Senin, 31 Oktober 2016

KISI KISI SOAL UTS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


  1. Apakah yang dimaksud dengan agama dan jelaskan ruang lingkupnya!
  2. Apakah yang dimaksud dengan agama islam dan jelaskan ruang lingkupnya!
  3. Apakah setiap manusia membutuhkan agama? Jelaskan!
  4. Mengapa manusia dipandang sebagai makhluk yang sempurna dan sebutkan karakteristiknya!
  5. Sebutkan penyebutan manusia dalam Islam dan jelaskan!
  6. Apa perbedaan antara agama wahyu dan agama budaya dan berikan contohnya!
  7. Jelaskan perbedaan antara konsep ketuhanan menurut pandangan Barat dan Islam!
  8. Apa perbedaan konsep monotheisme dan tauhid?
  9. Sebutkan sumber ajaran agama islam dan jelaskan!
  10. Bagaimana seharusnya komitmen seorang muslim terhadap Al-Quran? Jelaskan!
  11. Mengapa kebenaran Al-Quran bersifat Qath’iyyah dan As-Sunnah bersifat dzanniyah? Apa fungsi As-Sunnah terhadap Al-Quran! Jelaskan!
  12. Sebutkan aspek-aspek ajaran Islam dan jelaskan keterkaitan di antara aspek-aspeknya!
  13. Banyak orang yang mengaku beragama Islam tetapi perilakuknya tidak mencerminkan agama Islam. Apa yang saudara lakukan dalam menghadapi kondisi demikian? Jelaskan disertai solusinya!

PEMBAHASAN
  1. Agama dan Ruang Lingkupnya

Secara istilah, agama diartikan sebagai suatu bentuk kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dalam bentuk hubungan penghambaan melalui kegiatan upacara penyembahan dan permohonan serta tercermin dalam sikap hidup manusia yang merupakan implementasi dari ketaatan dalam mengikuti ajaran agama tersebut.
Ruang Lingkup:
  • memiliki unsur Keyakian (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural yang diyaldni mengatur dan menciptakan alam.
  • Pribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan ketundukannya
  • sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinan tersebut
  1. Agama Islam dan Ruang Lingkupnya

Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-rasul-Nya untuk diajarkankan kepada manusia. Dibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi ke generasi selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam adalah rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah swt.
Ruang Lingkup:
  • Hubungan manusia dengan penciptanya (Allah SWT)
“Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manuisa melainkan supaya mereka menyembahKu”(QS. Az-Zariyat : 56).
  • Hubungan manusia dengan manusia
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”(QS. Al-Maidah : 2)
  • Hubungan manusia dengan makhluk lainnya/lingkungannya
“Tidakkah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin”(QS. Luqman : 20)
  1. Apakah setiap manusia membutuhkan Agama?

Agama sangat penting dalam kehidupan manusia antara lain karena agama merupakan : sumber moral, petunjuk kebenaran, sumber informasi tentang masalah metafisika, dan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka maupun duka.
Betapapun cerdasnya manusia, jika hanya dengan akalnya ia tak akan bisa menjawab dengan pasti pertanyaan: darimana ia berasal?, kemanakah ia setelah mejalani hidup ini? dan untuk apa ia hidup? Jawaban pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, hanya bisa didapatkan melalui agama dan itu pun tidak semua agama.
  1. Manusia Sempurna dan Karakteristiknya

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” ( At-Tiin : 4 )
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (QS. Al Isra’ : 70).
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia dibandingkan  dengan makhluk lainnya seperti Malaikat, Iblis, Hewan, dsb.
Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia/sempurna selama mereka dapat memanfaatkan secara optimal tiga anugerah keistimewaan / kelebihan yang mereka miliki yakni, Spiritual, Emotional, dan Intellectual dalam diri mereka sesuai misi dan visi penciptaan meraka. Namun apabila terjadi penyimpangan misi dan visi hidup, mereka akan menjadi makhluk paling hina, bahkan lebih hina dari binatang dan Iblis bilamana mereka kehilanan control atas ketiga keistimewaan yang mereka miliki. Penyimpangan misi dan visi hidup akan menyebabkan derajat manusia jatuh di Mata Tuhan Pencipta dan di dunia.
  1. Penyebutan Manusia dalam Islam

  • Manusia sebagai Al-Basyar
Manusia dinamakan al-Basyar karena manusia makhluk yang secara qudrati memerlukan aspek-aspek biologis, seperti makan, minum, berkembang biak, tidur, istirahat, bekerja dan lain sebagainya.
  • Manusia sebagai An-Nas
kata an-Nas menunjuk manusia sebagai makhluk sosial dan kebanyakan digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang sering melakukan kegiatan.
  • Manusia sebagai Al-Insan
Kata insan, digunakan al-qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara satu dengan yang lainya akibat perbedaan fisik, mental, intelektual dan juga spiritual.
  1. Agama Wahyu dan Agama Budaya

  • Agama Wahyu adalah agama yang diturunkan Allah Swt melalui malaikat kepada para rasul-Nya dan rosul tersebut menyampaikan kepada manusia, baik dalam kawasan lokal maupun kawasan yang lebih luas
Contoh:
Kitab Al Qur’an yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.
Kitab taurat, yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa.
Kitab Injil, yaitu kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa.
Kitab zabur, yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Daud as.
Shuhuf Ibrahim dan Musa, yaitu lembaran yang tertulis di dalamnya wahyu dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa.
  • Agama Budaya adalah agama yang tumbuh dari pemikiran manusia yang terbentuk dari adat istiadat yang yang disebabkan oleh proses antropologis kemudian melembaga dalam bentuk agama, secara komutatif dalam masyarakat penganutnya tanpa ada utusan Allah SWT yang menyampaikan ajaran tersebut.
Contoh:
Tripitaka. Tripitaka adalah kitab umat Buddha.
Weda. Weda merupakan kitab dari agama Hindu
Zen avesta. Zen avesta adalah kitab suci dari kaum Majusi atau yang dikenal dengan nama Zoroaster.
Sishu Wujing, sishu wujing adalah kitab suci penganut konghuchu
  1. Konsep Ketuhanan Barat dan Islam

Barat meliputi 5 pemikiran :
  • Animisme, yaitu kepercayaan terhadap benda – benda Gaib, contohnya seperti anggapan orang Gorontalo “ jika lewat di pohan – pohon yang besar maka mereka beranggapan bahwa setelah kembali/lewat dari tempat itu akan timbul penyakit ( sakit perut, kepala, panas) dan lain sebagainya.
  • Dinamisme, yaitu kepercayaan terhadap Roh – Roh Gaib, contohnya menjadikan kuburan sebagai tempat untuk mendapatkan / membantu serta memperlancar segalah sesuatu usaha dengan menaruh air atau hal lain yang mingkin dapat mendatangkan keberuntungan.
  • Politeisme, yaitu kepercayaan terhadap Dewa.
  • Honoteisme,yaitu kepercayaan terhadap banyak dewa, contohnya dewa kambing, dewa sapi, dewa ular dll.
  • Monoteisme, yaitu akhirnya orang barat itu tau bahwa konsep ketuhanan hanya percaya pada satu Tuhan.
Islam:
Menurut pandangan Islam, Tuhan adalah Dzat yang menciptakan mahluk dan alam semesta beserta isinya, dalam artian bahwa tuhan adalah maha “Pencipta” yang patut disembah dan patut kita imani dengan sepenuh hati. Percaya pada satu Tuhan yaitu Allah SWT.
  1. Monotheisme dan Tauhid

Agama Monoteisme merupakan agama yang mengakui hanya ada satu tuhan, yaitu tuhan yang maha esa, hanya ada satu tuhan yang patut disembah. Akan tetapi tidak disebutkan tuhan mana yang di sembah.
 Islam itu berdasarkan tauhid, dan tauhid itu bukan monoteisme. Kalau tauhid itu hanya Allah Swt yang diesakan. Berbeda dengan monoteisme. Monoteisme itu mengesakan siapa saja,
termasuk mengesakan batu atau Fir’aun.
Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah. Dalam pengamalannya ketauhidan dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyah, uluhiyah dan Asma wa Sifat. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari kalimat syahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.
  1. Sumber Ajaran Islam

  • Al-Qur’an adalah Kalam Allah swt. yang merupakan mu’jizat yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw., ditulis dalam Mushaf, diriwayatkan secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah.
  • As-Sunnah adalah berita / kabar, segala perbuatan, perkataan dan takrir ( keizinan / pernyataan ) Nabi Muhammad saw. Merupakan sumber hukum islam yang kedua setelah Al-Quran.
  • Ijtihad adalah usaha yang sungguh-sungguh oleh seseorang ulama yang memiliki syarat-syarat tertentu, untuk merumuskan kepastian hukum tentang sesuatu ( beberapa ) perkara tertentu yang belum ditetapkan hukumnya secara explisit di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.
  1. Komitmen seorang muslim terhadap Al-Quran

  • Mengimani, Yakin dan percaya akan kebenaran al – Qur’an
  • Membaca, Membaca al – Qur’an dengan sebenar-benarnya bacaan
  • Mentadabburi, Mengulang-ngulang ayat yang kita baca dan meresapinya ke dalam hati
  • Menghapal, Menjaga hafalan dan melestarikan tulisan al-Qur’an
  • Mengamalkan, Dalam bentuk ibadah, bermasyarakat dan bernegara
  1. Quran Qathiniyyah dan Sunnah Dzaninnyah

Qathi = Pasti, Dzani = Relatif
Kebenaran al-Qur’an bersifat Qath’iyyah karena al-Qur’an merupakan kalam Allah yang langsung diturunkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW yang disampaikan kepada umatnya secaraa estafet tanpa perubahan dan pergantian. yang tidak diragukan kebenarannya dari ayat yang pertama sampai ayat yang terakhir diturunkan.
Sedangkan as-Sunnah bersifat dzaniyah karena hadist masih bisa dipersilihkan oleh para ulama. Nash-nash yang datang dan penukilannya belum jelas dan masih dalam dugaan dan memungkinkan terjadi ta’wil.
Fungsi as-Sunnah terhadap al-Quran adalah:
  • Menguatkan dan menegaskan hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Contohnya sepert larangan memadu perempuan dengan bibinya dari pihak ibu, haram memakan burung yang berkuku tajam, haram memakai cincin emas dan kain sutra bagi laki-laki.
  • Menjelaskan makna-makna yang rumit dari ayat-ayat Al-Qur’an.
  • Menjelaskan mekanisme pelaksanaan dari hukum-hukum yang ditetapkan Al-Qur’an Misalnya, tentang tata cara Shalat, Haji, dan Puasa. Yang menjelaskan bagaimana rasul melaksanakannya.
  • Sunnah menetapkan hukum yang belum ditetapkan oleh A-qur’an.
  1. Aspek-Aspek ajaran islam dan keterkaitannya

Aspek-aspek ajaran islam meliputi tiga hal pokok yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak. Aqidah, Syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bias dipisahkan.
Aqidah sebagai system kepercayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara Syari’ah sebagai system nilai berisi peraturan yangmenggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlak sebagai system etika yang menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama. Oleh karena itu ketiga komponen seyogyanya terintegrasi dalam diri seorang muslim. Integrasi ketiga komponen tersebut ibarat sebuah pohon, akarnya adalah aqidah, sementara batang, dahan, dan daunnya adalah syari’ah, sedangkan buahnya adalah akhlak.
Seorang muslim yang baik adalah yang memiliki aqidah yang lurus dan kuat yang mendorongnya untuk melaksanakan syari’ah yang ditunjukkan kepada Allah sehingga tergambarkan akhlak yang terpuji dalam dirinya.
  1. Banyak orang yang mengaku beragama Islam tetapi perilakuknya tidak mencerminkan agama Islam. Apa yang saudara lakukan dalam menghadapi kondisi demikian? Jelaskan disertai solusinya!

Ali Ra menggambarkan kondisi umat islam:
“Akan datang suatu zaman kepada manusia, tidak akan kekal Islam kecuali hanya namanya, tidak akan kekal Al-Qur’an kecuali hanya tulisannya, mereka meramaikan masjid tetapi masjid sepi dari orang yang berdzikir kepada Allah. Seburuk- buruk penghuni zaman tersebut adalah orang- orang pintar, karena dari mereka keluar fitnah.”
Kita bangga melihat kuantitas umat Islam Indonesia, yaitu lebih kurang 85 % dari 200 juta orang penduduk Indonesia. Tapi kita prihatin menyaksikan kualitas umat Islam. Banyak yang mengaku muslim, tetapi merasa asing terhadap ajaran Islam. Mengaku beragama Islam tetapi perilakunya tidak mencerminkan ke-Islam-annya.  Maka lahirlah julukan “Islam KTP”. “Islam Kartu Keluarga”, “Islam Surat Nikah” dan atribut- atribut lainnya, yang kesemuanya itu mencerminkan lemahnya penghayatan terhadap agama Islam.
Dalam menghadapi berbagai problem di atas, semuanya terpulang kepada kita semua. Hendaknya kita selalu melakukan introspeksi terhadap keislaman kita dan menyadari akan kekurangan serta kekeliruan kita terus berupaya memperbaiki ibadah kita. Mulai dari sekarang, dan mulai dari diri kita sendiri. Iman kita teramat rapuh, ghirah agama kita sangat lemah dan semangat jihad kita kosong. Akibatnya umat Islam hancur sebagaimana digambarkan oleh nabi SAW bagaikan hidangan lezat yang diperebutkan oleh orang- orang yang lapar. Mari kita jadikan Al-Qur’an dan As- Sunah sebagai pedoman hidup kita. Rasulullah SAW bersabda:
Telah aku tinggalkan dua perkara, kalian tidak akan sesat selamanya jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya.”

Minggu, 30 Oktober 2016

MEMBALIK AN TANGAN SAAT DOA TOLAK BALAK

BANYAK IBU IBU MAJLIS TAKLIM BERTANYO

ketika bertdoa tolak balak tangan dibalik...apo dalilnyo.. ha iko dio...

Imam Nawawi dalam kitab beliau, "Syarah Shohih Muslim" menjelaskan, Sekelompok ashhab madzhab syafi'i dan ulama' lainnya menyatakan bahwa disunatkan untuk membalikkan kedua telapak tangan saat berdo'a untuk menghilangkan bala' (cobaan). Ketentuan hukum ini didasarkan pada hadits ;
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَسْقَى، فَأَشَارَ بِظَهْرِ كَفَّيْهِ إِلَى السَّمَاءِ
“Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memohon hujan, lalu beliau menunjuk dengan kedua punggung tangannya mengahadap ke arah langit.” (Shohih Muslim, no.895)
Ketentuan hukum ini juga dikuatkan dengan penjelasan sebagian ulama' yang mentafsirkan ayat ;
وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا
"Dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas." (Q.S. Al Anbiya' : 90)
Kata " roghb" ditafsirkan, berdo'a dengan menghadapkan bagian dalam telapak tangan menghadap keatas, dan kata "rohab" ditafsirkan berdo'a dengan menghadapkan bagian dalam telapak tangan kebawah (dibalik).
Adapun hikmah membalikkan tangan saat berdo'a tolak bala' adalah sebagai simbol permohonan agar keadaan buruk yang sedang menimpa lekas berubah atau agar tidak terjadi bala' pada dirinya. Wallohu a'lam.

CADAR TIDAK ADA DASAR HUKUMNYA BAIK DALAM AL-QUR’AN MAUPUN SUNNAH

CADAR TIDAK ADA DASAR HUKUMNYA BAIK DALAM AL-QUR’AN MAUPUN SUNNAH
di sadur dari MUHAMMADIYA PONOROGO

Tentang masalah cadar, telah dicantumkan pembahasannya dalam Buku Tanya Jawab Agama Islam yang dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid, jilid 4 halaman 238, Bab Sekitar Masalah Wanita.
Ringkasnya, CADAR TIDAK ADA DASAR HUKUMNYA BAIK DALAM AL-QUR’AN MAUPUN SUNNAH. Yang diperintahkan oleh syariat Islam bagi wanita adalah memakai JILBAB. Allah SWT berfirman dalam surat an-Nur (24) ayat 31 :
ARTINYA : “Katakanlah kepada wanita yang beriman : "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya
“kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.”
Ayat ini menurut penafsiran Jumhur ulama, bahwa yang boleh nampak dari perempuan adalah kedua tangan dan wajahnya sebagaimana pendapat Ibnu Abbas ra. dan Ibnu Umar ra. (Tafsir Ibnu Katsir vol. 6:51)
Potongan ayat di atas juga dijelaskan oleh hadis riwayat dari Aisyah ra :
حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بنُ كَعْبٍ الأَنْطَاكِيُّ وَ مُؤَمَّلُ بْنُ الْفَضْلِ الْحَرَّانِيُّ قَالاَ أَخْبَرَنَا الْوَلِيدُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ بَشِيرٍ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ خَالِدٍ بْنِ دُرَيْكٍ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ رِقَاقٌ فَأَعْرَضَ عَنْهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلاَّ هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ . قَالَ أَبُو دَاوُدُ هَذَا مُرْسَلٌ خَالِدُ بْنُ دُرَيْكٍ لَمْ يُدْرِكْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا . [رواه أَبُو دَاوُدَ]
ARTINYA : “Telah menceritakan pada kami Yakub bin Ka’ab al-Anthaki dan Muammal bin al-Fadhl bin al-Harani keduanya berkata : Telah mengkabarkan pada kami Walid dari Said bin Basyir dari Qatadah dari Khalid bin Duraik dari Aisyah bahwa Asma’ binti Abi Bakar menemui Rasulullah saw dengan memakai pakaian tipis. Maka Rasulullah saw berpaling darinya dan berkata : “Wahai Asma’, sesungguhnya seorang wanita itu, jika telah mendapatkan haidh, tidak pantas terlihat dari dirinya kecuali ini dan ini”, beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya.” (HR. Abu Dawud)
Hadits ini dikategorikan MURSAL oleh Imam Abu Dawud sendiri setelah akhir menuliskan riwayatnya, dikarenakan terdapat rawi yang bernama Khalid bin Duraik, yang dinilai oleh para ulama kritikus hadits tidak pernah bertemu dengan Aisyah ra dan Said bin Basyir yang dinilai DHAIF (lemah) oleh para ulama kritikus Hadits. Namun ia mempunyai penguat yang ternilai MURSAL SHAHIH dari jalur-jalur lainnya yang diriwayatkan oleh Abu Dawud sendiri dalam al-Marasil (no. 460, cet. Dar al-Jinan, Beirut) dari Qatadah di mana dalam jalur sanadnya tidak terdapat Khalid bin Duraik dan Said bin Basyir. Riwayat tersebut adalah :
حَدَّثَنَا ابْنُ بَشَارٍ ثَنَا أَبُو دَاوُدُ ثَنَا هِشَامُ عَنْ قَتَادَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: إنَّ اْلجَارِيَةَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تََصْلُحْ أن يُرَي مِنْهَا إِلاوَجْهِهَا وَيَدَاهَا إِلَى اْلمَفْصِلِ. [رواه أبو داود]
ARTINYA : “Telah menceritakan pada kami Ibnu Basyar, telah menceritakan pada kami Abu Dawud, telah menceritakan pada kami Hisyam dari Qatadah bahwasannya Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya seorang perempuan jika telah mendapatkan haidh, tidak pantas terlihat dari dirinya kecuali wajahnya dan kedua (telapak) tangannya sampai tulang pergelangan tangan (sendi).” (HR. Abu Dawud)
Juga jalur lain seperti dari ath-Thabrani dalam Mu’jam al-Kabir (24/143/378) dan al-Ausath (2/230), al-Baihaqi (2/226), dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya (4/283).
Selain itu banyak riwayat-riwayat lain yang memperlihatkan bahwa banyak dari para shahabiyat (sahabat perempuan) yang tidak memakai cadar atau menutupi wajah dan tangan mereka. Seperti kisah Bilal melihat perempuan yang bertanya kepada Nabi saw di mana diceritakan bahwa pipi perempuan tersebut merah kehitam-hitaman (saf’a al-khaddain).
Terkait dengan pakaian perempuan ketika shalat, sebuah riwayat dari Aisyah ra menjelaskan bahwa ketika shalat para perempuan pada zaman Nabi saw memakai kain yang menyelimuti sekujur tubuhnya (mutallifi’at fi-murutihinna).
حَدَّثَنَا أَبُو اْليَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ أَنَّ عَائِشَةَ قَالَتْ: لَقَدْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الفَجْرَ فيََشْهَدُ مَعَهُ نِسَاءٌ مِنَ اْلمُؤْمِنَاتِ مُتَلِّفِعَاتٍ في مُرُوْطِهِنَّ، ثُمَّ يَرجِعْنَ إِلَى بُيُوتِهِنَّ مَا يَعْرِفُهُنَّ أَحَدٌ. وَفِى رِوَايَةٍ أَخَرٍ: لاَ يُعْرَفْنَ مِنَ الغَلَسِ. [متفق عليه]
ARTINYA : “Telah menceritakan pada kami Abu al-Yaman, telah memberitahukan pada kami Syu’aib dari az-Zuhri, telah mengkabarkan padaku Urwah bahwasannya Aisyah berkata : “Pada suatu ketika Rasulullah saw shalat subuh, beberapa perempuan mukmin (turut shalat berjamaah dengan Nabi saw). Mereka shalat berselimut kain. Setelah selesai shalat, mereka kembali ke rumah masing-masing dan tidak seorangpun yang mengenal mereka.” Dalam riwayat lain : “Kami tidak bisa mengenal mereka (para perempuan) karena gelap.” (Muttafaq ‘alaihi).
Imam asy-Syaukani memahami hadits ini bahwa para sahabat perempuan di antaranya Aisyah ra TIDAK DAPAT MENGENALI satu sama lain sepulang dari shalat subuh karena memang keadaan masih gelap dan BUKAN karena memakai cadar, karena memang saat itu wajah para perempuan biasa terbuka.

Sabtu, 29 Oktober 2016

KHUTBAH JUMAT SINGKAT PADAT 2016
Oleh .Ust. Ridwan Jalil.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّادِقِينَ

KAUM MUSLIMIN JAMAAH JUMAT YG BERBAHAGIA.
Di tengah hiruk pikuk persoalan hidup, gonjang ganjing politik yang saling sikut, PILKADA serentak yang menyita pikiran dan energi, di tengah perekonomian yang tak menentu, di tengah merebaknya virus salafy wahabi yang menghakimi umat, bermunculannya kelompok-kelompok radikalisme,   dan di tengah gencarnya penistaan dan pelecehan agama, umat islam diminta waspada,,,jangan-jangan kita ini sedang dipermainkan oleh kekuatan bersar yang ingin memecah belah persatauan dan kesatuan bangsa, ingat kata Rasulullah;

سَيُصِيْبُ أُمَّتِى دَاءُ اْلأُمَمِ : اَلأَشَرُ وَالْبَطَرُ وَالتَّكَاثُرُ وَالتَّشَاحُنُ فِى الدُّنْيَا وَالتَّبَاغُضُ وَالتَّحَاسُدُ حَتَّى يَكُوْنَ الْبَغْيُ
Penyakit umat-umat (lain) akan mengenai umatku, (yaitu) mengingkari nikmat, sombong, bermegah-megahan, bermusuhan dalam (perkara) dunia, saling membenci, saling mendengki hingga melampaui batas (HR. Hakim).

Nah…kelihatannnya apa yang dikatan oleh Rasulullah dalam hadits tersebut sudah banyak terjadi saat ini,,,lalu apa dan bagaimana kita menyikapi hal tersebut?...
Perhatikahlah  hadits berikut ini.
 اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
 “Bertaqwalah engkau dimanapun engkau berada, dan ikutkanlah perbuatan jelek itu dengan perbuatan baik niscaya dia akan menutupinya, dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik”. [HR. Ahman dan Tirmidzi]

Berdasarkan hadits ini ….lakukanlah tiga hal
Pertama : Bertakwalah kepada Allah dimanapun kita berada. 
 Yakni di tempat mana pun engkau berada. Engkau tidak hanya bertakwa kepada Allah di tempat yang disana orang-orang melihatmu saja. Seperti bertakwa hanya saat berada di masjid, kantor, rumah dan jalanan saja. Bertakwa juga tidak hanya di bulan ramadhan, tapi juga di  waktu-waktu yang lain karena semua waktu adalah milik Allah. Dan tidak hanya bertakwa kepada-Nya di tempat-tempat yang engkau tidak dilihat oleh seorang pun, karena Allah senantiasa melihatmu, di tempat manapun engkau berada. Oleh karena itu, bertakwalah di manapun engkau berada.
Nabi memerintahkan dan mewasiatkan untuk terus menerus dalam ketaqwaan dimanapun hamba itu berada, pada setiap waktu dan pada setiap tempat, dan pada setiap keadaan baik senang ataupun susah.

KAUM MUSLIMIN JAMAAH JUMAT YG BERBAHAGIA.
Kedua : Ikutilah perbuatan jelek itu dengan perbuatan baik
Diantara kebaikan yang dapat menolak kejelekan adalah memaafkan  dan berbuat baik kepada manusia. Melepaskan kesulitan (orang-orang yang kesulitan) dan memudahkan orang-orang yang kesusahan dan menghilangkan bahaya  dan kesulitan dari seluruh alam. Allah berfirman :
إِنَّالْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ
“Sesungguhnya kebaikan itu menghilangkan kejelekan”. [QS. Hud : 114] 
Maka sungguh tidak satu pun musibah yang menimpa seorang mukmin, apakah bentuknya berupa keresahan atau kesedihan, sampai duri yang menusuknya, kecuali pasti Allah akan menghapuskan dosa-dosanya (dengan musibah tersebut), apakah dia berupa luputnya sesuatu yang di cintai, atau berupa didapatkannya sesuatu yang dibenci dengan tubuh, atau dengan hati atau dengan harta, di luar atau di dalam, akan tetapi musibah itu bukanlah perbuatan hamba, maka dari itu Allah memerintahkan hamba dengan apa yang merupakan perbuatannya, yaitu mengikutkan kejelekan itu dengan kebaikan (perbuatan baik).

KAUM MUSLIMIN JAMAAH JUMAT YG BERBAHAGIA.
Ketiga : dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik:
Bergaul dengan Akhlak yang baik adalah; Engkau menahan gangguan terhadap mereka dari seluruh sisi dan engkau memaafkan kejelekan dan gangguan  mereka terhadapmu, kemudian engkau berinteraksi dengan mereka dengan kebaikan ucapan dan kebaikan perbuatan.
Dan terkhusus yang merupakan akhlak yang baik adalah : Luasnya sifat pemurah terhadap manusia, dan bersabara atas (gangguan) mereka, dan tidak berkeluh kesah dari (gangguan) mereka, dan menampakkan wajah yang berseri-seri, ucapan yang lembut, dan ucapan yang indah yang menyenangkan teman duduk, dan memasukkan kegembiraan atasnya. Yang menghilangkan kesepian dan kesulitannya serta kemarahannya, dan terkadang senda gurau itu baik jika padanya ada mashlahat, namun tidak pantas memperbanyak senda gurau, ,dan senda gurau dalam percakapan hanyalah bagaikan garam di dalam makanan, jika dia tidak ada atau melebihi batasan maka dia tercela.
Dan diantara akhlak yang baik adalah :Engkau berinteraksi dengan setiap orang dengan apa yang pantas dengannya, dan yang sesuai dengan keadaannya dari yang kecil dan yang besar, yang berakal, yang dungu, yang berilmu, dan yang jahil.

KAUM MUSLIMIN JAMAAH JUMAT YG BERBAHAGIA
Kesimpulan khutbah kali ini;
Siapa yang bertaqwa kepada Allah dan membuktikan ketaqwaannya, dan mempergauli manusia dengan berbagai perbedaan tingkatannya dengan akhlak yang baik, maka sungguh dia telah mengumpulkan seluruh kebaikan, karena dia telah menunaikan hak Allah dan hak-hak hamba, dan karena dia adalah orang yang telah melakukan kebaikan dalam beribadah kepada Allah, dan yang berbuat baik kepada hamba-hamba Allah. Akhirnya semoga dengan khutbah ini dapat memberikan pencerahan kepada kita semua.Amin..

 بارك الله لي ولكم في القران العظيم و نفعني واياكم بما فيه من الايات وذكر الحكيم وتقبل الله منا ومنكم تلاوته انه هو السميع البصير. اقول قولي هذا استغفرالله.. فاستغفرواه انه هو الغفور الرحيم


KONSEP ISLAM TENTANG TUHAN

KONSEP ISLAM TENTANG TUHAN
A.Pengertian Tuhan.
Dalam konsep IslamTuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul di mana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun.  Al-Quran menjelaskan, "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am 6:103)
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya
Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam surat  al-Furqan ayat 43.
|M÷ƒuäur& Ç`tB xsƒªB$# ¼çmyg»s9Î) çm1uqyd |MRr'sùr& ãbqä3s? Ïmøn=tã ¸xÅ2ur ÇÍÌÈ  
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,


Dalam surat al-Qashash ayat 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri: Dan Fir’aun berkata: ‘Wahai para pembesar hambaku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku’.
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam al-Qur’an juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna: ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun).Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti tentang definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika al-Qur’an adalah sebagai berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya. Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin, 1989: 56).
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an setiap manusia pasti mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan demikian, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah.
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu  Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ
 Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.
Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.
Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَوَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.
Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta.
Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagai jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.

B.Bukti adanya Allah
Banyak pakar yang memperdebatkan masalah ini, banyak bahkan yang mengkaji ulang perihal masalah yang satu ini,ilmu sekarang betul-betul telah berkembang dan digunakan untuk menafsir,memperkirakan bahkan memberi kejelasan tentang bukti adanya allah,namun ketahuilah wahai sahabat ku sekalian semuanya itu bersumber dari dia maha pencipta,kau kuat karena dia yang maha kuat,kau hidup karena dia yang maha hidup,bahkan kau cerdas dan intelek semuanya tiada lain bersumber darinya.nah oleh karena itu mari sejenak berfikir dan merenung untuk mengingatnya,selanjutnya saya akan memberi sedikit ilmu untuk tambahan ilmu pikir dan pengamalannya.
Adanya Allah swt adalah sesuatu yang bersifat aksiomatik (sesuatu yang kebenarannya telah diakui, tanpa perlu pembuktian yang bertele-tele). Namun, di sini akan dikemukakan dalil-dalil yang menyatakan wujud (adanya) Allah swt, untuk memberikan pengertian secara rasional. Mengimani Wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara’, dan indera.
1. Dalil Fitrah
Manusia diciptakan dengan fitrah bertuhan, sehingga kadangkala disadari atau tidak, disertai belajar ataupun tidak naluri berketuhanannya itu akan bangkit. Firman Allah
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (al-A’raf:172)
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?, (az-Zukhruf:87)

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Al Bukhari)

Ayat dan hadis tersebut menjelaskan kondisi fitrah manusia yang bertuhan. Ketuhanan ini bisa difahami sebagai ketuhanan Islam, karena pengakuannya bahwa Allah swt adalah Tuhan. Selain itu adanya pernyataan kedua orang tua yang menjadikannya sebagai Nasrani, Yahudi atau Majusi, tanpa menunjukkan kata menjadikan Islam terkandung maksud bahwa menjadi Islam adalah tuntutan fitrah. Dari sini bisa disimpulkan bahwa secara fitrah, tidak ada manusia yang menolak adanya Allah sebagai Tuhan yang hakiki, hanya kadang-kadang faktor luar bisa membelokkan dari Tuhan yang hakiki menjadi tuhan-tuhan lain yang menyimpang.

2. Dalil Akal
Akal yang digunakan untuk merenungkan keadaan diri manusia, alam semesta dia dapat membuktikan adanya Tuhan. Di antara langkah yang bisa ditempuh untuk membuktikan adanya Tuhan melalui akal adalah dengan beberapa teori, antara lain;

a. Teori Sebab.
Segala sesuatu pasti ada sebab yang melatarbelakanginya. Adanya sesuatu pasti ada yang mengadakan, dan adanya perubahan pasti ada yang mengubahnya. Mustahil sesuatu ada dengan sendirinya. Mustahil pula sesuatu ada dari ketiadaan. Pemikiran tentang sebab ini akan berakhir dengan teori sebab yang utama (causa prima), dia adalah Tuhan.

b. Teori Keteraturan.
Alam semesta dengan seluruh isinya, termasuk matahari, bumi, bulan dan bintang-bintang bergerak dengan sangat teratur. Keteraturan ini mustahil berjalan dengan sendirinya, tanpa ada yang mengatur. Siapakah yang mempu mengatur alam semesta ini selain dari Tuhan?

c. Teori Kemungkinan (Problabyitas)
Adakah kemungkinan sebuah komputer ditinggalkan oleh pemiliknya dalam keadaan menyala. Tiba-tiba datang dua ekor tikus bermain-main di atas tuts keyboard, dan setelah beberapa saat di monitor muncul bait-bait puisi yang indah dan penuh makna?

3. Dalil Naqli
Meskipun secara fitrah dan akal manusia telah mampu menangkap adanya Tuhan, namun manusia tetap membutuhkan informasi dari Allah swt untuk mengenal dzat-Nya. Sebab akal dan fitrah tidak bisa menjelaskan siapa Tuhan yang sebenarnya.
Allah menjelaskan tentang jati diri-Nya di dalam Al-Qur’an;
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.(al-A’raf:54) Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt adalah pencipta semesta alam dan seisinya, dan Dia pulalah yang mengaturnya.


4. Dalil Inderawi
Bukti inderawi tentang wujud Allah swt dapat dijelaskan melalui dua fenomena:
a. Fenomena Pengabulan do’a
Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa orang-orang yang berdoa serta memohon pertolongan-Nya yang diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan musibah. Hal ini menunjukkan secara pasti tentang wujud Allah Swt. Allah berfirman:
“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.” (Al Anbiya: 76)
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Robbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu •” (Al Anfaal: 9)
Anas bin Malik Ra berkata, “Pernah ada seorang badui datang pada hari Jum’at. Pada waktu itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tengah berkhotbah. Lelaki itu berkata’ “Hai Rasul Allah, harta benda kami telah habis, seluruh warga sudah kelaparan. Oleh karena itu mohonkanlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengatasi kesulitan kami.” Rasulullah lalu mengangkat kedua tanganya dan berdoa. Tiba-tiba awan mendung bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rasulullah belum turun dari mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya. Pada Jum’at yang kedua, orang badui atau orang lain berdiri dan berkata, “Hai Rasul Allah, bangunan kami hancur dan harta bendapun tenggelam, doakanlah akan kami ini (agar selamat) kepada Allah.” Rasulullah lalu mengangkat kedua tangannya, seraya berdoa: “Ya Robbku, turunkanlah hujan di sekeliling kami dan jangan Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami.” Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada suatu tempat kecuali menjadi terang (tanpa hujan).” (HR. Al Bukhari)

b. Fenomena Mukjizat
Kadang-kadang para nabi diutus dengan disertai tanda-tanda adanya Allah secara inderawi yang disebut mukjizat. Mukjizat ini dapat disaksikan atau didengar banyak orang merupakan bukti yang jelas tentang wujud Yang Mengurus para nabi tersebut, yaitu Allah swt. Karena hal-hal itu berada di luar kemampuan manusia, Allah melakukannya sebagai pemerkuat dan penolong bagi para rasul. Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa as. Agar memukul laut dengan tongkatnya, Musa memukulkannya, lalu terbelahlah laut itu menjadi dua belas jalur yang kering, sementara air di antara jalur-jalur itu menjadi seperti gunung-gunung yang bergulung. Allah berfirman,
“Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.: Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (Asy Syu’araa: 63)
Contoh kedua adalah mukjizat Nabi Isa as. ketika menghidupkan orang-orang yang sudah mati; lalu mengeluarkannya dari kubur dengan ijin Allah. Allah swt berfirman:
“…dan aku menghidupkan orang mati dengan seijin Allah” (Ali Imran: 49)
“•dan (ingatlah) ketika kamu mengeluarkan orang mati dari kuburnya (menjadi hidup) dengan ijin-Ku.” (Al Maidah 110)


MAKNA LEBARAN DITINJAU DARI ASPEK PENDIDIKAN

MAKNA LEBARAN DITINJAU DARI ASPEK  PENDIDIKAN Oleh. Dr.H.M.Ridwan Jalil.M.Pd.I Setelah berpuasa satu bulan lamanya, Berzakat fitrah menurut ...