KHUTBAH JUM'AT
MELAWAN KEZHOLIMAN
Okeh : Dr.M.Ridwan Jalil, M.Pd.I
الـحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَـمِيْنَ ، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ ، فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِـمِيْنَ ؛ أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ ;يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
KAUM MUSLIMIN JAMA’AH SHOLAT JUM’AT
YANG DI MULYAKAN ALLAH.
Jauh sebelum empat belas
abad yang lalu, Rasulullah SAW telah mengingatkan umatnya, bahwa kelak di akhir
zaman akan ada para pemimpin yang berbuat zalim dan berbohong di hadapan
rakyatnya. Sebagai umatnya, kita tidak hanya diperintahkan untuk bersabar
menghadapi keadaan tersebut. Namun lebih daripada itu, Rasulullah SAW mengingatkan
kita untuk senantiasa berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dan selalu
menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar;
الدِّينُ
النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ
وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
“Agama itu adalah
nasihat.” Kami berkata, “Untuk siapa?” Beliau bersabda, “Untuk Allah, kitabNya,
RasulNya, Imam kaum muslimin, dan orang-orang kebanyakan.” (HR. Muslim)
Nasihat secara diam-diam
merupakan pilihan awal dalam mengubah kemungkaran. Namun ia bukanlah satu-satunya
cara untuk meluruskan kesalahan penguasa. Ketika nasihat dengan cara tersebut
sudah tidak diindahkan, maka Rasulullah SAW pun memberikan motivasi lain kepada
umatnya untuk merubah kemungkaran penguasa. Motivasi tersebut ialah keutamaan
jihad yang dijanjikan terhadap siapa saja yang menyampaikan kebenaran di
hadapan penguasa zalim.
Dari Abu Said Al-Khudri
Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
أَفْضَلُ الْجِهَادِ
كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ أَوْ أَمِيرٍ جَائِرٍ
“Jihad yang paling utama
adalah mengutarakan perkataan yang adil di depan penguasa atau pemimpin yang
zhalim.” (HR.
Abu Daud)
KAUM MUSLIMIN YANG
BERBAHAGIA
Lalu ketika usaha tersebut
tidak lagi dihiraukan sementara pemimpin yang berkuasa tetap pada prinsipnya
menzalimi rakyat, maka Rasulullah SAW mengingatkan umatnya untuk menjauhi
pemimpin tersebut dan jangan sekali-kali mendekatinya, terlebih membenarkan
tindakan zalim yang mereka lakukan. Sebab, ketika seseorang tetap mendekati
pemimpin zalim tersebut serta membenarkan apa yang dilakukannya maka ia akan
terancam keluar dari lingkaran golongan umat Nabi Muhammad SAW dan di hari
kiamat kelak, ia akan terhalang dari telaganya Nabi Saw.
Ka’ab bin Ujroh berkata
bahwa Rasulullah keluar mendekati kami, lalu bersabda:
“Akan ada setelahku nanti
para pemimpin yang berdusta. Barangsiapa masuk pada mereka lalu
membenarkan (menyetujui) kebohongan mereka dan mendukung kedhaliman mereka maka
dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan dia
tidak bisa mendatangi telagaku (di hari kiamat). Dan barangsiapa yang
tidak masuk pada mereka (penguasa dusta) itu, dan tidak membenarkan kebohongan
mereka, dan (juga) tidak mendukung kedhaliman mereka, maka dia
adalah bagian dari golonganku, dan aku dari golongannya, dan ia akan
mendatangi telagaku (di hari kiamat).” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)
Maknanya, siapapun yang
melakukan kezaliman harus senantiasa ditegur. Terlebih ketika kezalimannya
menimpa rakyat. Misalnya kezholiman;
Tidak mencantumkan TAP MPRS Nomor 25/MPRS/1966
Dalam RUU HIP, Sehingga membuka peluang Komonis bangkit lagi.
Dalam RUU HIP tersebut menfsirkan isi Pancasila dengan mengatakan sendi
pokok Pancasila adalah keadilan sosial, dan ciri
pokok Pancasila berupa trisila (sosio-nasionalisme,
sosio-demokrasi, dan ketuhanan yang berkebudayaan), yang terkristalisasi
dalam ekasila (gotong royong). Inilah
wujud simplifikasi(penyederhanaan) yang mengikis isi dari Pancasila.
Untuk itu, Majlis Ulama
Indonesia pusat mengajak dan menyerukan bahwa Kita tidak boleh diam begitu
saja. Harus ada upaya maksimal untuk mengubah kemungkaran yang terjadi. Bagi
seluruh umat Islam wajib menolak RUU HIP tersebut. Bagi para pejabat yang dekat
dengan penguasa, wajib menasihatinya secara diam-diam, dan perlu diingat Ketika
nasihat dengan cara empat mata sudah tidak efektif, bahkan penguasa justru
menampakkan kezalimannya tak bergeming dengan nasihat, maka menasehati secara
terbuka (Unjuk Rasa) menjadi sebuah pilihan. Bahkan ia menjadi sebuah keharusan
ketika kezaliman penguasa semakin merajalela. Sebab, dalam sebuah riwayat dari
Imam Ahmad dengan sanad yang bersambung hingga Abdullah bin Amr, ia berkata,
“Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ أُمَّتِي تَهَابُ فَلَا تَقُولُ
لِلظَّالِمِ : يَا ظَالِمُ فَقَدْ تُوُدِّعَ مِنْهُمْ
“Jika engkau melihat umatku takut, sehingga tidak berani mengatakan
kepada orang zalim, wahai orang zalim, maka mereka tidak berarti lagi
(keberadaannya).” (HR. Ahmad)
KAUM MUSLIMIN YANG BERBAHAGIA
Karena itu, setidaknya ada tiga hal yang menjadi kewajiban umat ketika
menghadapi penguasa zalim.
Pertama: Tidak boleh menaati penguasa dalam
bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Berdasarkan hadits yang masyhur dari Rasulullah
SAW:
لآ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ
الْخَالِقِ إِنَّمَا الطَّاعَةَ فِي الْمَعْرُوْفِ
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah,
sesungguhnya ketaatan itu dalam kebaikan.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Apapun bentuk perintahnya, ketika hal itu menyimpang dari batas-batas
syariat maka kita wajib mengingkarinya. Ketika itu, taat kepada pemimpin
menjadi haram hukumnya.
Lalu kewajiban Kedua: menasihati penguasa dengan
segenap upaya yang kita miliki. Memberikan kritik dan nasihat kepada
penguasa itu wajib dilakukan. Sebab, jika seorang penguasa sudah keluar dari
jalur semestinya dan tidak amanah, lalu orang-orang saleh membiarkannya,
rusaklah semua sendi kehidupan masyarakat.
Kewajiban ketiga: menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.
Sebagai bentuk kasih sayang kita terhadap sesama muslim adalah senantiasa
mengajaknya kepada kebaikan serta menegur bila ia melampaui batas-batas syariat
Allah. Disebutkan dari Abu Sa’id Al-Khudriy, ia berkata, Rasulullah Saw berdiri
di tengah kami dalam salah satu khutbah yang di antaranya beliau berkata: “Setelah
itu kalian akan dipimpin oleh para penguasa yang berkata bukan berdasar
landasan ilmu dan berbuat bukan berdasar landasan ilmu. Barang siapa menjadi
penasihat mereka, pembantu mereka, dan pendukung mereka, berarti ia telah
binasa dan membinasakan orang lain. Hendaklah kalian bergaul dengan mereka
secara fisik, namun janganlah perbuatan kalian mengikuti kelakuan mereka.
Persaksikan siapa yang berbuat baik di antara mereka sebagai orang yang berbuat
baik, dan orang yang berbuat buruk di antara mereka sebagai orang yang berbuat
buruk.” (HR. Ath-Thabrani)
Demikianlah sikap yang
harus kita tunjukkan bila berhadapan dengan penguasa yang menyimpang dari
syariat. Prinsipnya, seorang muslim tidak boleh mendiamkan kemungkaran yang
terjadi di depan matanya. Sebab, ia bagian dari konsekuensi iman yang harus
diperjuangkan. Entah sekecil apapun itu bentuk usahanya, dia harus menunjukkan
bahwa dirinya tidak rela terhadap kemungkaran yang ada.
اَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ: فَيَآ أَيـُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ اِلاَّ عَلَى الدِّيْنِ الْقَوِيْمِ. . وَقَالَ تَعاَلَى : اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى
يآ اَيُّهَاالَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ
حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِ . رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ
وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar