IBADAH HAJI DAN IBADAH QURBAN
MENCETAK MANUSIA YANG BERKARAKTER
Oleh: M.Ridwan Jalil. S.Ag, M.Pd.I
الله اكبر( x9 (الله أكبر كبيرا والْحَمْدَ لله كثيرا
وسبحان الله بكرة وأصيلا لااله الا الله هوالله اكبر الله اكبر ولله الحمد
الْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِىْ
جَعَلَ هَذَاالْيَوْمَ
عِيْدًالِلْمُسْلِمِيْنِ. وَجَعَلَ عِبَادَةَ الْحَجِّ وَعِيْدُ اْلاَضْحَ مِنْ
شَعَائِرِاللَّهِ وَاِحْيَائِهَامِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ. أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ
الْكَرِيْمِ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْن، أمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله، أُوصِيْكُمْ
وَإِيَّايَ بِتَقْوَا الله فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وقال الله تعال: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ
الْأَبْتَرُ
Allahu Akbar 3X
Walillahilhamd
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Idul Adha
Yang Dimuliakan Allah.
Di
pagi yang bahagia ini kita
kembali merayakan hari raya Idul Adha Baru saja kita laksanakan ruku’ dan sujud
sebagai manifestasi perasaan taqwa kita kepada Allah SWT. Kita agungkan
nama-Nya, kita kumandangkan takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan pengakuan
atas keagungan Allah swt.
Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar
gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan
menggetarkan relung-relung hati, Karena itu, melalui mimbar ini Marilah kita tundukkan kepala dan hati kita di
hadapan Allah Yang Maha Besar. Campakkanlah jauh-jauh sifat keangkuhan dan kesombongan
yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Sebab apapun kebesaran yang
kita sandang, kita kecil di hadapan Allah. Betapapun perkasanya kita, masih
lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat. Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh
kita, kita tidak berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas
segala-galanya.
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Di negeri yang subur makmur ini, dengan
mayoritas penduduknya beragama Islam. Masjid-masjidnya indah bertebaran di
seluruh pelosok negeri, pesantren dan perguruan tinggi Islam ribuan jumlahnya.
Ulama, kyai, muballigh bergelar profesor, doktor, bahkan santri penghafal
Qur’an begitu banyak, jauh lebih banyak dari artis sinetron atau penyanyi
dangdut. Mereka berdakwah melalui TV, media massa. Para kyai dan ulama yang
tadinya hanya mengelola pesantren, kini banyak yang menjadi anggota legislatif,
eksekutif, dan yudikatif.
Tapi mengapa segala fasilitas kebaikan
ini tidak memberi pengaruh positif bagi bangsa Indonesia? Laju kemungkaran,
narkoba, pornoaksi di satu sisi; kemiskinan, bencana alam, seakan telah menjadi
kekayaan bangsa ini. Kriminalitas dan dekadensi moral terus saja menghantui
kehidupan generasi muda. Tindak pidana korupsi, sekalipun ada UU anti korupsi
dan ada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tapi koruptor seakan tak
habis-habisnya diberantas. Subhanallah!.
Apa sesungguhnya yang terjadi pada
masyarakat kita? Setiap tahun tidak kurang dari 200 ribu orang berangkat naik
haji ke Makkah . Mereka yang masih
memiliki akal sehat tentu bertanya-tanya, mengapa semakin banyak manusia
Indonesia pergi menunaikan ibadah Haji, baik rakyat maupun kalangan pejabat,
ternyata belum berpengaruh positif bagi perbaikan dan peningkatan kehidupan
sosial rakyat negeri ini?
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Al-Qur’anul Karim memberikan jawaban yang
mencengangkan atas pertanyaan di atas, dengan mengungkapkan karakter
masing-masing jamaah haji. Terdapat dua golongan manusia yang menunaikan ibadah
haji.
Petama golongan yang hanya mementingkan kehidupan dunia. Ibadah Haji
dimaksudkan hanya sebagai kebanggaan, ajang mencari popularitas dan kemegahan
dunia. Mereka sibuk hanya dengan urusan dunia, hingga terpancar dalam do’anya
kepada Allah.
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا
لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
“Ada orang-orang yang ketika wukuf di Arafah
berdo’a: “Wahai Tuhan kami, berilah kami kesenangan di dunia.” Orang semacam
ini kelak di akhirat tidak akan mendapatkan pahala sedikitpun.” [Al-Baqarah, : 200]
Inilah contoh manusia yang selalu ada
pada semua generasi dan semua tempat. Persepsi sebagian besar umat Islam
tentang haji, hingga sekarang masih seperti orang-orang jahiliyah dahulu.
Banyak para pejabat, tokoh politik, anggota DPR, MPR berulangkali pergi haji
atau umrah dengan maksud sekadar wisata rohani. Ada juga artis, penyanyi atau
hartawan muda pergi haji guna memohon kesuksesan usaha, naik pangkat, mencari
jodoh, dll. Karena tujuannya hanya duniawi, maka seringkali mereka tidak peduli
darimana mereka mendapatkan harta untuk pergi haji. Apakah dari harta yang
halal atau haram, apakah dari usaha maksiat ataukah usaha yang benar, apakah
hasil korupsi dan dari jual beli barang haram, tidak dipedulikan lagi.
Golongan kedua, adalah orang yang
beribadah haji untuk mencari keridhaan Allah, sehingga lebih luas cakrawala
pandangannya dan lebih besar jiwanya. Mereka berdo’a kepada Allah untuk
kebaikan nasibnya di dua negeri (dunia dan akhirat):
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ada juga orang yang ketika wukuf di Arafah
berdo’a: ‘Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka.” [Al-Baqarah, : 201]
Orientasi ibadah golongan kedua ini lebih
jauh jangkauannya. Ia menginginkan kebaikan di dunia tanpa melupakan nasibnya
di akhirat. Apabila seseorang melakukan ibadah haji hanya untuk tujuan yang
bersifat duniawiyah belaka, dan melupakan nasib akhiratnya, maka tidak ada
bedanya dengan hajinya kaum jahiliah.
Ibadah haji yang tidak mendorong
seseorang untuk berubah supaya lebih ta’at kepada Allah, tidak meningkat amal
kebajikannya berarti belum memenuhi fungsi ibadah untuk taqarrub ilallah.
Ibarat pepatah: “Ontanya Nabi Musa naik Haji, pulangnya tetap saja seekor
onta”. Tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik.
Maka, penting bagi kita untuk
mengingatkan kaum Muslimin yang memiliki kelebihan harta dan berkesempatan
untuk haji agar meluruskan niat, akan menjadi golongan yang mana diantara dua
golongan jamaah haji itu? Dan terutama mereka yang sudah bergelar Haji dan
Hajjah, agar mereka menjadi pelopor kebajikan di wilayah tempat tinggal mereka
masing-masing, untuk membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan. Ingatlah
hadits Rasulullah:
اَلْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةَ قِيْلَ وَمَا بِرُّهُ ؟ قَالَ إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطِيْبُ الْكَلاَمِ (رواه أحمد (
“Haji
mabrur itu tidak ada balasannya kecuali surga”. Rasul ditanya: “Apa tanda-tanda
mabrurnya?”. Nabi Saw menjawab: “Suka membantu memberikan makanan dan santun
dalam berbicara” (HR. Ahmad)
Imam al-Nawawi, mengatakan
:
اَلْحَجُّ الْمَقْبُوْلُ هُوَالَّذِيْ يَنْبَغِيْ أَنْ يَكُوْنَ بَعْدَ رُجُوْعِهِ خَيْرًا مِمَّا كَانَ
اَلْحَجُّ الْمَقْبُوْلُ هُوَالَّذِيْ يَنْبَغِيْ أَنْ يَكُوْنَ بَعْدَ رُجُوْعِهِ خَيْرًا مِمَّا كَانَ
Haji mabrur itu tanda-tandanya
adalah setelah ia pulang dari haji, keadaannya lebih baik daripada sebelumnya .
Dari keterangan hadits
Nabi Saw dan penjelasan Imam al-Nawawi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
indikator ke-mabrur-an haji seseorang itu dapat dilihat dari tiga hal:
1
Tumbuhnya kepedulian sosial yang tinggi,
2
Tutur kata yang santun.
3
Peningkatan gairah beribadah
sekembalinya dari tanah suci.
Nah sekarang banyak terbalik…pak haji dan bu
hajjah sebelum haji ngomongnya sopan santun, rendah hati, mau membantu orang
yang lagi kesusahan meskipun agak terpaksa, dan selalu muncul dimasjid baik
sholat berjamaah maupun ikut majlis taklim, tapi setelah pulang haji, tutur
kata makin kasar, angkuh sombong karena merasah sudah berpengalaman, tidak
dipanggil pak haji dan bu hajjah marah. Dengan harta makin rakus dan tamak,
lokek bin pelit, tidak peduli dengan orang yang lagi kesusahan. Kemasjid makin
jarang karena menganggap masjid kita ini belum ada apa-apanya…sementara dianya
sudah merasa puas ibadah di masjidil haram. Nauzubillah
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Hari ini
kita merayakan hari raya Idul Adha yang juga dinamakan “Idul Qurban”, atau
“Idul Nahr” artinya hari memotong kurban binatang ternak. Sejarahnya adalah
bermula dari ujian paling berat yang menimpa Nabiyullah Ibrahim. Disebabkan
kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan,
Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah” (kekasih
Allah).
Setelah titel Al-khalil disandangnya,
Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim
sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan
keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan
ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!”
Kemudian Allah SWT mengizinkan para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.
Kemudian Allah SWT mengizinkan para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.
Konon Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000
ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta..Suatu
hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka
dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah
menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta
anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan juga.” pernyataan Nabi Ibrahim inilah yang kemudian
dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim melalui
mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7
tahun. Anak yang elok rupawan, supaya
dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh luarbiasa,
Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah As-Shoffat : 102 :
قَالَ يَا بُنَيَّ
إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا
أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab:
Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau
akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS As-shaffat: 102).
Malaikat terkagum-kagum seraya terlontar
darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim
menyambutnya “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian di sambung oleh Nabi
Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamd.’ Inilah
sejarah pertamanya korban di Hari Raya Qurban. Yang kita peringati pada pagi
hari ini.
Nah…kepada kita hari ini Allah Maha
pengasih dan Penyayang. Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup
binatang ternak saja, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya. Sebab Allah maha
tahu, kita tidak akan mampu menjalaninya, jangankan memotong anak kita,
memotong sebagian harta kita untuk menyembelih hewan qurban, kita masih terlalu
banyak berfikir. Memotong 2,5 % harta kita untuk zakat, kita masih belum
menunaikannya. Memotong sedikit waktu kita untuk sholat lima waktu, kita masih
keberatan. Menunda sebentar waktu makan kita untuk berpuasa, kita tak mampu
melaksanakannya, dan sebagainya. Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang kita
kerjakan, yang membuat kita jauh dari Rahmat Allah SWT.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Jika kita renungi,,,apa sesungguhnya
manfaat Ibadah qurban ?.. dalam hal ini Nabi
di tanya apakah “Apa pahala yang akan kita dapatkan ibadah qurban?”
Beliau menjawab, "Setiap helai rambut, akan dibalasi dengan satu
kebaikan.” Lantas mereka bertanya, "Bagaimana dengan bulu (domba)?” Maka
beliau menjawab, "Setiap bulu juga akan dibalas dengan satu kebaikan.”
(HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Ibadah kurban memiliki kandungan nilai sosial kemasyarakatan
dan sarat dengan muatan-muatan sosial. Hal ini karena kurban berperan besar
dalam mengikis jurang antara yang kaya dan miskin. Juga menjadi salah satu
upaya untuk mengikis kesenjangan di tengah masyarakat. Tak hanya itu, ibadah
kurban juga sarat dengan muatan keadilan. Yang kaya harus ingat dengan titipan
rizki dari Allah SWT dengan menginfakkan sebagian hartanya kepada yang miskin.
Sedangkan yang miskin akan merasakan haknya terpenuhi dan tertolong untuk bisa
menyambung hidup. Itulah esensi ajaran Islam yang menyerukan keadilan dalam
kehidupan.
Makna lain kurban mengajarkan umat Islam
untuk bersikap dermawan, tidak tamak, rakus dan serakah. Secara simbolis qurban
mendidik kita untuk membunuh sifat-sifat kebinatangan, mengingatkan kita agar
senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai harkat dan martabat kemanusiaan.
Dengan demikian ibadah kurban menumbuh
kembangkan beberapa karakter, antara lain;
1
Melatih diri untuk menjadi dermawan
2
Menjauhkan diri dari sikap tamak
3
Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah
4
Bekal pahala di hari akhir
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Akhirnya Momentum Idul Adha kita jadikan
kesempatan untuk instrospeksi. Jadikan segala tantangan sebagai saksi atas
segala ikhtiar perjuangan yang kita lakukan. Kita memang tidak dapat mengubah
arah angin, tetapi bukankah kita dapat mengatur layar perahu ke arah tujuan
kita berlayar? Mari kita ber-Islam tidak dengan retorika, tetapi dengan
mengamalkan tuntunan Islam secara kaffah, baik dimensi pribadi, keluarga,
bangsa dan negara, demi terwujudnya negeri yang sejahtera dalam bingkai
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Mengakhiri khutbah ini kami berpesan; Dengat semangat
taqarrub kepada Allah kita tingkatkan zikir dan pikir kita, kita tingkatkan
semangat pengorbanan dan solidaritas, kita pedomani dan kita tauladani
kehidupan Nabi dan orang-orang sholeh..agar kehidupan kita lebih baik lagi. Akhirnya kita
mohonkan taufiq, hidayah, dan
“inayah Allah, serta mau’nah Allah semoga para jamaah haji indonesia khususnya
jamaah haji provinsi jambi dapat melaknakan segala prosesi ibadah hajinya dan
pulang dengan membawa haji yang mabrur.dan kepada bapak-bapak ibu-ibu yang
sudah berkurban, Kita ucapkan selamat kepada mereka semua, semoga amal
ibadahnya diterima oleh Allah; dosa dan kesalahan mereka diampuni; segala usaha
dan aktivitasnya diberkati, amin
بَارَكَ
اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
KUHBAT KEDUA
للهُ
اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ
اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله
بُكْرَةً وَأَصْيْلاً
لاَاِلَهَ اِلاّ
اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ
اَكْبَرْوَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ
وَاِمْتِنَانِهِ.َ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا :اَمَّا بَعْدُ
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا
اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى .وَاعْلَمُوْا
اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ
ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى : اِنَّ
اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ
مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
اَللَّهُمَّ اكْتُبِ السَّلاَمَةَ
وَاْلعَافِيَةَ عَلَيْنَا وَالْحُجَّاجَ وَالْغُزَّاةَ وَالْمُسَافِرِيْنَ
وَالْمُقِيْمِيْنَ، فِي بَرِّكَ وَبَحْرِكَ مِنْ أُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْ حَجَّنَا
وَحَجَّهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا
وَعَمَلاً صَالِحًا مَقْبُوْلاً وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ، يَا عَزِيْزُ يَا
غَفُوْرُ. يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. .
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ
يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى
عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ
عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar