Senin, 06 Juli 2020









Khutbah Idul Adha  2020/1441.H
MEMPEROLEH HAJI MABRUR 
DENGAN IBADAH SOSIAL
Oleh: Dr.M.Ridwan Jalil, M.Pd.I
الله ُ اَكْبَرُ  9x
الله ُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّاَصِيْلاً لاَاِلهَ اِلاَّ الله وَاللهُ اَكْبَرُ. اللهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
الْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِىْ جَعَلَ هَذَاالْيَوْمَ عِيْدًالِلْمُسْلِمِيْنِ. وَجَعَلَ عِبَادَةَ الْحَجِّ وَعِيْدُ اْلاَضْحَ مِنْ شَعَائِرِاللَّهِ وَاِحْيَائِهَامِنْ تَقْوَى  الْقُلُوْبِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن، أمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله، أُوصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَا الله فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وقال الله تعال:   إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd
Kaum Muslimin Jama’ah  Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.

Pada hari ini kita merayakan hari raya Idul Adha atau juga disebut dengan hari raya Haji. Bagi kita umat Islam, berangkat Haji  adalah kebanggaan dan kebahagian tersendiri, karena menjadi tamu Allah. Jangankan menjadi tamu Allah, menjadi tamu gubernur/presiden pun merupakan kebanggaan yang luar biasa, apa lagi menjadi tamu Allah. Maka itu rasa kegembiraan dan rasa kerinduan  kepada Allah dan Rasulnya baru terobati dengan kebarangkatan ke tanah suci dalam upaya menyempurnakan rukun Islam yang ke lima, meskipun  dengan ongkos yang mahal  bahkan rela menjual harta benda asalkan berangkat haji. Begitulah kekuatan iman,  hal ini dilandasi firman Allah;

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا . وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
"...mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." (QS. Ali-Imran: 97)

Namun sayang pada tahun ini Pemerintah Indonesia melalui Menteri Agama telah memastikan tidak memberangkatkan  jamaah haji Indonesia karena alasan pertimbangan pandemi virus COVID-19. Kebijakan ini bukan bermaksud menghalangi  bapak/ibu calon jama’ah haji untuk berangkat ketanah suci pada tahun ini, namun karena perintah amanat Undang-undang No.8 tahun 2018 yang menyatakan bahwa “Negara menjemin memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan bagi warga negara yang akan menunaikan Ibadah Haji  dan Umroh  dengan rasa aman, nyaman,  tertib sesuai dengan syari’at”. Jadi keputusan pemerintah lebih mengedepankan keselamatan jama’ah.
Menurut kaidah  Ushul Fiqh  beribadah pada masa pandemi covid 19 ini harus memperhatikan mudhoratnya dari pada mengambil manfaatnya;
"دَفع المفاسِد مُقدَّمٌ على جلبِ المصالِح"
“Menolak sesuatu yang mendatangkan kerusakan didahulukan atas sesuatu yang mendatangkan manfa’at”.
Penekanan kaidah ini adalah Jika di satu sisi ada manfa’at dan  pada sisi lain terdapat mudharat yang sangat berbahaya karena terkait  persoalan hidup, maka atas dasar inilah keputusan mencegah mudarat didahulukan dari meraih manfa’at. Oleh karena itu kepada saudara-saudara kami yang belum jadi berangkat tahun ini, jangan bersedih karena  pintu menuju surga tidak satu. Bahkan banyak jalan menuju surga.
Allahuakbar 3x Walillahil hamd.
Kaum Muslimin yang berbahagia
Terkait dengan calon Jama’ah Haji yang tidak jadi berangkat, Ada sebuah kisah  menarik dari Abdullah bin Mubarak lahir tahun 118 H, seorang sufi terkenal, ahli fiqih, ahli hadits yang wara’ lagi dermawan.
Satu ketika beliau dan se-rombongan keluarganya dalam perjalanan menuju ke baitullah, menemukan bangkai burung yang tergeletak di jalanan yang mereka lewati. Sebagai seorang yang cinta kebersihan, ia segera mengambilnya dan memindahkannya ke tempat sampah. Beberapa menit, berselang ada anak yatim yang mengambil bangkai burung itu. Ia segera menghampiri anak tersebut. Ternyata bangkai burung itu dimasak oleh anak itu untuk dimakan bersama keluarganya yang berhari-hari merasakan kelaparan. Melihat kenyataan itu Abdullah bin Mubarak tidak tega, tampa ia sadari mengalir air matanya,  ia peluk anak yatim itu dengan erat, lalu ia katakan;”nak jika ayahmu masih hidup tentu tidak akan seperti ini nasibmu, ambilah uang ini, berilah makan adik-adikmu, semoga kelak kehidupanmu lebih baik”.   Tanpa ragu Abdullah bin Mubarak menyerahkan bekal perjalanan hajinya kepada anak yatim tersebut. Ia berpandangan perbuatan tersebut lebih utama dari haji tahun itu. Mereka pun kembali dan tidak jadi melaksanakan Ibadah Haji pada tahun itu.
Tidak lama kemudian Abdullah bin Mubarak bermimpi bahwa mereka yang tidak jadi beragkat haji karena menyerahkan uangnya kepada anak yatim yang kelaparan tadi  mendapat status haji yang mabrur, Subhanallah.
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Berdasarkan kisah di atas sadarlah kita bahwa untuk mendapatkan kemabruran tidak hanya satu jalan, banyak cara yang bisa dilakukan. Barangkali ini jugalah yang menjadi hikmah diundurnya keberangkatan calon jamaah haji, ternyata Allah hendak memberi kesempatan kepada kita semua untuk memperoleh pahala haji mabrur dengan ibadah sosial, contohnya saat ini sudah kita maklumi dampak dari pandemi Covid 19 ini, banyak rakyat menderita, karyawan yang di PHK, si miskin terlunta-lunta, anak yatim sengsara, pedagang merana. Nah.. inilah lahan kemabruran haji tahun ini yakni dengan peduli kepada mereka yang lagi kesusahan. Maka, penting bagi kita untuk mengingatkan kaum Muslimin yang memiliki kelebihan harta, terutama mereka yang sudah bergelar pak Haji dan bu Hajjah, agar  menjadi pelopor kebajikan di wilayah tempat tinggal mereka masing-masing, untuk membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan. Ingatlah hadits Rasulullah;

اَلْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةَ قِيْلَ وَمَا بِرُّهُ ؟ قَالَ إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطِيْبُ الْكَلاَمِ
“Haji mabrur itu tidak ada balasannya kecuali surga”. Rasul ditanya: “Apa tanda-tanda mabrurnya?”. Nabi Saw menjawab: “Suka membantu memberikan makanan dan santun dalam berbicara” (HR. Ahmad)
Imam al-Nawawi, mengatakan;

اَلْحَجُّ الْمَقْبُوْلُ هُوَالَّذِيْ يَنْبَغِيْ أَنْ يَكُوْنَ بَعْدَ رُجُوْعِهِ خَيْرًا مِمَّا كَانَ
Haji makbul itu tanda-tandanya adalah setelah ia pulang dari haji, keadaannya lebih baik daripada sebelumnya .
Dari keterangan hadits Nabi dan penjelasan Imam Nawawi ini, jelas; bahwa salahsatu indikator(tanda) kemabruran haji seseorang itu dapat dilihat dari tumbuhnya kepedulian sosial yang tinggi, yakni suka memberi makan.
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Di hari raya Idul Adha ini, meskipun musibah dan cobaan silih berganti menerpa kehidupan kita, mulai dari mewabahnya virus corona membuat aktivitas banyak yang diloksdown, sehingga bermunculan para Du’afa baru, bahkan Ramadhan dan Idul Fitri pun di rumah saja, ditambah lagi gagalnya calon jama’ah haji ke tanah suci, bahkan tatkala rakyat lagi kesusahan/kesulitan ekonomi, malah RUU HIP mau disahkan, lagi-lagi rakyat yang susah berdemo, sungguh terlalu!...tapi kita jangan pernah bersedih, jangan pernah putus asah, justru ini sebagai cambuk agar rakyat jangan terlena, tetap produktif dan inovatif dalam berkarya dan beribadah. Tidak jadi haji bukan berarti tidak dapat kemabruran Ibadah haji, kita bisa dapatkan kemabruran  ibadah sosial yang tidak kalah besar pahalanya dari ibadah haji, yakni merealisasikan rasa kepedulian dengan menyembelih hewan qurban untuk di berikan kepada  anak yatim, orang miskin, Du’afa lama maupun Du’afa baru yang terkena dampak Civid 19. Inilah  momentum yang tepat untuk kita berbagi, karena hari ini juga di sebut hari raya qurban, dimana umat Islam disunnahkan menyembelih hewan qurban untuk diberikan kepada kaum Du’afa.
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Jika kita renungkan,,,apa sesungguhnya manfaat Ibadah qurban ?.. dalam hal ini Nabi  di tanya “Apa pahala yang akan kita dapatkan dari ibadah kurban?” Beliau menjawab, "Setiap helai rambut, akan dibalasi dengan satu kebaikan.” Lantas mereka bertanya, "Bagaimana dengan bulu (domba)?” Maka beliau menjawab, "Setiap bulu juga akan dibalas dengan satu kebaikan.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi).
Jadi berdasarkan hadits ini, manfaat Ibadah kurban  menumbuh kembangkan beberapa karakter baik, antara lain; Pertama; Melatih diri untuk menjadi dermawan, kedua; Menjauhkan diri dari sikap tamak, ketiga; Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah, keempat; Bekal pahala di hari akhir.
Sementara pahala yang didapatkan dari Ibadah qurban, sebagaimana yang dikatakan Wahab bin munabbih;  Nabi Daud as, berkata”Ya Allah, sebesar apakah pahala orang yang berqurban dari umat Nabi Muhammad saw? JawabNya :”Aku memberi pahala kepadanya,setiap bulu dari badan hewan kurbannya 10 kebaikan,aku hapus 10 keburukan,serta kunaikan 10 derajat, …” Selain itu terdapat pahala-pahala yang luarbiasa banyaknya dalam Berqurban;  
1)       Tawar menawar pada waktu membeli hewan Qurban, pembicaraannya dianggap tasbih.
2)       Uangnya dilipatgandakan sebesar 700 kali lipat.
3)       Ketika Kambing ditidurkan untuk disembelih, semua makhluk memohon ampun untuknya hingga hari kiamat.
4)       Semburan darahnya, tiap tetesnya dijadikan 10 malaikat yang terus menerus meminta ampun hingga hari kiamat.
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Kaum Muslimin yang berbahagia
Di akhir khutbah ini mari kita  memohon  taufiq, hidayah, inayah, serta mau’nah Allah semoga Covid 19 ini segera hilang dan  kehidupan kita bisa normal kembali,  calon jamaah haji bisa berangkat di tahun depan.   kepada bapak-bapak ibu-ibu yang berqurban hari ini, Kita ucapkan selamat  semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah; dosa dan kesalahan mereka diampuni; segala usaha dan aktivitasnya diberkati, Amin Ya rabbal’alamin
اَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ





KHUBAH  KEDUA

للهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَأَصْيْلاً لاَاِلَهَ اِلاّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْوَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.َ  اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ  وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا :اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى .وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى : اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى     يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّد. اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَات .اَللهُمَّ اكْتُبِ السَّلاَمَةَ وَاْلعَافِيَةَ عَلَيْنَا وَالْحُجَّاجَ وَالْغُزَّاةَ وَالْمُسَافِرِيْنَ وَالْمُقِيْمِيْنَ، فِي بَرِّكَ وَبَحْرِكَ مِنْ أُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْ حَجَّنَا وَحَجَّهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَعَمَلاً صَالِحًا مَقْبُوْلاً وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ، يَا عَزِيْزُ يَا غَفُوْرُ. يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.  . رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
 عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ
SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1441 H
MOHON MAAF LAHIR BATIN
WASSALAMU’ALAIKUM  Wr, Wb














Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKNA LEBARAN DITINJAU DARI ASPEK PENDIDIKAN

MAKNA LEBARAN DITINJAU DARI ASPEK  PENDIDIKAN Oleh. Dr.H.M.Ridwan Jalil.M.Pd.I Setelah berpuasa satu bulan lamanya, Berzakat fitrah menurut ...