Rabu, 01 Juli 2020






 KHUTBAH JUM'AT
MELAWAN KEZHOLIMAN
Okeh : Dr.M.Ridwan Jalil, M.Pd.I




الـحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَـمِيْنَ ، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ ، فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِـمِيْنَ ؛ أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ ;يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
KAUM MUSLIMIN JAMA’AH SHOLAT JUM’AT
YANG DI MULYAKAN ALLAH.
Jauh sebelum empat belas abad yang lalu, Rasulullah SAW telah mengingatkan umatnya, bahwa kelak di akhir zaman akan ada para pemimpin yang berbuat zalim dan berbohong di hadapan rakyatnya. Sebagai umatnya, kita tidak hanya diperintahkan untuk bersabar menghadapi keadaan tersebut. Namun lebih daripada itu, Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk senantiasa berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dan selalu menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar;
الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
“Agama itu adalah nasihat.” Kami berkata, “Untuk siapa?” Beliau bersabda, “Untuk Allah, kitabNya, RasulNya, Imam kaum muslimin, dan orang-orang kebanyakan.” (HR. Muslim)
Nasihat secara diam-diam merupakan pilihan awal dalam mengubah kemungkaran. Namun ia bukanlah satu-satunya cara untuk meluruskan kesalahan penguasa. Ketika nasihat dengan cara tersebut sudah tidak diindahkan, maka Rasulullah SAW pun memberikan motivasi lain kepada umatnya untuk merubah kemungkaran penguasa. Motivasi tersebut ialah keutamaan jihad yang dijanjikan terhadap siapa saja yang menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa zalim.
Dari Abu Said Al-Khudri Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ أَوْ أَمِيرٍ جَائِرٍ
“Jihad yang paling utama adalah mengutarakan perkataan yang adil di depan penguasa atau pemimpin yang zhalim.” (HR. Abu Daud)

KAUM MUSLIMIN YANG BERBAHAGIA
Lalu ketika usaha tersebut tidak lagi dihiraukan sementara pemimpin yang berkuasa tetap pada prinsipnya menzalimi rakyat, maka Rasulullah SAW mengingatkan umatnya untuk menjauhi pemimpin tersebut dan jangan sekali-kali mendekatinya, terlebih membenarkan tindakan zalim yang mereka lakukan. Sebab, ketika seseorang tetap mendekati pemimpin zalim tersebut serta membenarkan apa yang dilakukannya maka ia akan terancam keluar dari lingkaran golongan umat Nabi Muhammad SAW dan di hari kiamat kelak, ia akan terhalang dari telaganya Nabi Saw.
Ka’ab bin Ujroh berkata bahwa Rasulullah  keluar mendekati kami, lalu bersabda:
“Akan ada setelahku nanti para pemimpin yang berdusta. Barangsiapa masuk pada mereka lalu membenarkan (menyetujui) kebohongan mereka dan mendukung kedhaliman mereka maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak bisa mendatangi telagaku (di hari kiamat). Dan barangsiapa yang tidak masuk pada mereka (penguasa dusta) itu, dan tidak membenarkan kebohongan mereka, dan (juga) tidak mendukung kedhaliman mereka, maka dia adalah bagian dari golonganku, dan aku dari golongannya, dan ia akan mendatangi telagaku (di hari kiamat).” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)
Maknanya, siapapun yang melakukan kezaliman harus senantiasa ditegur. Terlebih ketika kezalimannya menimpa rakyat. Misalnya kezholiman;
Tidak mencantumkan TAP MPRS Nomor 25/MPRS/1966 Dalam RUU HIP, Sehingga membuka peluang  Komonis bangkit lagi.
Dalam RUU HIP tersebut menfsirkan isi Pancasila dengan mengatakan sendi pokok  Pancasila  adalah keadilan sosial, dan ciri pokok Pancasila  berupa trisila (sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, dan ketuhanan yang berkebudayaan),  yang  terkristalisasi  dalam ekasila (gotong royong). Inilah wujud simplifikasi(penyederhanaan) yang mengikis isi dari Pancasila.
Untuk itu, Majlis Ulama Indonesia pusat mengajak dan menyerukan bahwa Kita tidak boleh diam begitu saja. Harus ada upaya maksimal untuk mengubah kemungkaran yang terjadi. Bagi seluruh umat Islam wajib menolak RUU HIP tersebut. Bagi para pejabat yang dekat dengan penguasa, wajib menasihatinya secara diam-diam, dan perlu diingat Ketika nasihat dengan cara empat mata sudah tidak efektif, bahkan penguasa justru menampakkan kezalimannya tak bergeming dengan nasihat, maka menasehati secara terbuka (Unjuk Rasa) menjadi sebuah pilihan. Bahkan ia menjadi sebuah keharusan ketika kezaliman penguasa semakin merajalela. Sebab, dalam sebuah riwayat dari Imam Ahmad dengan sanad yang bersambung hingga Abdullah bin Amr, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ أُمَّتِي تَهَابُ فَلَا تَقُولُ لِلظَّالِمِ : يَا ظَالِمُ فَقَدْ تُوُدِّعَ مِنْهُمْ
“Jika engkau melihat umatku takut, sehingga tidak berani mengatakan kepada orang zalim, wahai orang zalim, maka mereka tidak berarti lagi (keberadaannya).” (HR. Ahmad)

KAUM MUSLIMIN YANG BERBAHAGIA
Karena itu, setidaknya ada tiga hal yang menjadi kewajiban umat ketika menghadapi penguasa zalim. 
Pertama: Tidak boleh menaati penguasa dalam bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Berdasarkan hadits yang masyhur dari Rasulullah SAW:
لآ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ إِنَّمَا الطَّاعَةَ فِي الْمَعْرُوْفِ
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu dalam kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Apapun bentuk perintahnya, ketika hal itu menyimpang dari batas-batas syariat maka kita wajib mengingkarinya. Ketika itu, taat kepada pemimpin menjadi haram hukumnya.
Lalu kewajiban Kedua: menasihati penguasa dengan segenap upaya yang kita miliki. Memberikan kritik dan nasihat kepada penguasa itu wajib dilakukan. Sebab, jika seorang penguasa sudah keluar dari jalur semestinya dan tidak amanah, lalu orang-orang saleh membiarkannya, rusaklah semua sendi kehidupan masyarakat.
Kewajiban ketiga: menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Sebagai bentuk kasih sayang kita terhadap sesama muslim adalah senantiasa mengajaknya kepada kebaikan serta menegur bila ia melampaui batas-batas syariat Allah. Disebutkan dari Abu Sa’id Al-Khudriy, ia berkata, Rasulullah Saw berdiri di tengah kami dalam salah satu khutbah yang di antaranya beliau berkata: “Setelah itu kalian akan dipimpin oleh para penguasa yang berkata bukan berdasar landasan ilmu dan berbuat bukan berdasar landasan ilmu. Barang siapa menjadi penasihat mereka, pembantu mereka, dan pendukung mereka, berarti ia telah binasa dan membinasakan orang lain. Hendaklah kalian bergaul dengan mereka secara fisik, namun janganlah perbuatan kalian mengikuti kelakuan mereka. Persaksikan siapa yang berbuat baik di antara mereka sebagai orang yang berbuat baik, dan orang yang berbuat buruk di antara mereka sebagai orang yang berbuat buruk.” (HR. Ath-Thabrani)
Demikianlah sikap yang harus kita tunjukkan bila berhadapan dengan penguasa yang menyimpang dari syariat. Prinsipnya, seorang muslim tidak boleh mendiamkan kemungkaran yang terjadi di depan matanya. Sebab, ia bagian dari konsekuensi iman yang harus diperjuangkan. Entah sekecil apapun itu bentuk usahanya, dia harus menunjukkan bahwa dirinya tidak rela terhadap kemungkaran yang ada.
  
اَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ



Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُفَيَآ أَيـُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ عَلَى الدِّيْنِ الْقَوِيْمِ. . وَقَالَ تَعاَلَى : اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى   يآ اَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
 اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ . رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKNA LEBARAN DITINJAU DARI ASPEK PENDIDIKAN

MAKNA LEBARAN DITINJAU DARI ASPEK  PENDIDIKAN Oleh. Dr.H.M.Ridwan Jalil.M.Pd.I Setelah berpuasa satu bulan lamanya, Berzakat fitrah menurut ...