Rabu, 03 Juni 2020





KHUTBAH JUM’AT
PENTINGNYA  HALAL BI HALAL
SETELAH NEW NORMAL
Oleh : Dr.M.Ridwan Jalil,M.Pd.I

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ:وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِين

KAUM MUSLIMIN JAMA’AH SHOLAT JUMAT  YANG BERBAHAGIAN
Satu pekan lebih kita sudah  di bulan syawal, sesuai dengan arti dari pada syawal itu sendiri adalah “meningkat”, maknanya setelah ditempa berpuasa selama sebulan, keluar dari ramadhan tentunya makin meningkatnya kualitas ketakwaan kita kepada Allah SWT, dan makin bertambah kuantitas amaliah kita serta makin terpujinya akhlak kita terhadap sesama.
Namun setelah satu pekan ini kita berhari raya, kita masih melihat dan mendengar ada Rumah, Masjid, Langgar, Surau,  pintunya  masih tertutup rapat, meskipun pemerintah sudah mengumumkan kepambali pada New Normal. Apa itu New Normal?..
New Normal adalah kehidupan normal baru dalam menyikapi pandemi Covid-19. Covid-19 masih berkeliaran dan belum ditemukan vaksin resmi yang diakui oleh dunia. Pemerintah dan rakyat dunia tidak mampu lagi meneruskan kehidupan dengan cara lockdown terus menerus karena berdampak kepada semua sektor terutama ekonomi.
Akhirnya diterapkanlah cara hidup baru yaitu berdamai dengan Covid-19, dalam arti kehidupan kembali normal, namun tetap berpegang kepada protokol yang telah disepakati di seluruh dunia  dalam menyikapi Covid19, seperti; 1). Memakai masker. 2).Menjaga jarak. 3).Cuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer.4).Tidak berjabat tangan, dll.

KAUM MUSLIMIN YANG BERBAHAGIA
Pasca/setelah Idul Fitri, biasanya kita melakukan tradisi halal bi halal sebagai ajang bersilaturahim. Tradisi mulia ini dimaksudkan untuk merekatkan hubungan, mencairkan suasana, merajut kebersamaan, dan melepaskan berbagai konflik, mulai konflik politik, sosial, bahkan hingga konflik pribadi. Intinya, silaturahim dan keharmonisan sosial menjadi tujuan utama dari Halal bi Halal ini. 
Dalam konteks covid-19, new normal (normal baru) menjadi suatu keniscayaan/musti di Indonesia, baik pada aspek ekonomi untuk mencegah perekonomian yang semakin memburuk pasca/setelah diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), maupun pada aspek sosial untuk mempatahankan dan meningkatkan imunitas kesehatan dan tubuh.
Meski dalam situasi masa pandemi  (Covid-19), semangat berhalal bi halal tetap demikian besar, maka itu meskipun kita tidak dapat bertemu dan berjabat tangan secara lansung, namun kita tidak mau kehilangan nilai-nilain halal bi halal dengan membuat  acara  halal bi halal secara virtual, meminta dan memberi maaf melalui online, itulah yang bisa kita lakukan.
KAUM MUSLIMIN YANGBERBAHAGIA.
Dalam konteks silaturahim, memahami bahwa manusia diciptakan dari 'sifat ketergantungan' tampaknya memiliki relevansinya tersendiri. Terlebih dalam tradisi halal bi halal, disadarkan akan hakikat kemanusiaan yang selalu mengantungkan kepada orang lain. Silaturahim yang terdiri atas kata shilat (menyambung) dan al-rahim (kasih sayang), menunjukkan betapa manusia diminta untuk benar-benar kembali ke jati dirinya: Membangun relasi sosial yang positif karena ia tidak bisa hidup secara sendiri. Sehebat apapun seseorang, ia tidak mampu mengerjakan segala sesuatunya dengan ketersendiriannya. Oleh karenanya, membangun hubungan harmonis antar sesama merupakan sebuah keharusan/penting. Firman Allah SWT;

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ ٱلذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوٓا۟ إِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ ٱلنَّاسِ وَبَآءُو بِغَضَبٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ ٱلْمَسْكَنَةُ ۚ
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan.(QS;Ali Imran : 112)

KAUM MUSLIMIN YANG BERBAHAGIA.
Dalam hadits Qudsi, Allah berfirman: "Aku adalah al-Rahman (Dzat Yang Maha Pengasih). Dan kata al-Rahim (kasih sayang) itu dikeluarkan menjadi salah satu nama-Ku. Siapa yang menyambungkan kasing sayang (silaturahim), maka aku sambungkan ia dengan nama-Ku (al-Rahim) itu. Siapa yang memutuskan kasih sayang (silaturahim), maka aku putuskan ia dengan nama-Ku (al-Rahim) itu." 
Hadits ini mengungkapkan reward/hadiah yang  dijanjikan Allah SWT bagi perilaku manusia. Kasih sayang Allah yang demikian besar hanya akan diberikan bagi manusia yang mau menjalin keharmonisan antar sesama, sementara bagi yang mengabaikan keharmonisan itu akan dijauhkan dari kasih sayang-Nya.
Syaikh Hafizh Hasan Al-Mas’udi, ulama Al-Azhar Mesir abad ke-20 M, secara tuntas membahas etika silaturahim baik dengan orang tua, keluarga-kerabat, tetangga, dan dalam interaksi sosial antar sesama dengan demikian detail. Menurutnya, rasa persaudaraan antara satu orang dengan orang lain harus mampu memunculkan kasih sayang yang mendalam. Untuk memunculkan itu, kita dituntut untuk memiliki sikap lapang dada, saling membantu baik secara materi, tenaga, maupun sikap batin, seperti memaafkan, ketulusan, dan kesetiaan. 
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya,(HR.Bukhari dan Muslim)
Singkatnya, silaturahim dengan berbagai mekanisme dan cara, meski dalam situasi covid-19, tetap kita lakukan. New normal akan mengubah tentang cara dan bentuknya saja. Kasih sayang dan keharmonisan antar sesama tetap kita jaga, sebab itu adalah bagian dari kebutuhan manusia, dengan mewujudkan halal bi halal yang diselaraskan dengan situasi dan kondisi masing-masing InsyaAllah kedamaian dan keharmonisan tetap terjaga, Amin

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِوَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِوَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.  فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم







Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُفَيَآ أَيـُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ عَلَى الدِّيْنِ الْقَوِيْمِ. . وَقَالَ تَعاَلَى : اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى   يآ اَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
 اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ . رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKNA LEBARAN DITINJAU DARI ASPEK PENDIDIKAN

MAKNA LEBARAN DITINJAU DARI ASPEK  PENDIDIKAN Oleh. Dr.H.M.Ridwan Jalil.M.Pd.I Setelah berpuasa satu bulan lamanya, Berzakat fitrah menurut ...