KEUTAMAAN
10 MUHARRAM
DR.M.Ridwan
Jalil, M.Pd.I
Di antara hadits-hadist tersebut ialah:
مَنْ
مَسَحَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِ يَتِيمٍ يَوْمَ عَاشُورَاءَ رَفَعَ اللَّهُ تَعَالَى
لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ دَرَجَةً
“Siapa orang yang mengusap
kepala anak yatim (menyantuni/menyayangi) pada hari Asyura (10 Muharram), maka
Allah akan angkat derajatnya sebanyak rambut anak yatim tersebut yang terusap
oleh tangannya.” (Hadits ke 212 dari kitab Tanbih al-Ghafilin).
Menurut
para muhaddits bahwa hadits-hadits tentang keutamaan menyantuni anak yatim pada
10 Muharram itu kesemuanya dalam status hadits dhaif alias lemah. Karena itu, beberapa
kalangan ada yang mengharamkan praktik ini. Namun jumhur ulama membolehkan mengamalkan hadits dhaif
dengan beberapa syarat. Imam al-Nawawi menyebutkan dalam kitabnya al-Adzkar (hal.
8): termasuk Para ulama dari kalangan ahli hadits dan ahli fikih mengatakan:
boleh dan disukai mengamalkan hadits dhaif dalam perkara fadhail a’mal, targhib (memotivasi)
serta tarhiib (memberikan peringatan) selama haditsnya tidak maudhu’ (palsu).”
Jadi
walaupun itu hadits dhaif, tapi ada hadits lain yang menaunginya secara umum,
yaitu hadits keutamaan menyantuni anak yatim secara umum tanpa
mengkhususkan hari. Dan praktik santunan anak yatim di hari asyura
dinaungi hadits umum tersebut. Dan ulama jumhur pun membolehkan
mengamalkan hadits dhaif selama memang ada hadits shahih yang menaunginya
walaupun secara umum. Hal ini sebagaimana disebutkan Imam Ibnu Hajar
al-Asqalani, yang dikutip Syekh Shafiyurrahman al-Mubarakafuri dalam
kitabnya Mir’atul-Mashabiih
Syarh Misykatil-Mashaabiih (1/396) tentang mengamalkan hadits
dhaif.
Lalu apa keutamaan 10 Muharram?
Sebagian
masyarakat Indonesia bahkan menganggap bahwa tanggal 10 Muharram (Asyura)
adalah Hari Raya anak yatim. Istilah Idul Yatama (Hari Raya anak yatim)
sebenarnya hanyalah ungkapan kegembiraan bagi anak-anak yatim, sebab pada saat
itu banyak orang yang memberikan perhatian dan santunan kepada mereka. Dalam
hadits riwayat Abu Dawud ra. dinyatakan bahwa Hari Raya umat Islam hanya ada
dua, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri :
عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ
يَلْعَبُونَ فِيهِمَا، فَقَالَ: مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟ قَالُوا: كُنَّا
نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا
مِنْهُمَا: يَوْمَ الْأَضْحَى، وَيَوْمَ الْفِطْرِ “
Dari
Anas, ia berkata : Rasulullah SAW datang ke Madinah dan mereka (orang Madinah)
menjadikan dua hari raya di mana mereka bergembira. Lalu Rasulullah bertanya:
“Apa maksud dua hari ini?” Mereka menjawab: “Kami biasa bermain (bergembira)
pada dua hari ini sejak zaman Jahiliyah.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah menggantikan untukmu dengan dua hari raya yang lebih
baik dari padanya, yaitu hari raya Adha dan hari raya Fitri (HR : Abu Daud : 1134).
Momentum 10 Muharram dijadikan sebagai Idul
Yatama, berdasarkan anjuran untuk menyantuni anak-anak yatim pada hari
tersebut. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW sangat menyayangi
anak-anak yatim. Dan beliau lebih menyayangi lagi pada hari Asyura (tanggal 10
Muharram). Di mana pada tanggal tersebut, Beliau menjamu dan bersedekah bukan
hanya kepada anak yatim, tapi juga keluarganya.
PERINTAH
MENYANTUNI ANAK YATIM
PERTAMA; Di
dalam Al-Quran ada banyak sekali perintah untuk menyantuni anak yatim terutama
di bulan Muharram. Perintah ini terdapat dalam beberapa ayat Al-Quran dan Allah
memberikan balasan keras bagi mereka yang mendzalimi anak yatim apalagi
mengambil hartanya dengan cara yang zalim. Itulah mengapa menyantuni anak yatim
merupakan salah satu fadhilah di bulan Muharram.
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي
الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ
وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُكُمْ ۗ
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS
An-Nisa : 36)
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah melarang untuk takabur,
sombong, atau membanggakan diri atas harta yang dimiliki. Untuk itu,
menghindari kesombongan dan berbangga diri terhadap harta salah satunya kita
memberikannya dan berbuat baik kepada mereka yang perlu disantuni salah satunya
anak yatim yaitu anak yang sudah kehilangan ayahnya namun masih membutuhkan
nafkah dan sosok ayah.
Anak-anak yatim yang diperlakukan tidak baik, tentu akan berefek
kepada masa depannya. Ia harus tetap percaya diri dan tetap berada dalam
keoptimisan hidup. Untuk itu, tugas kita lah untuk bisa memberikan hal tersebut
kepada anak yatim bukan dengan menghardiknya apalagi menzalimi psikologisnya.
KEDUA: Jangan Mendekati Harta Anak Yatim, Firman Allah,
وَلَا
تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّىٰ يَبْلُغَ
أَشُدَّهُ ۚ
وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ ۖ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan
cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji;
sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (QS Al Isra
: 34)
Allah menyampaikan dalam Al-Quran agar umat islam tidak mendekati
harta anak yatim. Mendekati dalam hal ini tentu saja bisa berpotensi untuk
mengambil dan menzalimi mereka apalagi anak yatim tentunya belum dewasa dan
berdaya. Maka Allah memperingatkan umat islam agar berhati-hati dan jangan mendekati.
Anak-anak yatim sangat berpotensi sekali dizalimi karena ia masih
belum berdaya dan memiliki kemampuan untuk mengelola hartanya. Walaupun ia
sudah memiliki harta dari peninggalan Ayah atau Keluarganya, akan tetapi ia
belum bisa mengelola sendiri, dan masih berlum berkemampuan untuk
mengembangkannya. Untuk itu, dengan kondisi anak yatim seperti itu, sangat
mungkin manusia berlaku zalim terhadap dirinya.
KETIGA; Jangan
Memakan Harta Anak Yatim Dengan Zalim
إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَىٰ
ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَارًا ۖ
وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا
“Sesungguhnya
orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu
menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (neraka).” (QS An Nisa : 10)
Dalam ayat ini disampaikan oleh Allah bahwa memakan harta
anak yatim secara alim akan memberikan efek kepada masa depan akhirat kita.
Allah akan membalas dengan api neraka yang menyala-nyala dan tentunya hal
tersebut adalah hal yang menyakitkan yang akan didapatkan oleh kita.
Tentunya
menghardik anak yatim bertentangan dengan prinsip rukun iman, rukun islam, Iman dalam Islam, Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan, dan Hubungan Akhlak dengan Iman.
Tidak
hanya di dalam Al-Quran, dalam hadist pun terdapat informasi mengenai keutamaan
menyantuni anak yatim. Ada beberapa keutamaan anak yatim sehingga bagi kita
yang menyantuninya akan mendapatkan balasan yang besar.
1.
Balasan
di Surga
“Dari
Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, Artinya : “Aku dan orang yang menanggung anak yatim
(kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya (HR
Bukhari)
Dari hadist di atas, dijelaskan bahwa dengan menyantuni
anak yatim, kita bisa mendapatkan balasan di surga. Hal ini tentu diinginkan
oleh semua orang dan balasan di surga adalah sebaik-baiknya kebahagiaan atau
bahaga yang sejati. Tentu berbanding terbalik dengan mereka yang menyantuni
anak yatim hanya untuk pencitraan, penghargaan, dan pengakuan orang lain.
Hal ini disampaikan juga dihadist lain bahwa,
Barang
siapa yang memelihara anak yatim di tengah kaum muslimin untuk memberi makan
dan minum, maka pasti Allah memasukkannya ke dalam surga, kecuali jika ia telah
berbuat dosa yang tidak dapat diampuni.” (HR.Tirmidzi)
Untuk itu, orang yang menyantuni anak yatim, kelak
balasannya adalah kemudahan untuk bisa masuk surga asalkan ia tidak berbuat
dosa yang tidak dapat diampuni seperti syirik atau murtad dari ajaran islam.
2.
Pahala
Seperti Berjihad
“Berbahagialah
orang-orang yang di rumahnya terdapat anak yatim karena Rasulullah memberikan
jaminan pertama, memiliki pahala yang setaraf dengan jihad. Rasulullah Saw.
pernah bersabda, “Barang siapa yang mengasuh tiga anak yatim, maka
bagaikan bangun pada malam hari dan puasa pada siang harinya, dan bagaikan
orang yang keluar setiap pagi dan sore menghunus pedangnya untuk berjihad di
jalan Allah. Dan kelak di surga bersamaku bagaikan saudara, sebagaimana kedua
jari ini, yaitu jari telunjuk dan jari tengah.” (HR. Ibnu Majah)
Rasulullah
SAW juga menjelaskan bahwa menyantuni anak yatim, apalagi sampai memberikan
tempat tinggal, memberikan jaminan dan kehidupannya akan sama dengan pahala
orang yang berjihad. Tentu pahala berjihad di jalan Allah atau berjuang di
jalan Allah adalah pahala yang terbaik karena dengannya kita dengan harta,
jiwa, dan kesungguhan untuk menggapai ridho dan balasan Allah kelak di akhirat.
Tentu
saja menyantuni anak yatim ini sesuai dengan bagaimana kualitas kita dalam
menghidupnya dan memberikan yang terbaik untuknya, apalagi hingga menganggap
sebagaimana anak sendiri. Tentu hal ini dinginkan oleh semua orang khususnya
umat islam, karena jihad fisabilillah adalah aktivitas yang terbaik.
3.
Mendapat
Perlindungan di Hari Kiamat
“Demi
Allah yang mengutusku dengan kebenaran, di hari kiamat Allah Swt. tidak akan
mengazab orang yang mengasihi anak yatim, dan bersikap ramah kepadanya, serta
bertutur kata yang manis. Dia benar-benar menyayangi anak yatim dan memaklumi
kelemahannya, dan tidak menyombongkan diri pada tetangganya atas kekayaan yang
diberikan Allah kepadanya.” (HR. AT – Thabrani)
Tidak
semua orang akan selamat di hari kiamat atau akhirat nanti. Orang-orang yang
menyantuni anak yatim lah yang akan mendapatkan balasan di akhirat dengan
dipermudahnya atau dillindunginya ia saat hari kiamat. Tentu saja hal ini tidak
akan terjadi jika kita masih menghardik dan berlaku zalim terhadap mereka.
Walaupun termasuk salah satu fadhilah
di bulan Muharram, untuk menyantuni anak yatim, tentu Allah sendiri tidak
memberikan informasi khusus melaksanakannya di bulan apa. Allah memberikan
informasi terkait menyantuni anak yatim sangat umum selagi ada anak yatim dan
di setiap saat anak yatim membutuhkannya.
Untuk itu, terkait menyantuni anak
yatim di bulan Muharram terdapat juga kontroversi di para ulama. Beberapa
pendapat ada yang menyatakan bahwa Bulan Muharram adalah bulan anak yatim, di
beberapa ulama lagi tidak mengatakan sebagai bulan yatim secara khusus.
Yang menjadi penting bukanlah
kapan kita menyantuni anak yatim akan tetapi sejauh apa kita berniat untuk bisa
selalu membantu dan meringankan bebannya hingga mereka bisa tetap tumbuh
dan berkembang sebagaimana anak-anak lainnya yang masih memiliki orang tua yang
lengkap. Tentu saja kita pun berharap ketika menyantuni anak-anak yatim mereka
bisa sukses di Dunia
Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam dengan Cara Sukses Menurut Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar