkan allah untuk berkurban dengan menyembelih anaknya Ismail, Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah As-Shoffat : 102
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS As-shaffat: 102).
Luar biasa,Nah…kepada kita hari ini Allah Maha pengasih dan Penyayang. Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup binatang ternak saja, baik kambing, sapi, maupun sapi. Sebab Allah maha tahu, kita tidak akan mampu berkurban seperti Nabi Ibrahim, jangankan memotong anak kita, memotong sebagian harta kita untuk menyembelih hewan qurban, kita masih mikir-mikir. Memotong 2,5 % harta kita untuk zakat, kita masih setngah hati menunaikannya.


Allahu Akbar 3X Walillahilhamd
Hadirin  yang dimuliakan Allah
Jika kita renungi,,,apa sesungguhnya manfaat Ibadah qurban ?.. dalam hal ini Nabi  di tanya apakah “Apa pahala yang akan kita dapatkan dari ibadah kurban?” Beliau menjawab, "Setiap helai rambut, akan dibalasi dengan satu kebaikan.” Lantas mereka bertanya, "Bagaimana dengan bulu (domba)?” Maka beliau menjawab, "Setiap bulu juga akan dibalas dengan satu kebaikan.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Ibadah kurban  memiliki kandungan nilai sosial kemasyarakatan dan sarat dengan muatan-muatan sosial. Hal ini karena kurban berperan besar dalam mengikis jurang antara yang kaya dan miskin. Juga menjadi salah satu upaya untuk mengikis kesenjangan di tengah masyarakat. Tak hanya itu, ibadah kurban juga sarat dengan muatan keadilan. Yang kaya harus ingat dengan titipan rizki dari Allah SWT dengan menginfakkan sebagian hartanya kepada yang miskin. Sedangkan yang miskin akan merasakan haknya terpenuhi dan tertolong untuk bisa menyambung hidup. Itulah esensi ajaran Islam yang menyerukan keadilan dalam kehidupan.
Makna lain kurban mengajarkan umat Islam untuk bersikap dermawan, tidak tamak, rakus dan serakah. Secara simbolis qurban mendidik kita untuk membunuh sifat-sifat kebinatangan, mengingatkan kita agar senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai harkat dan martabat kemanusiaan. Dengan demikian ibadah kurban  menumbuh kembangkan beberapa karakter baik, antara lain;
1      Melatih diri untuk menjadi dermawan
2      Menjauhkan diri dari sikap tamak
3      Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah
4      Bekal pahala di hari akhir

Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Akhirnya Momentum Idul Adha kita jadikan kesempatan untuk instrospeksi. Jadikanlah segala ujian kehidupan sebagai tantangan, sebagai saksi atas segala ikhtiar perjuangan yang kita lakukan. Kita memang tidak dapat mengubah arah angin, tetapi bukankah kita dapat mengatur layar perahu ke arah tujuan kita berlayar? Mari  kita ber-Islam tidak dengan retorika, tetapi dengan mengamalkan tuntunan Islam secara kaffah, baik dimensi pribadi, keluarga, bangsa dan negara, demi terwujudnya negeri yang sejahtera dalam bingkai kemanusiaan yang adil dan beradab.
Mari kita  mohonkan  taufiq, hidayah, dan “inayah Allah, serta mau’nah Allah semoga para jamaah haji indonesia khususnya jamaah haji provinsi jambi dapat melaknakan segala prosesi ibadah hajinya dan pulang dengan membawa haji yang mabrur.dan kepada bapak-bapak ibu-ibu yang sudah berkurban, Kita ucapkan selamat kepada mereka semua, semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah; dosa dan kesalahan mereka diampuni; segala usaha dan aktivitasnya diberkati, amin

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
  


KUHBAT KEDUA                                                                                                                                          

للهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَأَصْيْلاً لاَاِلَهَ اِلاّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْوَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.َ  اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ  وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا :اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى .وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى : اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى     يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اَللَّهُمَّ اكْتُبِ السَّلاَمَةَ وَاْلعَافِيَةَ عَلَيْنَا وَالْحُجَّاجَ وَالْغُزَّاةَ وَالْمُسَافِرِيْنَ وَالْمُقِيْمِيْنَ، فِي بَرِّكَ وَبَحْرِكَ مِنْ أُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْ حَجَّنَا وَحَجَّهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَعَمَلاً صَالِحًا مَقْبُوْلاً وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ، يَا عَزِيْزُ يَا غَفُوْرُ. يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.  . رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
 عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Kamis, 24 Agustus 2017

KHUTBAH IDUL ADHA 2017. DI MASJID NURDIN HASANAH SIPIN JAMBI



IBADAH HAJI DAN IBADAH QURBAN
MENCETAK MANUSIA YANG BERKARAKTER
Oleh: M.Ridwan Jalil. S.Ag, M.Pd.I
الله اكبر(  x9 (الله أكبر كبيرا والْحَمْدَ لله كثيرا وسبحان الله بكرة  وأصيلا لااله الا الله   هوالله اكبر الله اكبر ولله الحمد    
الْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِىْ جَعَلَ هَذَاالْيَوْمَ عِيْدًالِلْمُسْلِمِيْنِ. وَجَعَلَ عِبَادَةَ الْحَجِّ وَعِيْدُ اْلاَضْحَ مِنْ شَعَائِرِاللَّهِ وَاِحْيَائِهَامِنْ تَقْوَى  الْقُلُوْبِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن، أمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله، أُوصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَا الله فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وقال الله تعال إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ


Allahu Akbar 3X Walillahilhamd
Kaum Muslimin  Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.

Di  pagi yang  bahagia ini kita kembali merayakan hari raya Idul Adha Baru saja kita laksanakan ruku’ dan sujud sebagai manifestasi perasaan taqwa kita kepada Allah SWT. Kita agungkan nama-Nya, kita kumandangkan takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan pengakuan atas keagungan Allah swt.
Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung hati, Karena itu, melalui mimbar ini  Marilah kita tundukkan kepala dan hati kita di hadapan Allah Yang Maha Besar. Campakkanlah jauh-jauh sifat keangkuhan dan kesombongan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Sebab apapun kebesaran yang kita sandang, kita kecil di hadapan Allah. Betapapun perkasanya kita, masih lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat. Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita, kita tidak berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.

Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Di negeri yang subur makmur ini, dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Masjid-masjidnya indah bertebaran di seluruh pelosok negeri, pesantren dan perguruan tinggi Islam ribuan jumlahnya. Ulama, kyai, muballigh bergelar profesor, doktor, bahkan santri penghafal Qur’an begitu banyak, jauh lebih banyak dari artis sinetron atau penyanyi dangdut. Mereka berdakwah melalui TV, media massa. Para kyai dan ulama yang tadinya hanya mengelola pesantren, kini banyak yang menjadi anggota legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Tapi mengapa segala fasilitas kebaikan ini tidak memberi pengaruh positif bagi bangsa Indonesia? Laju kemungkaran, narkoba, pornoaksi di satu sisi; kemiskinan, bencana alam, seakan telah menjadi kekayaan bangsa ini. Kriminalitas dan dekadensi moral terus saja menghantui kehidupan generasi muda. Tindak pidana korupsi, sekalipun ada UU anti korupsi dan ada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tapi koruptor seakan tak habis-habisnya diberantas. Subhanallah!.
Apa sesungguhnya yang terjadi pada masyarakat kita? Setiap tahun tidak kurang dari 200 ribu orang berangkat naik haji ke  Makkah . Mereka yang masih memiliki akal sehat tentu bertanya-tanya, mengapa semakin banyak manusia Indonesia pergi menunaikan ibadah Haji, baik rakyat maupun kalangan pejabat, ternyata belum berpengaruh positif bagi perbaikan dan peningkatan kehidupan sosial rakyat negeri ini?

Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Al-Qur’anul Karim memberikan jawaban yang mencengangkan atas pertanyaan di atas, dengan mengungkapkan karakter masing-masing jamaah haji. Terdapat dua golongan manusia yang menunaikan ibadah haji.
Petama golongan yang hanya mementingkan kehidupan dunia. Ibadah Haji dimaksudkan hanya sebagai kebanggaan, ajang mencari popularitas dan kemegahan dunia. Mereka sibuk hanya dengan urusan dunia, hingga terpancar dalam do’anya kepada Allah.
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ 
“Ada orang-orang yang ketika wukuf di Arafah berdo’a: “Wahai Tuhan kami, berilah kami kesenangan di dunia.” Orang semacam ini kelak di akhirat tidak akan mendapatkan pahala sedikitpun.” [Al-Baqarah, : 200]
Inilah contoh manusia yang selalu ada pada semua generasi dan semua tempat. Persepsi sebagian besar umat Islam tentang haji, hingga sekarang masih seperti orang-orang jahiliyah dahulu. Banyak para pejabat, tokoh politik, anggota DPR, MPR berulangkali pergi haji atau umrah dengan maksud sekadar wisata rohani. Ada juga artis, penyanyi atau hartawan muda pergi haji guna memohon kesuksesan usaha, naik pangkat, mencari jodoh, dll. Karena tujuannya hanya duniawi, maka seringkali mereka tidak peduli darimana mereka mendapatkan harta untuk pergi haji. Apakah dari harta yang halal atau haram, apakah dari usaha maksiat ataukah usaha yang benar, apakah hasil korupsi dan dari jual beli barang haram, tidak dipedulikan lagi.
Golongan kedua, adalah orang yang beribadah haji untuk mencari keridhaan Allah, sehingga lebih luas cakrawala pandangannya dan lebih besar jiwanya. Mereka berdo’a kepada Allah untuk kebaikan nasibnya di dua negeri (dunia dan akhirat):

وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ  
“Ada juga orang yang ketika wukuf di Arafah berdo’a: ‘Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka.” [Al-Baqarah, : 201]
Orientasi ibadah golongan kedua ini lebih jauh jangkauannya. Ia menginginkan kebaikan di dunia tanpa melupakan nasibnya di akhirat. Apabila seseorang melakukan ibadah haji hanya untuk tujuan yang bersifat duniawiyah belaka, dan melupakan nasib akhiratnya, maka tidak ada bedanya dengan hajinya kaum jahiliah.
Ibadah haji yang tidak mendorong seseorang untuk berubah supaya lebih ta’at kepada Allah, tidak meningkat amal kebajikannya berarti belum memenuhi fungsi ibadah untuk taqarrub ilallah. Ibarat pepatah: “Ontanya Nabi Musa naik Haji, pulangnya tetap saja seekor onta”. Tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik.
Maka, penting bagi kita untuk mengingatkan kaum Muslimin yang memiliki kelebihan harta dan berkesempatan untuk haji agar meluruskan niat, akan menjadi golongan yang mana diantara dua golongan jamaah haji itu? Dan terutama mereka yang sudah bergelar Haji dan Hajjah, agar mereka menjadi pelopor kebajikan di wilayah tempat tinggal mereka masing-masing, untuk membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan. Ingatlah hadits Rasulullah:

اَلْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةَ قِيْلَ وَمَا بِرُّهُ ؟ قَالَ إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطِيْبُ الْكَلاَمِ (رواه أحمد (
 “Haji mabrur itu tidak ada balasannya kecuali surga”. Rasul ditanya: “Apa tanda-tanda mabrurnya?”. Nabi Saw menjawab: “Suka membantu memberikan makanan dan santun dalam berbicara” (HR. Ahmad)

Imam al-Nawawi, mengatakan
 :
اَلْحَجُّ الْمَقْبُوْلُ هُوَالَّذِيْ يَنْبَغِيْ أَنْ يَكُوْنَ بَعْدَ رُجُوْعِهِ خَيْرًا مِمَّا كَانَ
Haji mabrur itu tanda-tandanya adalah setelah ia pulang dari haji, keadaannya lebih baik daripada sebelumnya .

Dari keterangan hadits Nabi Saw dan penjelasan Imam al-Nawawi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa indikator ke-mabrur-an haji seseorang itu dapat dilihat dari tiga hal:
1     Tumbuhnya kepedulian sosial yang tinggi, 
2     Tutur kata yang santun.
3      Peningkatan gairah beribadah sekembalinya dari tanah suci.

Nah sekarang banyak terbalik…pak haji dan bu hajjah sebelum haji ngomongnya sopan santun, rendah hati, mau membantu orang yang lagi kesusahan meskipun agak terpaksa, dan selalu muncul dimasjid baik sholat berjamaah maupun ikut majlis taklim, tapi setelah pulang haji, tutur kata makin kasar, angkuh sombong karena merasah sudah berpengalaman, tidak dipanggil pak haji dan bu hajjah marah. Dengan harta makin rakus dan tamak, lokek bin pelit, tidak peduli dengan orang yang lagi kesusahan. Kemasjid makin jarang karena menganggap masjid kita ini belum ada apa-apanya…sementara dianya sudah merasa puas ibadah di masjidil haram. Nauzubillah

Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Hari ini  kita merayakan hari raya Idul Adha yang juga dinamakan “Idul Qurban”, atau “Idul Nahr” artinya hari memotong kurban binatang ternak. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling berat yang menimpa Nabiyullah Ibrahim. Disebabkan kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah).
Setelah titel Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!”
Kemudian Allah SWT mengizinkan para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.
Konon Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta..Suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan juga.”  pernyataan Nabi Ibrahim inilah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan,  supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh luarbiasa, Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah As-Shoffat : 102 :
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS As-shaffat: 102).

Malaikat terkagum-kagum seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menyambutnya “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian di sambung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamd.’  Inilah sejarah pertamanya korban di Hari Raya Qurban. Yang kita peringati pada pagi hari ini.
Nah…kepada kita hari ini Allah Maha pengasih dan Penyayang. Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup binatang ternak saja, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya. Sebab Allah maha tahu, kita tidak akan mampu menjalaninya, jangankan memotong anak kita, memotong sebagian harta kita untuk menyembelih hewan qurban, kita masih terlalu banyak berfikir. Memotong 2,5 % harta kita untuk zakat, kita masih belum menunaikannya. Memotong sedikit waktu kita untuk sholat lima waktu, kita masih keberatan. Menunda sebentar waktu makan kita untuk berpuasa, kita tak mampu melaksanakannya, dan sebagainya. Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang kita kerjakan, yang membuat kita jauh dari Rahmat Allah SWT.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Jika kita renungi,,,apa sesungguhnya manfaat Ibadah qurban ?.. dalam hal ini Nabi  di tanya apakah “Apa pahala yang akan kita dapatkan ibadah qurban?” Beliau menjawab, "Setiap helai rambut, akan dibalasi dengan satu kebaikan.” Lantas mereka bertanya, "Bagaimana dengan bulu (domba)?” Maka beliau menjawab, "Setiap bulu juga akan dibalas dengan satu kebaikan.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Ibadah kurban  memiliki kandungan nilai sosial kemasyarakatan dan sarat dengan muatan-muatan sosial. Hal ini karena kurban berperan besar dalam mengikis jurang antara yang kaya dan miskin. Juga menjadi salah satu upaya untuk mengikis kesenjangan di tengah masyarakat. Tak hanya itu, ibadah kurban juga sarat dengan muatan keadilan. Yang kaya harus ingat dengan titipan rizki dari Allah SWT dengan menginfakkan sebagian hartanya kepada yang miskin. Sedangkan yang miskin akan merasakan haknya terpenuhi dan tertolong untuk bisa menyambung hidup. Itulah esensi ajaran Islam yang menyerukan keadilan dalam kehidupan.
Makna lain kurban mengajarkan umat Islam untuk bersikap dermawan, tidak tamak, rakus dan serakah. Secara simbolis qurban mendidik kita untuk membunuh sifat-sifat kebinatangan, mengingatkan kita agar senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai harkat dan martabat kemanusiaan. Dengan demikian ibadah kurban  menumbuh kembangkan beberapa karakter, antara lain;
1     Melatih diri untuk menjadi dermawan
2     Menjauhkan diri dari sikap tamak
3     Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah
4     Bekal pahala di hari akhir

Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Akhirnya Momentum Idul Adha kita jadikan kesempatan untuk instrospeksi. Jadikan segala tantangan sebagai saksi atas segala ikhtiar perjuangan yang kita lakukan. Kita memang tidak dapat mengubah arah angin, tetapi bukankah kita dapat mengatur layar perahu ke arah tujuan kita berlayar? Mari  kita ber-Islam tidak dengan retorika, tetapi dengan mengamalkan tuntunan Islam secara kaffah, baik dimensi pribadi, keluarga, bangsa dan negara, demi terwujudnya negeri yang sejahtera dalam bingkai kemanusiaan yang adil dan beradab.
Mengakhiri khutbah ini kami berpesan; Dengat semangat taqarrub kepada Allah kita tingkatkan zikir dan pikir kita, kita tingkatkan semangat pengorbanan dan solidaritas, kita pedomani dan kita tauladani kehidupan Nabi dan orang-orang sholeh..agar kehidupan kita lebih baik lagi. Akhirnya kita  mohonkan  taufiq, hidayah, dan “inayah Allah, serta mau’nah Allah semoga para jamaah haji indonesia khususnya jamaah haji provinsi jambi dapat melaknakan segala prosesi ibadah hajinya dan pulang dengan membawa haji yang mabrur.dan kepada bapak-bapak ibu-ibu yang sudah berkurban, Kita ucapkan selamat kepada mereka semua, semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah; dosa dan kesalahan mereka diampuni; segala usaha dan aktivitasnya diberkati, amin

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم

KUHBAT KEDUA                                                                                                                                         

للهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَأَصْيْلاً لاَاِلَهَ اِلاّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْوَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.َ  اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ  وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا :اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى .وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى : اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى     يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
اَللَّهُمَّ اكْتُبِ السَّلاَمَةَ وَاْلعَافِيَةَ عَلَيْنَا وَالْحُجَّاجَ وَالْغُزَّاةَ وَالْمُسَافِرِيْنَ وَالْمُقِيْمِيْنَ، فِي بَرِّكَ وَبَحْرِكَ مِنْ أُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْ حَجَّنَا وَحَجَّهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَعَمَلاً صَالِحًا مَقْبُوْلاً وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ، يَا عَزِيْزُ يَا غَفُوْرُ. يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.  . رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
 عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

MAKNA LEBARAN DITINJAU DARI ASPEK PENDIDIKAN

MAKNA LEBARAN DITINJAU DARI ASPEK  PENDIDIKAN Oleh. Dr.H.M.Ridwan Jalil.M.Pd.I Setelah berpuasa satu bulan lamanya, Berzakat fitrah menurut ...